Freezing Point [5]

26 0 0
                                    

Mata kicil Denia terbuka dengan perlahan matanya berusaha menyesuaikan cahaya terang yang bersinar,denyutan menghantam kepalanya ia meringis mencoba memijat pelipisnya yang berdenyut sakit,Denia berusaha bangkit dari posisi tidur menyandarkan tubuh di kepala ranjang,kepalanya terus berdenyut tanpa henti sesekali ia menghembuskan napas kasar mencoba menghilangkan rasa sakit yang mulai terasa di mana-mana.

Keplanya bergerak beredar meneliti ruangan yang masih sama saat ia terbangun tadi tidak ada yang berubah ruangannya tetap sama, harapannya merosot begitu saja pupus sudah harapan hanya mimpi yang menyedihkan,ini terlalu nyata untuk disebut mimpi rasa sakitnya terlalu jelas jika disebut mimpi ketakutan yang terus menggetarkan jiwanya terlalu nyata untuk dianggap bunga tidur.

Ceklek

Denia tersentak mendengar pintu yang terbuka menampilkan seorang perempuan berpakaian rapi berjalan menghampirinya,rasa takut kembali hadir menghinggapi Denia kejadian beberapa saat lalu masih berputar jelas diingatkannya rasa takutnya belum menghilang sejak tadi,"Permisi nona saya zima saya dikirim tuan untuk membantu nona" Denia makin takut selimut putih yang membalut tubuhnya sudah ia genggam erat,tangannya kembali dingin mengeluarkan keringat diikuti bagian tubuhnya yang lain."Nona jangan takut,saya tidak akan menyakiti nona"

Wanita yang menyebut dirinya sebagai zima menatapnya khawatir ia bergerak ingin mendekat namun terhenti ketika melihat Denia yang mengangkat tangannya,mata Denia seakan meneliti wanita itu dari atas sampai bawah menilai dan memastikan tidak ada yang salah dengan wanita itu."Untuk apa kau ke sini?" Denia bersuara nadanya terdengar lirih,tubuhnya perlahan mulai menenang kembali bersandar di kepala ranjang menjadikan penumpang tubuhnya yang terasa sakit."Saya dikirim tuan untuk membantu nona" Denia mengernyit mendengar penuturan wanita itu tuan pikirannya berputar menebak siapa yang ia maksud sebagai tuan apa mungkin laki-laki yang menyeramkan itu,pasti ia siapa lagi dan mungkin wanita di depannya ini salah satu wanita yang akan ia jual ke club dari bajunya saja sudah rapi begitu dan pendapat lain mungkin saja ia bekerja untuk laki-laki sialan itu.

"Kau salah satu wanita yang bekerja untuknya bukan?" Denia bertanya dengan tatapan yang lebih halus dari sebelumnya ingatan tenangnya mata Neal seketika muncul begitu saja membuat hatinya semakin meringis ia rindu laki-laki itu,pasti Neal tengah kebingungan mencarinya saat ini ia tidak ingin seperti ini membiarkan orang yang ia sayangi terbebani gara-gara dirinya."Iya nona"

Wanita itu menunduk menatap lantai di bawah sana ada apa dengan wanita itu seperti tak ingin menatap Denia apa ia terlalu menyedihkan kah sampai tidak ditatap saat berbicara,"Kau melihat apa di bawah sana?" Denia bergerak merangkak di atas ranjang mencoba melihat dibawa sana sambil menahan sakit di kepalanya dengan pelan ia bergerak menuju pinggir ranjang matanya sudah tertuju pada pandangan wanita itu,"Tidak ada nona"

Denia mencoba duduk di pinggir ranjang sembari menatap wanita didepannya dengan kening yang berkerut,"Kalau tidak ada kenapa kau terus menunduk sejak tadi,apa aku terlihat menyedihkan samapi kau tak menatapku saat bicara?" Tatapan Denia seakan menghardik tak suka ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun bagaikan orang yang tak berguna sama sekali Denia sungguh tidak suka hal itu,"Tidak! Maksud saya tidak begitu saya sudah terbiasa berbicara seperti ini nona"

Wanita itu membantah ucapannya matanya menatap Denia sekilas namun setelahnya pandangnya kembali ke bawah sana entah kenapa dengan wanita itu. "Duduk lah di sini" Tangan Denia bergerak menepuk sisinya yang kosong meminta wanita itu berbicara lebih santai dengannya "Tidak nona,saya berdiri saya"

Denia semakin mengernyit tak mengerti dengan tingkah aneh wanita itu diajak duduk malah tidak mau tidak lelah kah ia berdiri terus."Ayo lah apa kau tidak lelah berdiri sejak tadi,rasanya tidak enak jika aku duduk tapi kau beridir sedari tadi" Denia berusaha berdiri menyamakan kondisi saat ini "Aku berdiri saja jadi kita sama" wanita itu bergerak maju membantu Denia menegakkan tubuh,tubuhnya terasa lemah saat ini dan sakit dikepalanya tak kunjung reda sejak tadi."Nona duduk saja,saya tidak apa-apa berdiri"

Freezing PointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang