12

13.3K 1.4K 359
                                    

Seokjin menangis kencang di pelukan sang mertua. Merasa bersalah. Menyalahkan dirinya sendiri karena hal ini.

"Sudah, Jimin pasti baik-baik saja"

"Ini salahku, Eomma. Kalau saja aku tidak-"

"Sudah kubilang kalau Jimin pasti baik-baik saja"

Elusan lembut di punggung bergetarnya sedikit membuat tangis Seokjin mereda. Meski tidak benar-benar terhenti.

Menunggu dengan khawatir kepastian yang tidak jelas.

Setelah kejadian jatuhnya Jimin dari kasur, Seokjin langsung saja membawa bayi itu ke rumah sakit. Dan disinilah mereka sekarang.

Menunggu dan berharap.

Cklek~

Ruangan itu terbuka dan Seokjin langsung saja melepas pelukan sang mertu, beranjak dengan wajah basahnya. Masih terisak kecil.

"Bagaimana?!" tanyanya cepat.

"Beruntung segera dibawa kemari, jadi lukanya belum terlalu parah dan bisa ditangani"

"Jadi Jiminnie baik-baik saja kan?!"

Bahkan Seokjin mulai berteriak karena khawatir.

"Ya, bisa langsung dibawa pulang nanti sore"

Dan barulah ia bisa tersenyum lebar sambil mengucapkan terimakasih bertubi-tubi. Wajahnya langsung saja berubah menjadi sumringah, meski masih tersisa air mata yang belum mengering disana.

"Sudah kubilang kan kalau Jimin pasti baik-baik saja. Dia anak yang kuat" cuit sang mertua yang semakin membuat senyum Seokjin melebar.

Ya, anaknya memang anak yang kuat di balik tubuh kecilnya itu.

"Jiminnie" gumamnya pelan.

Kemudian, bayi itu dipindahkan ke kamar rawat dan barulah Seokjin bisa melihatnya.

Kembali sedih saat melihat perban putih melingkar di kepala bundar itu.

"Padahal Jiminnie sedang sakit" gumamnya sambil mengelus perban putih itu. Kembali merasa bersalah.

Perlahan, kedua mata kecil itu terbuka. Sangat pelan dan kening itu berkerut saat ia tak mengenali tempat dengan bau yang menyengat ini.

"Mimi~" panggilnya. Masih belum menyadari siapa yang berada di sebelahnya.

"Mamih disini, Jimin. Jimin tidak boleh takut ya, ada Mamih"

Menoleh dan langsung menangis saat itu juga.

"Kenapa? Kepalanya masih sakit ya?"

Seokjinpun mengangkat si bayi dengan sangat hati-hati. Memegang belakang kepalanya seperti tengah membawa bayi yang belum bisa mengangkat kepalanya sendiri.

"Sssstttt, Mamih disini"

Ia sandarkan kepala itu ke dadanya. Mengayunkannya pelan dalam pelukan.

Cklek~

"Kenapa menangis?"

Sang Ibu mertua yang baru selesai dengan urusan administrasi itu langsung mendekat saat mendengar tangisan si bayi.

"Sepertinya kepalanya masih sakit, Eomma" jawab Seokjin.

Yah, memang bagaimana lagi caranya bayi itu memberitahu jika dirinya sedang kesakitan kalau bukan melalui tangisannya?

"Kau jangan ikut menangis, nanti Jimin semakin histeris"

"Tapi, kasihan Jimin, Eomma"

"Makanya, jangan semakin menambah beban Jimin. Kau Ibunya. Kau harus lebih kuat darinya"

My Baby [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang