ending

144 7 0
                                    

Coffee Break Cafe. Cafe yang biasa dikunjungi orang orang yang latihan di pelatnas termasuk Ihsan, Jhonatan dan Antony meskipun Ihsan kini tak lagi disana,namun ia sering mengunjunginya dan latihan disana.

Hari ini di cafe biasa tempat mereka berjumpa terlihat pemandangan baru, Nisa yang bertahun tidak dijumpai mereka dan kini Nisa sudah berkumpul bersama dengan Zahra dan Antony.
Mereka belum memesan apapun karena masih ingin menunggu Ihsan, Kevin dan Jhonatan. Itu terlihat dari banyak nya kursi kosong di samping mereka.

Meskipun agak terasa canggung namun mulai hari ini Nisa harus membiasakan diri dengan perjumpaan ini, terlebih lagi mulai saat ini ia akan tinggal di Indonesia dan akan banyak berjumpa dengan Ihsan dan teman temannya.

Diam mungkin hal yang baik bisa juga menjadi yang terbaik tapi tidak untuk jangka yang lama. Zahra menggenggam tangan kiri Nisa, terlihat memberitahu untuk tetap tenang.

"Oh ya,ini(Antony membuka tas miliknya dan mengeluarkan buku yang berjudul khitbah dan suami yang sholeh ),ini dari Abi saat mau ngelamar kamu. Mungkin kita gak jodoh,tapi titip salam sama Abi kamu karena Kakak bisa tau menjadi suami yang sholeh."

"Hmm,pasti Nisa kirimin, insyaallah."

"Oh ya,gimana kuliah kamu?." Tanya Antony memecah kesunyian.

"Alhamdulillah, Nisa lulus dengan nilai terbaik dari Indonesia."

"Syukurlah,....kamu udah tau kabar tentang Ihsan?." Tanya Antony lagi, sebenarnya dia tidak ingin menanyakan hal itu,hanya saja ia tidak tau harus bicara apa.

"Tau kak." Nisa hanya menjawabnya singkat,itu yang tidak ingin didengarnya sampai saat ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa ia masih menyimpan perasaan dengan Ihsan namun ia juga tidak bisa memilih apapun, sebentar lagi ia akan menikah. Dan itu sudah takdir jika ia menolak lamaran Ihsan dahulu.

Ihsan, Jhonatan dan Kevin masuk kedalam cafe, mereka mencari tempat yang dituju tepatnya dimana Zahra dan Antony berada.

"Lu udah tau kan San kita mau jumpa siapa?." Tanya Kevin pada Ihsan.

"Gua tau dan gua siap."

"Bagus kalau gitu."

Mereka bertiga menghampiri Antony yang duduk diujung sana bersama Zahra dan Nisa.

Duduk,selepas itu hanya diam. Kevin memanggil pelayan cafe dan mereka memesan berbagai menu yang diinginkan mereka masing masing.

"Gimana kuliahnya sa? Lancar?." Tanya Ihsan pada Nisa.

"Hmm, Alhamdulillah lancar Aak."

"Oh, Nisa cuma mau bilang kalau tanggal 17 Nisa resepsi." Ujar Nisa sambil mengeluarkan surat undangan dari tas miliknya lalu membagikannya.

Semua menyambut surat itu dengan hangat termasuk Ihsan. Ihsan lalu membaca nama yang sengaja terukir di kertas itu Rio & Nisa. Manis sekali,sampai sampai Ihsan tersenyum.

"Rio?." Tanya Ihsan sedangkan Nisa hanya mengangguk untuk menjawabnya.

"Rio adalah orang yang beruntung." Ujar Ihsan.

"Semuanya keberuntungan dan Aak juga adalah orang yang beruntung,punya istri cantik dan sholehah dan sekarang punya anak laki laki." Jelas Nisa tersipu hingga membuatnya tersenyum.

Semua orang pun dimeja itu tersipu melihat senyuman Nisa,natural dan manis sekali. Menurut Ihsan senyuman itu sama seperti yang ia lihat saat pertama kali bertemu.

"Eh maaf,Zahra pindah meja aja kearah sana,soalnya disini mataharinya panas dan kayaknya mulai gerah." Ucap Zahra berdusta. Memang benar matahari menghadap kepada mereka tapi tidak terasa panas atau pun gerah. Zahra beberapa kali mengedipkan matanya kearah senior senior nya di pelatnas, Jhonatan, Antony dan Kevin. Tanda mereka mereka memang harus beranjak pergi dari sana,membiarkan Ihsan dan Nisa berdua sekedar hanya bercerita.

"Habis ini kuliah lagi?." Tanya Ihsan memecah keheningan.

"Belum tau Aak,kalau ada rezeki lagi yah kuliah tapi mungkin Nisa milih untuk kerja."

"Dimana?."

"Masih rencana Aak, yang jelas di Jakarta."

"Gak mau keluar negeri?."

"Hmm,nggak Aak, Rio juga maunya tinggal di Jakarta."

"Oh gitu."

Nisa mengehala nafasnya sejenak,ada yang ingin dikatakannya namun ia butuh mengumpulkan keberanian saat ini.

"Ada apa?." Tanya Ihsan setelah menyerup minuman yang ada didepannya.

"Karena Allah Aak dan Nisa berjumpa dan apapun itu sekarang ini,Nisa percaya itu semua karena Allah. Tentunya Nisa juga percaya tidak ada yang sia sia jika Allah yang telah menentukan."

"Maksud kamu?."

"Tidak bermaksud apapun, Nisa cuma bersyukur bertemu Aak."

"Aak juga bersyukur bisa ketemu sama  kamu."
"Nisa mau nggak jadi adek angkat Aak?." Tanya Ihsan.

"Yah mau atuh Aak, Nisa dari dulu pengen punya Kakak."

"Ya udah,mulai sekarang Nisa itu adeknya Aak." Ujarnya sambil tersenyum manis pada Nisa.

                              *****

17 April, Resepsi pernikahan Rio dan Nisa dikediaman Nisa di Jakarta. Sebagai sahabat Nisa, Zahra adalah orang yang sibuk dengan acara ini,mulai dari makeup, gaun dan makanan ia siapkan.
Acaranya terlihat bernuansa putih,abu abu dan merah muda dan yang jelas disana banyak rangkaian bunga yang mengindahkan penglihatan mata.

Disisi sana terlihat Abi,Umi,Qima dan Ozy, kelihatannya menikmati acara dan kadang hanya sekedar berbincang dengan orang orang. Didua kursi sana terlihat Jhonatan dan Nadia terlihat sebagai pasangan yang serasi, Antony bersama ayah dan ibunya sedangkan dimeja sana terlihat Ihsan,Kulsum dan Zhafran,anak Ihsan. Keluarga kecil itu sangat bahagia dan Dimeja sebelah nya ada Rifa dan ayah ibunya Ihsan.

Semua orang yang datang di pernikahan Nisa terlihat jelas dilihatnya mulai dari keluarga,teman,tetengga dan kerabat jauh.

Abi Nisa terlihat bahagia,ia memang merestui jika Rio yang menjadi pendamping anak pertamanya itu namun bukan berarti dia tidak menyukai Ihsan. Ihsan juga tentu layak menjadi menantunya, namun itu bukanlah takdirnya.

Tak lama berlalu di acara itu terlihat Ihsan dan Kulsum menghampiri Nisa dan Rio, seakan turut bahagia melihat mereka berdua. Kulsum sudah tau bahwa Nisa adalah cinta pertama nya Ihsan dan dia memaklumi itu.

Nisa mengambil alih Zhafran dari gendongan yang diberikan Kulsum,dia baru pertama kali melihat Zhafran langsung jadi karena itu ia sangat geram dengan kelucuan Zhafran. Beberapa kali Nisa dan Rio mencium pipi Zhafran, berharap jika dia punya anak nanti akan sama lucunya seperti Zhafran.

                             *Selesai*

Tak selamanya apa yang kita inginkan adalah yang terbaik
Dan hidup tidak pernah sesuai dengan apa yang kita impikan.

Yang pertama bukan berarti tidak bisa menjadi yang terakhir dan yang terakhir bisa menjadi yang pertama.

Manusia hanya berjalan sampai dia bertemu titik dimana dia ingin berteduh dan dimana titik kita akan berhenti.

Cerita ini untuk Ihsan Maulana Mustofa dan orang-orang didalamnya.🥰

Karena Allah(IMM)[SELESAI]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang