68

1K 86 2
                                    

Typo bertebaran gaisss

Happy reading

Keresahan.

Adalah satu kata yang dapat terdiskripsikan sekarang.

Hana kambuh, dan dokter yang khusus merawat nya mendadak menghilang. Rumah sakit memberikan kabar yang kurang memuaskan untuk nya. Dan sekarang ia yang akan bergerak mencari dokter lain tau mencari dokter yang sudah ia kontrak.

"Mas." Suara lemah itu memasuki gendang telinga Donghae yang tengah memandang pemandangan kota malam ini.

Tadi sore, Hana kambuh membuat hampir semua para dokter dan perawat berlarian menuju rawat inapnya.

Ya hana termasuk pasian VVIP yang di tangani langsung oleh Zahra. Namun saat ini Zahra menghilang tiba tiba dan juga teman satu spesialis nya Lay, yang tengah kritis.

"Masih sakit?" Tanya nya lembut. Ia menggenggam tangan pucat wanita yang sudah sedari lama ia cintai.

Wanita itu tersenyum tipis. Ia menggeleng pelan.

"Maaf maaf maaf.. Maaf aku dulu ninggalin kamu. Maaf han.." Donghae menunduk ia merasa bersalah melihat wanita di cintai nya tampak kurus dan pucat.

Tangan Hana yang ia genggam terlepas, ia mengelus lembut rambut lelaki berkemeja biru itu.

"Aku gak papa mas. Mas udah di sini dan mau nikahin aku aja itu semua udah membayar kesalahan mas." Ucapnya lirih. "Penyakit ini adalah karma mas. Karma melawan ibu dan ayah ku."Hana tersenyum lirih. Sedangkan Donghae makin menundukkan kepalanya.

Kejadian nya sudah sangat lama.. saat Hana berumur 20 ia mengandung. Dan ia tau itu kesalahan namun ia tak sedikit pun berpikir untuk menggugurkan nya. Bahkan ia dengan berani mengungkapkan kepada ibu dan ayahnya. Hana mengaku apapun yang telah ia perbuat dengan tenang. Ia tak perduli dengan apapun selain merawat anak ini dengan kasih sayang.

"Siapa ayah dari anak kamu han?" Tanya ibunya. Ibu hana menangis tersedu. Sedangkan sang ayah memilih  diam menatap nya tajam.

"Dia.. dia, sedang tidak ada di sini." Ucap nya lirih mengingat lelaki yang ia cintai pergi meninggalkan nya.

"Apa kamu bilang???!!" Bentak ayah Hana. "Apa karna kurangnya perhatian yang kita kasih, kamu mencari kesenangan di luar sana??" Hana terkejut. Kalimat itu berhasil menyakiti hati nya. Ia menatap tajam kedua orang tuanya.

"Iya, aku kaya gini karena kalian." Ucap nya datar. "Karna kalian gak pernah mengajarkan ku bahaya nya dunia luar, gak perduli in aku, dan ga bisa menjaga anak dengan baik. Kalian bahkan jarang pulang, untuk ambil rapot aku aja gak ada yang bisa, bahkan sebentar. Cih" Sang ibu menatap nya terkejut. Image anak baik ,pendiam dan penurut yang selalu ia berikan pada Hana hancur. Ia juga merasa bersalah. Mereka di sini sama sama bersalah.

"Iya kami mengaku salah. Tapi, semua itu karna kami berkerja dan untuk menyekolahkan mu Hana." Ucap sang ibu.

Hana berdecih. Hatinya sudah tertutup. Ia sudah lama memendam perasaan benci untuk kedua orang tuanya. Dan sekarang ia sepertinya tak perlu menutupi nya lagi.

"Tidak ada yang perlu di maafkan, semua sudah terlambat. Aku udah jadi anak yang gagal. Itu semua karena kalian. Dan yang aku ingin, cuma satu."Hana menjeda nya. Ia mengelus lembut perutnya yang mulai membuncit.

"Lepasin aku.. aku akan tinggal sendiri dari pada di sini tapi hanya sebuah kesepian yang aku dapat. Aku yakin, bisa menghidupkan anak ini tidak dengan uang kalian." Ucapnya dingin. Ibunya menatap tak percaya.

"Kalau begitu silahkan pergi." Ucap sang ayah.

Yaa setelah itu Hana memilih tinggal sendiri dan bertahan hidup dengan uang yang ia tabung sudah dari lama.

Karna ia hanya lulusan SMA, membuatnya susah mendapatkan pekerjaan. Ia harus menahan malu saat melamar kerja di cafe sahabatnya dan hanya mendapat bagian Pelayanan. Gaji yang pas pasan membuat ia harus mengatur pengeluaran dan tetap menabung untuk melarikan.

Ya sampai hari itu tiba, ia tak sanggup menghidupkan anak nya, dan merasa dunia berputar. Ia pun pergi menuju rumah lama nya di mana ayah dan ibunya berada dengan bayi yang ia gendong. Merasa keegoisan nya lah yang membuat sang anak kesusahan, membuat ia merutukinya.

Ia kembali, dengan semua luka kemandirian yang ia dapatkan di sana. Kembalinya ia dengan satu anak laki laki tampan di gendong nya membuat ibunya sedikit melembut.

Sampai, ia harus merelakan sang anak di tangan ibunya dan kembali meniti kemandirian. Berkerja sana sini hingga mendapat beberapa bentakan karna kesalahan yang ia perbuat sendiri.

Ia sadar dengan jelas, jika keluarga nya masih memantau nya, mengirimkan beberapa orang untuk memperhatikan Hana, namun tak membantu apapun. Mereka ingin hana mempelajari sesuatu dengan kerasnya dunia luar. Setidanya kejadian yang sudah di lalui membuat Hana menjadi anak yang mandiri dan lebih mensyukuri kekurangan. Hingga ibunya datang dan berniat menjodohkan nya dan menutupi semua masalalu hana. Dan dengan berat hati ia terima.

Untuk ayah dari anak nya. Dia Donghae. Ia tak tau menau tentang anak yang saat ini sudah berusia 8 tahun itu.

Keretakan antara Hana dan suaminya itu karna kembalinya Donghae di hadapan Hana dengan karir yang ia buat sendiri membawanya menjadi sosok sukses.

###

"Jangan sentuh Zahra dengan tangan kotor kamu Ji Hyun." Min Ho menatap tajam pada sosok wanita di depannya. Ia menarik Zahra yang saat ini tengah dalam keadaan tak sadarkan diri. Ledakan tiba tiba itu membuat beberapa orang shock termasuk Zahra yang langsung jatuh pingsan.

"Saya mau Guan. Hanya itu, berikan anak itu dan Zahra selamat." Ucap Ji Hyun. Iya, ia hanya ingin Guan.

"Ibu seperti apa kamu yang nekat menghabiskan anaknya hanya untuk harta." Cibir min ho sedangkan wanita itu meludah.

"Dan anak seperti apa yang menjatuhkan ibunya di depan ayah yang jelas jelas bukan ayah kandung nya?" Wanita itu Balik mencibir.

"Dia hanya anak kecil Jihyun dia bahkan tak tau apa yang ia katakan waktu itu." Geram Min ho.

Wanita itu tertawa keras. Ia mencengkram pisau yang genggam.

"Dia cerdas, dan aku yakin dia tau semua yang di ucapkan."ucap nya.

"Jika saya yang anda inginkan. Lepaskan Zahra sekarang." Suara itu mengelegar di keheningan ruangan. Guan datang dengan rahang mengeras. Melihat ibunya membuat ia ingin melepaskan amarahnya.

Jihyun tersenyum miring.

"Kita selesaikan di sini." Lanjut Guan. Ia menggenggam pistolnya kuat.

Menatap sekeliling dan mencoba menghitung orang dari ibunya yang berhasil bertahan.

"Lepaskan Zahra dan kita bicara." Ucap Guan tegas. Tidak ada rasa takut atau apapun yang ada hanya tatapan datar dingin dan tak tersentuh.

'kita selesaikan sekarang.' bisiknya kecil.

####
Vote
Vote
Vote

Biar semangat ohoho

 Duda ✔ PCY (Trio Bangsat) [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang