1.Vaylenia

42 3 1
                                    

Seorang gadis manis berambut panjang yang terurai itu tengah bersantai di teras rumah nya sambil menggesergeser layar hpnya.

"Door!" Ucap Agus menganggetkan

"Pintu," jawab Vaylen santai

"Ah elah lo mah kagak seru ah" ucap Agus kecewa

"Terus gue harus gimana?" Tanya Vaylen sambil menatap adiknya yang jail ini.

"Kaget lah,kagak seru ah lo mah"

"Eh iya dah iya, eh gue kaget!"ucap Vaylen memperagakan seperti orang yang sedang kaget.

"Gue laporin ah nanti ke bunda sama papa" adu Agus sambil beranjak masuk kedalam rumahnya.

"Gih sanah laporin ke bunda, gue laporin balik lo sangong sama gue, manggil gue panggilan lo-gue bukan adek-kakak" sindir Vaylen sambil masih fokus berbaring dilantai dan mengotak-atik hpnya.

Langkah Agus berhenti dan berbalik mentap Vaylen.
"Cuman beda 2 tahun, ogah gue panggil lo kakak, lagian lo sama gue aja masih tinggian gue" ledek Agus sambil lari terbirit-birit menuju kamarnya ia takut Vaylen akan mengejarnya.

Memang Vaylen itu tingginya hanya sepundak adik songongnya itu,
Vaylen yang tadinya biasa-biasa saja langsung bangkit dari rebahanya dan mengejar adik laknatnya itu.

"Sini lo! Gue kagak pendek, lo nya aja yang ke tinggian!" Teriak Vaylen sambil berlari mengejar adiknya itu.

***

Malam harinya keluarga kecil Anggara dan Hanifah sedang makan malam bersama,
"Vay" pangil Anggara

"Hm, ya pa?"

"Besok kamu dan adik kamu ini tinggal sama oma dulu ya" ucap Anggara

"Ke-kenapa emangnya pa? Agus nakal ya? Atau Vay yang gak mau nurut?" Tanya Vaylen

"Bukan sayang, papa sama bunda kamu mau ada urusan disini" jelas Anggara

Rumah Vaylen ada di bandung sedangakan rumah omanya itu di jakarta bagaimana mungkin ia akan tinggal dirumah omanya itu?

Vaylen terdiam sambil memandangi nasi gorengnya itu, Agus pun sama.

"Sayang, ini demi kebaikan kalian berdua, bunda sama papa pasti sering-sering jenguk kalian kok" ucap Hanifah

"Terserah, Agus udah kenyang" ucap Agus dengan nada kekesalan dan bangkit dari duduknya,

"Mau kemana Gus?" Tanya Anggara

"Kamar" Agus langsung beranjak ke kamarnya,

"Sama" ucap Vaylen sambil beranjak ke kamarnya.

***

Anggara menyusul Agus yang sudah berada di kamarnya,

Tok tok tok

Anggara mengetuk pintu anak nya itu, ia berharap anaknya mau mendengarkan perkataannya itu.

"Masuk aja, pintunya gak dikunci"

Anggara masuk kekamar Agus dengan hati-hati, ia langsung duduk di samping Agus yang sedang mengotak-atik benda pipihnya itu.

"Agushara anggara..." ucap Anggara lembut sambil mengusap puncak kepala anak cowoknya itu.

Agus hanya diam sambil masih asyik bermain hpnya.

"Papa sama bunda ada urusan sebentar disini sayang, kamu sama Kak Vaylen tinggal sebentar dirumah oma oke?"

Agus berpikir sebentar, ia tak ingin menjadi egois seperti anak kebanyakan.

"Iya" jawab Agus cepat.

"Bagus kalau kamu mau mengerti, silahkan kamu beres-beres barang kamu, besok kamu dan Kak Vaylen akan berangkat," jelas Anggara.

Agus hanya mengangguk.

***

Di kamar Vaylen sudah beres-beres dari tadi, setelah bundanya menjelaskan kepadanya.

Sesekali ia menetaskan air mata nya, entahlah ia sudah nyaman berada di sini dan tak mau berpisah dari tempat ini.

***

Keesokannya pukul 04:00 Vaylen dan Agus tengah bersiap-siap di kamarnya masing-masing.

"Vay, Gus! Ayo sayang makan dulu, takutnya di perjalanan lama!" Teriak Hanifah dari dapur.

Vaylen dan Agus turun bersamaan ke dapur.

"Pagi anak-anak bunda" sapa Hanifah pada anaknya, ia ingin mencair kan ke gundahan pada hati anak-anaknya.

Ia tak mau anak-anaknya menjadi sasaran perusahaan! Ia bukan ibu yang kejam seperti itu!

Perusahaannya tengah di ujung tanduk dan bahkan hampir bangkrut! Ia dan sumainya berniat ingin membuat usaha baru dan tidak melibatkan anak-anaknya.

***

Selesai makan Vaylen dan Agus sudah di teras rumahnya sambil menunggu papanya mengeluarkan mobilnya.

"Bye bye rumah ku, bye bye teras ku, jangan lupain Vay oke?" Ucap Vaylen sok dramantis.

"Alay lo!" Ucap Agus

"Biarin" ucap Vaylen sambil menjulurkan lidahnya.

Tin tin tin
Suara klakson mobil ayahnya.

Vaylen dan Agus nampak memandangi satu sama lain, mereka masih berharap ini semua hanya mimpi buruk bagi mereka, tapi ternyata tidak ini nyata! Sesekali Vaylen mengusap air matanya yang turun begitu saja dari kelopak matanya.

"Ayo sayang, cepetan takut di jalan macet" ucap Anggara.

Agus dan Vaylen hanya mengangguk dan langsung masuk ke dalam mobil papanya itu.

"Bye bunda!" Teriak Vaylen dan Agus bersamaan.

Hanifah yang sudah tak tahan akhirnya menangis sesekali terisak,
"Bye sayang! Bunda bakal kangen sama kalian"

***
AUTHOR!

Maaf guys kalau ceritanya bikin bingung :(

Otak Author lagi kongslet nih :v

Oya jangan lupa voment! :)

Oya kalau ada typo tandai ya...

👋

24,01/2020

~Love You!~[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang