Roselia

4 1 0
                                    


Ia hanyalah sebuah boneka.

Boneka itu, berparas cantik dengan matanya yang lebar, disertai hidung mancung dan bibir mungilnya. Rambut lurus hitam pekat itu dihiasi dengan bandana topi berukuran kecil yang diletakkan disisi kanan kepalanya. Tubuh yang tampak mulus dibaluti sebuah gaun bertema gothic dengan paduan warna hitam dan sedikit pola berwarna merah darah. Dan juga, ditambah kalung choker yang memiliki pita menjuntai sampai bagian dadanya.

Boneka itu adalah boneka paling menawan yang pernah aku temui. Perawakannya tampak nyata seperti manusia pada umumnya. Ia kunamai Roselia. Nama itu kudasari dari aura boneka itu yang nampak anggun dengan nuansa merah kehitaman yang membuat setiap orang melihatnya tak ingin pergi meninggalkan boneka itu.

Tubuhnya yang mulus nan kakunya itu biasa diletakkan di depan sebuah toko pakaian. Tepatnya di display kaca yang dapat dilihat oleh setiap orang yang berlalu lalang melewati toko itu. Tak hanya menaruh boneka itu begitu saja, namun sang pemilik toko turut menghiasi display kaca itu dengan nuansa Roselia.

Kursi klasik berwarna coklat tua dengan busa empuk yang disediakan untuk Roselia duduk. Tak hanya itu, terdapat pula meja persegi yang di alasi dengan taplak meja putih yang ditengah-tengahya di taruhnya pot bunga mendatar yang isinya bermacam-macam jenis bunga. Ada bunga Lily, Tulip, Mawar, hingga Tabebuya. Tak lupa, dibagian latarnya di gantung tirai panjang layaknya kerajaan Eropa pada masa lampau. Ditambah lagi pola duduk yang makin menambah kecantikannya. Sangat menakjubkan bukan? Tak perlu kukatakan lagi semua itu pasti disiapkan hanya untuk boneka Roselia.

Saking cantiknya, aku selalu menyempatkan diri untuk diam dan menatapnya. Yang kebetulan, lokasi toko itu berada di pinggir jalan yang biasa ku lewati saat aku pulang sekolah. Nyatanya sosok Roselia itu baru dipajang 3 hari yang lalu. Pun dari 3 hari yang lalu aku selalu menatapya hampir tak pernah kurang dari 10 menit.

Sampai, pada suatu ketika saat aku menatapnya, sang pemilik toko kebetulan sedang keluar dari toko tersebut. Terlihat ia sedang mengantarkan salah seorang pembelinya hingga keluar pintu toko itu. Ketika aku bertemu mata dengannya, lantas ia memanggilku dengan tersenyum lembut. Pemilik toko itu kemudian berkata "Nona cantik? mau aku antar kedalam?". Walau awalnya aku menolak, namun rasa penasaran ku tak dapat kutampung lagi. Pada akhirnya aku menyerah menuruti ajakan pemilik toko itu. Ia pun mengantarku masuk kedalam toko itu melewati pintu kayu yang letaknya disamping display kaca itu. Sudah pasti perasaan yang aku rasa saat itu hanyalah campur aduk.

Saat aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam toko itu. Nyatanya, tak hanya bagian luarnya yang menarik perhatianku. Namun, tak disangka-sangka bagian dalamnya justru semakin menganggumkan. Di dalamnya terdapat berbagai gaun yang dipasang di berbagai patung tanpa kepala yang biasa digunakan para penjual toko baju. Terdapat pula pernak-pernik serta hiasan yang terpasang dengan indahnya. Nyala lampu yang bercahaya agak redup, membuat toko itu semakin menonjolkan nuansa klasiknya.

Pemilik toko itu sangat ramah. Padahal ini adalah kunjungan pertamaku, dan aku masih berpakaian baju sekolah. Seharusnya pemilik toko itu sadar kalau aku tak akan mampu membeli satu pun barang yang dijual di toko ini dengan uang saku ku sendiri. Namun, sepertinya ia tak peduli dengan semua itu, tanpa ragu ia telah menyajikanku secangkir susu manis dan beberapa toples makanan kering.

Sambil mencoba makanan kering yang ia sajikan, ia dengan ramahnya mengajakku membicarakan berbagai buah pembicaraan. Sambil ngemilpun aku menyauti setiap obrolan. "Lumayan, ada makanan gratis pengganjal perut yang biasanya meraung minta diisi." Ucap batinku.

Kami bercerita banyak hal, hingga pada akhirnya, sang pemilik toko mengalihkan topikya kepada boneka yang ku sebut-sebut Roselia itu. Tak sengaja aku menyebut boneka itu dengan sebutan Roselia. Saat pemilik toko itu mendengar aku menyebut nama Roselia, ia hanya tertawa kecil dan berkata " Roselia, nama yang bagus. Karena saya sendiri belum pernah menamainya sebelumnya.". Mendengar jawabannya, aku jadi tersipu malu karena ucapan ku sendiri. Punya kuasa apa aku sampai bisa menamai boneka cantik itu. Yang makin membuatku semakin malu adalah faktanya, pemilik toko itu ternyata selama ini telah melihat diriku berdiri menatap boneka itu setiapku pulang sekolah.

" Nak, aku akan memberimu sebuah tantangan, Apa kamu bersedia? " Tanya pemilik toko itu tiba-tiba.

" Mungkin saya bersedia, tapi, apa tantangannya? "tanyaku dengan penuh penasaran.

"Don't blink your eyes till you can't hold it anymore." Jawabnya.

" Lalu dengan siapa aku beradu tatap? " Pertanyaanku lantas dijawab olehnya dengan lirikan mata sang pemilik toko yang mengarah keboneka itu. " Boneka Roselia? Anda yakin? "

"Tentu saja aku yakin nak. Kalau begitu mari kita mulai." Tanpa menunggu persetujuanku, sang pemilik toko pun menghampiri bonekanya. Lantas meggendongnya seperti menggendong seorang anak. Setelah mendudukannya di hadapanku, ia megisyaratkanku untuk memulainya.

Ini benar-benar aneh. Bagaimana bisa aku beradu tatap dengan sebuah boneka?. Yah, entahlah, selagi ini menarik, akan kucoba.

Dan hasilnya? Akulahpemenangnya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

RoseliaWhere stories live. Discover now