Part Thirteen

1.6K 171 73
                                    

ACT Group

Hari itu, sepuluh karyawan ACT dikumpulkan berjejer dengan kepala tertunduk di hadapan seorang Al Ghazali. CEO mereka yang katanya keras kepala itu mengintrogasi mereka semua di dalam ruangannya sejak tadi pagi, hingga siang ini beberapa diantara mereka sudah pucat, ada juga yang terjatuh berlutut di lantai karena pegalnya berdiri selama berjam-jam dalam diam. Ini memang terlihat gila, tapi lelaki ini juga tidak pernah merasa berdosa, dia hanya berdiam diri dan melamun setelah lelah berteriak sambil menuduh mereka satu per satu.

”Kenapa ini bisa terjadi? Kapan aku menandatangi surat brengsek itu. Katakan, siapa diantara kalian yang memaksa ku menandatanginya!?”

Lagi-lagi dia menayakan hal yang sama, tatapannya tetap tajam mengerikan dengan nada tinggi. Al terlihat kacau, dia sendiri kebingungan. Seingatnya mana mungkin ada orang yang berani memaksanya, dia tidak habis pikir kenapa di surat cerai itu bisa ada tandatangannya. Mulai putus asa karena sepuluh orang di hadapannya tidak ada yang mengaku. Ya, setelah dengan teliti mengingat, hanya sepuluh orang inilah yang bertugas meminta tanda tangannya.

”Saya tanya sekali lagi, SIAPA YANG MEMBAWA SURAT ITU?” lagi-lagi Al berteriak. Nyali semua orang yang ada disitu langsung menciut.

Sementara karyawan lain di luar sana saling berbisik, mereka prihatin dengan nasib teman-teman mereka di dalam. Al kali ini memang kejam, jelas-jelas dia melampiaskan kemarahannya pada mereka. Sikap dingin dan brutalnya kembali lagi, bahkan terlihat tidak manusiawi.

         

          ======================

Setelah lelah seharian bertingkah konyol dan tetap tidak menemukan apapun, malam harinya dia hanya menyendiri di kantornya. Bahkan belum pulang ke rumahnya sejak kepulangannya dari New York, terkadang dia menginap di hotel. Sejujurnya dia terlalu takut, begitu takutnya ketika tidak mampu membendung rasa rindu pada Yuki. Dia bahkan masih memungkiri kalau Yuki sudah pergi dari sisinya, tidak percaya bahwa mereka benar-benar sudah berpisah. Pada awal pernikahan mungkin  hal ini pernah terpikir olehnya, tapi entah sudah berapa lama, dia bahkan tidak ingin berpisah dengan Yuki sedetikpun.

Tak terpikir olehnya kemana harus mencari Yuki, bagai sesosok mayat yang hidup tanpa tertarik pada apapun. Ya, sudah beberapa hari berlalu, tubuhnya terlihat semakin kurus. Sinar matanya kelam tak bernyawa. Setiap hari dia hanya datang ke rumah mertuanya itu, dan berujung dengan keributan. Al juga menghubungi rumahnya setiap saat untuk menanyakan apakah Yuki sudah kembali. Dalam sehari, berkali-kali dia menghubungi ponsel Yuki yang memang sudah tidak aktif, setiap kali ponselnya berdering dengan penuh harap Yuki dengan cepat dia menjawab telepon itu. Berharap Yuki akan menghubunginya, karena dia tidak percaya Yuki akan melupakannya begitu saja. Yukinya terlalu manis untuk berbuat sekejam ini, baginya hati Yuki terlalu hangat untuk membiarkannya kembali menjadi sosok yang dingin.

Namun hari demi hari yang terlalu berat ini terkadang membuatnya ragu, apakah Yuki tidak ingin melihatnya lagi? Apa Yuki benar meninggalkannya? Rasa putus asa ini menusuk-nusuk hatinya berkali-kali. Hanya air mata yang akhirnya terurai, tanpa mampu menjelaskan cinta dan rindu yang kini menyakiti keduanya.

”Entah kemana dirimu berlari, nilaimu tidak kan pernah surut di tingkat hatiku, bayangan di cerminpun tak sanggup menyamai rupamu, mengisi keberadaanmu, maupun menenangkan hatiku. Jadi kembalilah.... sebelum kamu menyiksa cintaku lebih dalam lagi... Setidaknya, izinkanlah aku berkata maaf...”

     ===========================

Kediaman Delano

Beril dan Ranggaz mendatangi Delano. Tidak disangka, lelaki ini terlihat jauh lebih tenang. Tidak seperti biasanya saat terjadi sesuatu pada Yuki, mungkin akan sama tidak berdayanya dengan Al. Mungkin juga Delano akan menjadi orang pertama yang akan mencarinya kemana-mana. Tapi kali ini Delano seakan mengetahui sesuatu, tidak heran kalau Beril dan Ranggaz terus memaksanya bicara. Mereka berdua duduk di hadapan Delano, mengintrogasinya seakan lelaki itu adalah penculik Yuki nomor satu.

Heart (END)Where stories live. Discover now