Prolog

25 5 1
                                    

Pertarungan besar ini sudah terjadi sejak satu jam yang lalu. Tak dapat dihindarkan, sehingga sudah banyak korban berjatuhan.

Seorang gadis menggugurkan lawan dengan kekuatan yang berasal dari tangannya. Tidak semua, terkadang ia bertarung dengan tangan kosong untuk membuat musuh terluka parah.

Gadis itu menatap sekitar, mencari keberadaan dua sahabatnya. Namun lagi-lagi musuh dengan pedang panjangnya mendekat membuat ia harus melawan.

Karena fokusnya terbagi, pedang itu sempat menggores pelipisnya dan berdarah. Ternyata lawannya kali ini cukup tangguh. Baru saja ia ingin mengeluarkan kekuatan, tiba-tiba lawannya ambruk dengan sebuah panah tertancap di perut.

"Pearly, fokus!"

Gadis bernama Pearly itu menoleh ke sumber suara. Ternyata dari salah satu sahabatnya, Grizelle.

"Aku mencari kau!" jawabnya setengah berteriak. Pertarungan ini adalah perang besar. Sejauh mata memandang hanyalah dua pasukan yang sedang bertarung hebat.

"Aku baik-baik saja! Fokus saja pada lawan!" Grizelle membidik salah satu musuh dan memanahnya. Terkadang ia juga bertarung, menjatuhkan lawan dengan tinjuan.

Begitu juga Pearly yang cekatan dan mampu membuat lawan jatuh dalam waktu singkat. Ditengah pertarungan ia melihat Ibeve, bibinya, terjatuh cukup keras. Merasa dejavu dengan teknik serangan itu, ia pun mencari sosok yang menyerang Ibeve.

Dan matanya membelalak saat melihat Vivian yang sedang mendekati bibinya itu.

Dalam satu pukulan Pearly membuat lawannya jatuh, ia pun berlari menuju Ibeve. Disana Ibeve sudah berdiri tegap, menatap Vivian dengan terkejut.

"Long time no see," ujar Vivian. Wanita itu menyeringai. "Mengapa kau menatapku seperti itu?"

Mata Ibeve menyipit. "Kau masih hidup rupanya,"

Satu alis tebal dan panjang milik Vivian terangkat. "Ah ya, kamu bisa salahkan Putri kebanggaan kalian itu yang membiarkanku tetap hidup," Ia terkekeh sambil memainkan kuku hitamnya. "Tentu kesempatan itu kugunakan sebaik mungkin. Dan selama itu juga aku menggunakannya untuk melatih kemampuan agar bisa kembali dan mengalahkannya,"

Perhatian Ibeve teralih saat melihat pergerakan samar di belakang Vivian. Tahu apa itu, satu sudut bibirnya terangkat.

"Sampaikan padanya aku sudah kembali." Masih dengan nada arogan khasnya, Vivian mengusap pucuk kepala yang seketika itu juga muncul mahkota tajam berwarna hitam dan jubah yang tergerai ke belakang.

"Dia sudah mendengar mu,"

BRAKK!!!

Beberapa detik setelah Ibeve mengatakannya, tubuh Vivian terpental jauh. Ibeve menatap ke arah Pearly yang langsung menampakkan diri.

Barusan gadis itu menggunakan kemampuan menghilangnya. Dan di dunia ini hanya ada tiga orang yang akan menyadari pergerakan tak kasat matanya, yaitu Ibeve, Ratu Airish, dan Noah.

"Bibi tidak apa-apa?" Pearly memegang bahu Ibeve yang kotor dan membiru penuh darah. Darah musuhnya dan juga miliknya.

Ibeve mengangguk. "Bibi baik-baik saja."

"Syukurlah,"

Suara pedang beradu semakin banyak, kedua pasukan sama-sama bertambah dari beberapa penjuru. Namun dari pendengaran super tajam Pearly, ada satu pedang yang memiliki suara berbeda, suaranya lebih keras dan khas. Ia berbalik badan, melihat salah satu sahabatnya sedang bertarung dengan pedang istimewa miliknya.

Gadis bernama Lea itu sedang melawan prajurit berbadan tiga kali lebih besar darinya. Tapi Pearly yakin, dengan pedang itu Lea bisa mengalahkan lawannya.

Brawlers: Missio UndercoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang