2.

8.9K 779 10
                                    

Haechan masuk ke rumah sederhana, rumah yang hanya memiliki 2 kamar tidur, ruang tamu dan dapur.

" Aku pulang!" Haechan melepas sepatunya dan menggantinya dengan sandal rumah.

" Ibu sudah masak makan siang, mandilah lalu makan. Ibu harus pergi." Ucap Ibu Haechan seraya memasukkan beberapa barang ke dalam tasnya.

" Ibu akan menemui ayah ?" Tanya Haechan

" Iya, ibu akan keluar kota bersama ayahmu." Jawab wanita itu, mengecup kening Haechan lalu keluar dari rumah.

Haechan menghembuskan napas kasar, sampai kapan ibunya akan bertahan dengan orang itu.

°°°

Mark memarkir mobilnya diseberang jalan rumah Haechan, berlari kecil karena gerimis mulai turun.

Mark langsung masuk ke rumah Haechan seolah rumahnya sendiri.

" Siapa pemuda itu?" Tanya Mark membuat Haechan terkejut hingga menjatuhkan piring yang ia bawa.

" Teman satu jurusanku." Jawab Haechan sambil memungut pecahan piring yang terjatuh tadi.

" Teman atau teman?" Desak Mark

" Dia hanya mengembalikan bukuku lalu kami jalan bersama menuju halte."

" Bukankah aku sudah sering bilang? Aku tak suka kamu berbincang dengan pemuda mana pun."

" Walau itu hanya membahas tugas?" Tanya Haechan tak percaya, kekasihnya ini sungguh keterlaluan. " Aku hanya berbincang tentang tugas, aku tak berpelukan atau berciuman dengannya. Kenapa itu menjadi sebuah masalah?"

" Ya itu masalah! Karena jelas aku lihat pemuda itu tertarik padamu!" Mark membentak Haechan. Haechan memejamkan matanya, sungguh dia merasa lelah menghadapi emosi Mark yang selalu meluap karena masalah kecil.

" Besok aku akan mengundurkan diri dari kampus jika itu bisa membuatmu lega." Air mata Haechan mengalir lagi. Membuang pecahan piring ke dalam tempat sampah lalu mencuci tangannya.

Mark mengacak rambutnya, mendekati Haechan dan memeluk gadis itu dari belakang.

" Maafkan aku sayang!" Mark mencium leher Haechan lembut.

" Hiks.." Hanya isakan yang keluar dari mulut Haechan.

" Sayang, apa yang kau lakukan!" Mata Mark membola, meraih tangan Haechan dan membuang pecahan piring yang ada di tangan Haechan.

Lagi dan lagi, Haechan melukai dirinya sendiri setiap kali bertengkar dengan Mark. Haechan bukan gadis yang mudah mengungkapkan perasaannya lewat kata. Dia selalu menyimpan segala masalah sendiri. Dan Mark adalah titik terlemah dari semua masalah yang Haechan hadapi.

Setelah mengobati luka Haechan, Mark menuntun gadis itu untuk ke kamarnya. Membaringkan gadis itu dan menyelimutinya sebatas pinggang.

Satu tangan Mark membelai rambut Haechan dan satu lagi menggenggam tangan Haechan.

" Nana menelponmu." Ucap Haechan saat ponsel Mark berdering dan menampilkan id pemanggil. Haechan memalingkan wajahnya kearah lain.

" Halo Na! Aku akan menelponmu nanti." Mark mengakhiri panggilan lalu mematikan ponselnya.

" Lebih baik kamu pulang." Lirih Haechan

" Aku akan disini sampai kamu tidur." Mark mengecup kening Haechan " Aku mencintaimu Lee Haechan! Jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku!"

Bak matra sihir, Haechan mengangguk setelah Mark mengatakan itu.



Tbc

Mau ngomong apa?

[End] The Reason ⚠️ Markhyuck GS ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang