Sixteen

814 74 51
                                    

Minggu pagi setelah melaksanakan kewajibannya mobil Veranda melesat membelah jalanan menuju ke suatu tempat, tempat dimana menjadi peristirahatan terakhir teman masa kecil nya.

Veranda memarkirkan mobil di tempat parkir. Helaan nafas Veranda terdengar lesu, dan pandangannya pun jatuh pada sebuket bunga lily di kursi samping kemudi. Veranda meraih bunga lily dan keluar dari mobil. Sesaat langkah kaki itu sampai dimana tempat Kinal beristirahat Veranda berdiam diri, menatap pusara yang sudah di penuhi bunga bunga dari pengunjung yang lain.

Veranda menunduk dan menaruh bunga lily diantara bunga yang lainnya dan kembali berdiri. Tatapan beberapa pekan lalu yang sangat mengiba kan sekarang berganti tatapan kosong. Meski begitu di dalam hati Veranda tak lepas dari doa doa yang dia kirimkan untuk Kinal. Bukan untuk Kinal saja tapi juga untuk dirinya, meski di saat ini dia tidak bisa lagi melihat wajah Kinal, semoga di dalam mimpi mereka bisa bertemu, begitu sekiranya doa dari Veranda.

Setelah berdoa Veranda memandang lekat pada pusara Kinal. Bohong jika dia tak apa apa saat ini,  memikirkan Kinal tahu dia selalu menangis membuat Kinal bersedih itu yang Veranda tak mau. Dia berusaha setegar mungkin di depan pusara Kinal, karena dia tidak mau Kinal bersusah hati nantinya,  dengan menampilkan senyuman yang indah dan mengharukan Veranda pikir bisa membuat Kinal tenang di alam sana.

----

Naomi merasa sangat bahagia hari ini, kenapa? Karena weekend telah tiba, dan di hari ini juga dia akan berkunjung ke rumah Oma dan Opa, you know lah sebab dari kesenangan hatinya pagi ini. Senyuman terus terukir di wajah Naomi dari semalam. Memikirkan dia yang akan bertemu kembali dengan Kinal lah yang menjadi asal usul dari senyuman itu.

Mami dan papi Naomi hanya menggeleng melihat kelakuan putri semata wayang mereka.

Tak berselang lama mobil yang di kendarai oleh papi Naomi pun akhirnya tiba di perkarangan rumah Oma dan Opa Naomi. Naomi bergegas turun dan memasuki rumah Oma dan Opa nya.

"Omaaaa" teriak Naomi yang baru saja memasuki rumah dan menjumpai Oma dan Opa nya tengah duduk santai di depan televisi.

"salam dulu atuh neng, baru teriak teriak"

Naomi terkekeh dan memeluk Oma nya sayang

"kangen Omaa" ucapnya manja dan memeluk Omanya.

"tidak kangen Opa?"

"ga, abisnya Opa nyebelin mau jodohin aku sama Asep" balas Naomi cepat dan mengeratkan pelukan.

Mami dan papi Naomi menggeleng kembali melihat kelakuan Naomi.

"Man, anak mu kenapa ini?" tanya Oma Naomi pada Herman -papi Naomi- yang baru saja ikut duduk di sofa.

"ga tau pa, dari semalam tuh senyum senyum terus, lagi bahagia kayaknya, iya kan dek?" Naomi menggeleng. "asumsi papi ga tepat"

"oh mami tau nih kayak nya"

"apa?" tanya Naomi cepat, kini dia sudah melepas pelukannya dan duduk bersandar pada sandaran sofa.

"bahagia karena mau ketemu Asep nih ya. Iya kan. Ngaku deh, cie anaknya mami malu maluin"

"kemaren nolak tawaran Opa kamu, sekarang mau ketemu aja bahagianya ga ketulungan" Opa Naomi pun ikut mengkritik.

"ih enak aja mami bilang gitu, ga ya, aku senang aja bisa ketemu Oma Opa lagi, bukan karena Asep. Ih euhhh"

"dek dek, tsundere mu itu loh ga nahanin"

"ih papi, ga ya. Aku ga suka sama Asep! Sampe kapan pun ga bakalan suka!"

"udah ah aku mau pergi aja" Naomi merajuk dan beranjak.

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang