BAB 6: Part 3 "Moonlight Sonata"

142 8 0
                                    


Hyeri telah selesai mengganti pakaian, sekarang ia merasa lebih nyaman walau baunya tidak begitu saja hilang. Baju dari Yoongi memang tak terlalu pas, tapi jika mengingat siapa si empu yang punya Hyeri tak dapat menyembunyikan kebahagiaan.

Setelah keluar dari toilet, Hyeri melihat banyak keributan yang terjadi. Siswa-siswi saling berebut jalan untuk menyaksikan suatu pertunjukan. Jika tidak salah dengar, kini sepertinya banyak sekali yang berteriak nama Wangja. Lagi, apa yang dilakukan lelaki itu untuk menarik perhatian.

"Apa ini konser? Kenapa teriakannya terdengar seperti fanchat. Meriah dan heboh sekali," batin Hyeri.

Ia pun mengendap-endap untuk menyaksikan kejadian apa yang sebenarnya diributkan itu.

"Hey, kelas 2-1 itu beruntung sekali, mereka bisa melihat Wangja sedekat itu."

"Benar, tapi ada apa ini? Kenapa Wangja tiba-tiba saja mau muncul di kelas praktik? Bukankah sudah lama dia menghindari pelajaran ini, terlebih dia kan tidak akur dengan Pak Choi. Ini pasti hari spesial untuk kita, Wangja akan kembali bernyanyi."

"Wangja... Wangja... Wangja..."

Mereka meributkan tentang Taehyung yang akan kembali bernyanyi. Memang kenapa jika lelaki itu kembali bernyanyi. Yah, itu memang pasti menyenangkan bagi para fansnya, tapi Hyeri kesal, setiap sorakan dari penonton seakaan mentertawakan dirinya. Lagi ia mengingat telah berkata buruk tentang bakat Taehyung. Semoga saja itu bukan hanya bualan dan berharap jika Taehyung memang tak bisa melakukan apa pun.

"Aku tidak punya kepentingan di sini, ayo kita pergi kakiku yang cantik. Hari ini sudah lelah, jadi tolong tubuh dan juga otakku kalian bekerja samalah, aku tidak ingin menyaksikannya," batinnya, namun ia tak dapat mengendalikan permintaannya sendiri. Tubuhnya menolak untuk mematuhi. Kini dia malah melangkah lebih dekat. Beberapa orang memasang mata tak suka saat melihat kedatangan Hyeri, tapi ia sendiri tak acuh.

"Oh, Kim Taehyung lama tidak bertemu." Seorang pria yang berkisar di usia akhir 50 tahunan itu tersenyum kasar menyambut Taehyung. "Kenapa kau datang ke sini, huh? Kau ingin menghancurkan kelasku lagi?" sindirnya.

Taehyung sama sekali tak terganggu, kaki itu tetap lurus melangkah melewati guru yang baru saja menyindirnya. Ia kini telah terduduk dengan mantap di atas kursi piano berjenis adjustable berwarna grey, di depannya ada sebuah grand piano terbuat dari konstruksi kayu mengkilap dan lengkap dengan tuts yang berjumlah 88. Ia siap dimainkan kapan pun.

"Wangja... Wangja... Wangja..." teriakan itu kembali bergema

"Apa-apaan ini, apa sebagus itu? ah, tidak mungkin. Apa yang salah denganku, apa yang aku khawatirkan saat ini." Sinis Hyeri.

"Oh, Hyeri. Aku mencarimu ke mana-mana," sapa Jihee.

"Maaf." Sesal Hyeri.

"Ah, Wangja akan melakukan sesuatu lagi. Tak peduli dia hanya mengacau atau benar akan menyanyi, aku sudah tak sabar ingin menyaksikannya," ujar Jihee antusias.

"Kau menyukainya?" tanya Hyeri ragu.

"Aku pernah menjelaskannya padamu. Tidak ada seorang pun yang tidak menyukainya dan aku memang menyukainya, tapi dalam artian seperti ini. Aku mengagumi bakatnya. Dia sempurna ketika berada di atas panggung. Dia tercipta memang untuk menjadi seorang Idol," jelas Jihee.

"Aku orang yang tidak menyukainya!" Jujur Hyeri.

"Apa? kau tidak menyukai, Wangja?"

Jihee begitu terkejut mendengar pengakuan Hyeri. Sebenarnya dia memang sudah tahu dari awal, tapi entah mengapa reaksinya berlebihan. Kemudian mengapa orang-orang masih saja mendengar teriakan Jihee, lihalah mata mereka kembali menatap sinis pada Hyeri.

My Lovely Brother and Boyfriend - KTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang