23. LAVENDER

4.4K 475 74
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Namjoon tengah bergelut bersama payung besarnya di gempuran badai, hujan deras menusuk nusuk wajahnya seperti jarum. Dingin dan sakit, tentu saja. Juga sangat mengganggu karena Namjoon benci berbasah-basah.

"Hujan sialan," umpatnya, akhir-akhir ini dia terlalu sering mendengar tetangga apartemennya membaca keras-keras naskah Hamlet yang akan dipentaskan di kampus minggu depan. Berhubung suara Hoseok begitu lantang dan khas, maka tak heran jika kalimat-kalimatnya terpatri jelas dan susah dihilangkan. Namjoon pasti sudah gila karena malah mengeja ulang dialog tersebut tiap kali kakinya mencipak genangan air hujan—dan ya, dia melakukannya karena menghindari satu genangan yang lebih besar. Beruntung bagian bawah celananya sempat digulung di stasiun tadi.

Napasnya berhembus lega begitu kafe bernuansa ungu hitam yang dicari akhirnya terlihat. Namjoon berlari tergesa sembari berpegangan pada salah satu tiang kayu sebelum nyaris terpeleset. Lonceng pintu berdenting kala Namjoon mendorong dirinya masuk usai menggesekkan kaki di keset bertuliskan huruf selamat datang dalam aksen korlish, Korea-Inggris. Dia tak pernah ingin protes soal selera aneh Yoongi yang menggunakan terlalu banyak warna hitam mulai dari meja hingga tirai jendela, mentang-mentang bisnisnya identik dengan kopi.

Bergidik menggigil, Namjoon menaruh payungnya dalam posisi berdiri di sudut barang basah, kemudian berjingkat mendekati meja panjang tempatnya biasa memesan. Gundukan rambut gelap sebatas telinga terlihat dari sudut pandangnya yang buram.

"Hei Kak, apa ada yang bisa kuminum?" Namjoon berkedip-kedip. Sial, mata kirinya kemasukan sesuatu, mungkin tetesan hujan. Digosoknya gusar selagi kepala di belakang meja berpaling dan bersuara.

"Ini kafe, tentu saja banyak yang bisa diminum."

"ASTAGA!!" Namjoon reflek melompat mundur begitu penglihatannya pulih, "Kak Yoongi!! Sejak kapan wajahmu jadi manis?"

Pria yang tampak lebih dewasa itu memutar mata sebal dan mengetuk meja memakai buku jari, "Aku bukan Yoongi. Tapi terima kasih atas pujiannya."

"Oh, kupikir Kak Yoongi berubah wujud," Namjoon mengelus dada, antara lega bercampur malu, "Jadi kamu ini siapa?"

"Namaku Seokjin, pekerja sambilan. Yoongi pamit beberapa hari karena harus merawat kekasihnya yang sakit, jadi kugantikan menjaga kafe untuk sementara."

"Benar juga, aku dengar soal Jimin yang kena tipus," Namjoon meringis menggaruk tengkuk dan Seokjin terbahak. Untuk beberapa alasan, tawa uniknya bergema cukup lama di telinga Namjoon yang berkedip tak paham. Selama sekian detik diamatinya pria berhidung bangir itu lebih seksama. Perawakan tegap dan berahang tegas, namun terbilang cantik untuk ukuran laki-laki. Kulitnya pun tak kalah mulus dari cangkir porselen yang sedang ditata di etalase. Mata kecoklatan dengan alis tebal membuatnya terlihat mencolok dibanding pegawai lain yang pernah dilihat Namjoon. Benar-benar menawan.

SHENMEI | AESTHETIC (NamJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang