Jika menurut kalian aku lemah berati kalian salah, aku memang wanita tapi bukan berati mimpiku berhenti hanya karena kedua kakiku tak bisa lagi berjalan. Kalian pasti masih ingat bagaimana Farish membuatku seperti ini, sebenarnya aku bisa saja menyuruh papa untuk menuntut Farish tapi aku tidak mau. Ingat, masih ada Tuhan. Bukankah hukum Tuhan itu lebih pedih? Jadi biarkan saja karma berjalan sesuai tugasnya, kita hanya perlu melihat bagaimana semesta bekerja.
Kehidupan itu seperti roda yang berputar, sedih akan berganti tawa, tangis berubah menjadi senyuman, begitupun dengan masa lalu, aku kehilangan orang terpenting dalam hidupku tapi Tuhan menghadirkan Kinan sebagai gantinya.
Ketika dokter bilang aku lumpuh sementara, rasa sesak yang menghimpit dada menjadi dua kali lipat sakitnya. Aku kehilangan harapan, aku ketakutan sepanjang hari, aku marah sepanjang waktu. Tapi Kinan datang memberi banyak dukungan untukku, hingga detik ini aku bisa berdiri sendiri. Bahkan jika dulu aku kehilangan Boby namun kali ini aku tidak akan membiarkan siapapun mengambil Kinan dariku.
"Sayang, kok ngelamun sih." Wajah Kinan yang berada di depanku membuatku terkejut.
"Eh, maaf. Aku bengong ya." Aku tersenyum tidak enak sudah mengabaikan Kinan yang sedari tadi menahanku agar tidak jatuh. Sore ini aku sedang berlatih otot kaki bersama Kinan. Kadang tak habis pikir, aku yang sakit tapi malah Kinan lah yang semangat mengajakku berlatih.
"Gak apa-apa, capek ya? Istirahat dulu ya. Nanti kita latihan lagi." Jawab Kinan menyudahi latihan kami sore ini.
Aku kembali duduk di kursi roda, mengatur napasku yang sedikit terengah-engah.
"Sayang, besok latihannya bentar aja ya, kasian kamu kalo gini." Ucapnya.
Lagi-lagi aku tersenyum. Itu pacarku, begitu perhatian dan begitu mengkhawatirkanku bukan? Tidak pernah ku bayangkan bagaimana jadinya aku tanpa Kinan, mungkin aku sangat berlebihan namun semenjak aku tau Kinan sangat kaya, ditambah dengan sikap dia yang mampu meluluhkan para wanita aku yakin di luar sana pasti banyak wanita yang lebih sempurna sedang mengantri untuk menjadi masa depannya.
Akhir-akhir ini perasaanku tidak enak jika menyangkut Kinan. Salahkah jika aku sedikit mengekang Kinan? Meskipun aku tau Kinan tidak akan berpaling ke lain hati, tapi siapa tau ke lain body. Yayaya aku tau, aku tidak sempurna sekarang tapi aku tidak akan tinggal diam jika ada wanita yang berani merebut Kinanku. Bolehkah aku egois sekali saja?
"Sayang, kamu sakit? Atau lagi ada masalah? Atau Ada yang dipikirin?
Aku terdiam beberapa saat menatap Kinan yang juga sedang memandangku dengan raut wajah cemas.
"Ada apa Ve?"
"Ga ada apa-apa, aku cuma lagi mikirin kamu." Godaku pada Kinan.
"Kan aku disini ngapain dipikirin? Mikirin yang aneh-aneh ya?" Kinan balik menggodaku. Dasar Kinan otaknya mesum pikirannya kotor.
"Mikirin kamu, kenapa ya kamu makin ganteng aja." Ucapku pada Kinan.
Kinan mengulum senyumnya sambil menggaruk tengkuknya salah tingkah. Kalian kalau melihatnya pasti tidak akan percaya, mukanya Kinan memerah tiap kali aku menggodanya. Gemas sekali tingkah pacarku ini.
"Yee, emang udah ganteng dari lahir. Udah ah aku ambil minum dulu."
Aku tertawa lepas melihat Kinan yang buru-buru pergi dari hadapanku, aku yakin dia sedang menempelkan air es ke wajahnya.
"Sayaaang, jangan lama-lama aku kangen." Teriakku sambil menahan tawa.
"Aku gak denger, Ve. Kamu ngomong apa sih? Hah apa, Ve?" Begitulah Kinan jika sedang salah tingkah. Itu menjadi kesenangan sendiri untukku. Dibalik wajahnya yang sangar, ditunjang dengan badannya yang besar sebenarnya dia itu anak manja yang lemah lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paralyzed (END)
FanfictionTuhan memberikan sentuhan keajaiban pada sosok gadis bernama Veranda. Dan bagaimana takdir mempermainkan Shania adik dari Veranda yang keduanya mencintai orang yang sama. Lika-liku kehidupan dan hubungan percintaan anak manusia di uji dengan sebuah...