"Omong-omong Vivian, apakah Jasmine memiliki masalah?"
"Aku tidak terlalu tahu, Bibi Ruby. Apakah ada sesuatu yang mengganggu Mom?"
"Wajah Jasmine terlihat pucat, seperti mempunyai masalah. Kau tidak memerhatikannya?"
"Aku tidak memerhatikannya," kata Vivian menjawab pertanyaan Ruby. "Tiba di Indonesia ... aku tiba-tiba dimarahi. Padahal aku sudah dewasa, aku memahami apa itu baik dan buruk."
Ruby menepuk pundak Vivian. "Semua orang tua ingin terbaik untuk anaknya, kau tahu akan itu, bukan?"
Vivian mengangguk pelan memberikan jawabannya kepada Ruby.
"Bibi, Kate."
Suara gadis kecil di sebelah Vivian menarik ujung pakaian Vivian. Pandangan Vivian bergerak ke bawah dan menatapnya, "Ada apa, Flora?"
"Kate mengejar sesuatu."
Vivian mengikuti petunjuk Flora. "Kate! Oh Tuhan. Kate berhenti di situ!" teriak Vivian.
"Aku ingin bola itu."
Kate menjawab Vivian. Namun, anak perempuan itu masih berlari mengejar bola yang dikatakan beberapa detik.
"Kate, berhenti!" Vivian mengingatkan Kate lagi, berupayah berlari bersama Flora di sebelah. Ia berharap Kate berhenti dan kembali.
"Lepaskan aku! Lepas! Bola itu akan kabur! Aku harus mengejarnya." Kate memberonta. Seorang Pemuda dengan sigap langsung menggendong Kate. Vivan menghela napas lega.
"Bola itu bukan milikmu gadis kecil."
"Sebastian?"
Vivian mengernyit mendengar Ruby mengatakan nama laki-laki bersama Kate. "Bibi mengenal Pemuda itu?"
Ruby mengangguk. "Dia adalah putera tunggalku."
Laki-laki muda bernama Sebastian melangkah dan mendekat. Dia berhenti di sebelah Ruby dan menyapa Ruby dengan suara riang, "Hai Ruby."
Cara Sebastian menyapa dan ketika memandang Ruby, membuat Vivian menngernyit.
"Gadis kecil ini sepertinya tidak boleh di genggam, harus digendong biar tidak berlarian di koridor rumah sakit sendirian." Sebastian berkata sambil menggendong Kate. "Rumor terdengar seseorang ingin menculik anak-anak kecil seperti mereka seringkalj terjadi di rumah sakit."
Sebastian menatap menyipit dan sengit kepada Kate. Pertunjukkan menakuti Kate akan membuat gadis kecil itu menjadi penurut.
Mendadak bibir Kate mengatup rapat dan tapapan dia berubah sedih.
Vivian sekilas segera mengambil Kate dari gendongan Sebastian dan mencoba menenangkan Kate sebelum anak perempuan kecil itu menangis.
"Kate jangan menangis, ya? Aku ada di sini, kau tidak baik-baik saja." Vivian memeluk Kate seraya mengecup-ecup puncak kepala Kate berbau wangi sampo stroberi.
"Sebastian!" Ruby menatap tajam kepada Sebastian.
"Aku hanya memperingatkan gadis kecil itu. Kenapa aku disalahkan?" Sebastian tersenyum memalas.
"Kau memang salah. Caramu salah mengajari anak kecil. Kate masih anak-anak."
"Baiklah, aku salah, Maafkan aku, Kate."
Kate tidak mendengar. Gadis kecil itu sudah menangis dan Vivian berusaha menenangkan Kate.
"Sebastian! Apa yang kau lakukan?! Jangan kurang ajar padaku!"
Suara Ruby berubah marah.
Vivian memandangi Ruby dan Sebastian dengan kening mengerut kebingungan.
Vivian memutuskan kontak mata dari mata Ruby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPT
RomanceNSFW - [D28+] [√ SELESAI] [DDLG PROJECT OF PURE TABOO] VOLUME (1). Behind Forbidden Love © 2019, Ennvelys Dover, All right reserved. Cover Ilustration & Designer: Ennvelys Dover Logo Illustration & Designer: MPH/MDee ...