Menyingkap Tabir Misteri

2K 142 3
                                    

“Nduk, ngomong apa kamu? Ngomong sama siapa? Siapa Dani?” tanya Laras memberondong dan bingung melihat sang keponakan tetiba bertingkah seperti itu.

“Tanya pada wanita yang duduk di sisi kiri Bulek. Siapa Dani itu,” balas Wulan.

Laras spontan menoleh pada wanita tambun yang wajahnya kini berubah pias.

“Anda kenal Dani?” Pertanyaan terlontar dari petugas yang menangani kasus anak si wanita tambun. “Dani ... anak dari ibu ini, korban pembunuhan ayahnya sendiri,” imbuh sang petugas.

“Bagaimana bisa seorang ayah yang sudah meninggal terlebih dahulu bisa membunuh anaknya sendiri?” tanya Wulan sinis, menatap tajam ke arah wanita tambun yang tengah menyeka air matanya.

“Apa maksudmu?” tanya Nora yang ikut angkat bicara.

“Tanyakan pada wanita itu, Bu. Di mana dia sembunyikan mayat suaminya?” Ucapan Wulan kali ini membuat semua orang yang ada di ruangan mendadak membisu dan terkejut.

“Jaga omonganmu! Kau menuduhku membunuh anakku sendiri? Lalu, suamiku? Aku tidak membunuhnya! Mana buktinya?!” teriak wanita itu lantang.

Wulan tersenyum simpul. “Bahkan, Anda yang mengatakannya sendiri. Saya hanya bilang jika suami Anda sudah meninggal, lalu meminta petugas untuk menanyakan di mana mayat suami Anda disembunyikan.”

Wajah wanita itu mendadak pucat. “Omong kosong apa ini?Aku sangat mencintai suamiku! Kau tidak tahu apa-apa tentang kasus ini, lebih baik diam dan pergi dari sini!” gertaknya dengan pandangan benci.

“Delapan tusukan di bagian perut, dua tusukan di bagian dada kiri, dan satu tusukan di tenggorokan. Pisau yang baru Anda beli sangat tajam rupanya, tapi sayangnya, baru dibeli langsung dibuang di sungai ujung desa,” ucap Wulan sembari berjalan ke arah wanita tambun itu.

Nora dan petugas yang menangani kasus wanita itu saling menatap heran, lalu petugas pria yang menangani kasus pembunuhan itu mengangguk pelan, menyatakan bahwa apa yang dikatakan Wulan tentang luka yang ada di tubuh Dani benar adanya.

“Lalu, di mana selingkuhan Anda menyembunyikan mayat pria yang sudah 30 tahun menemani hidup Anda itu? Hanya karena Dani memergoki pembunuhan itu, lantas Anda juga membunuhnya?” Lagi, Wulan mengatakan hal yang membuat wanita itu berdiri kaku.

“Katakan sesuatu atau … apa perlu saya yang mengatakan dan meminta bantuan polisi untuk membongkar kebun yang ada di belakang rumah Anda?” ucap Wulan santai. “Mungkin, jasad suami Anda telah membusuk, tapi tidak dengan tali yang kalian gunakan untuk mencekik lehernya sampai tewas!” imbuhnya.

“Lancang sekali! Lelucon macam apa kau ucapkan ini!” gertak wanita tambun itu.

“Lelucon tentang seorang istri yang mengincar harta sang suami. Sampai tega menghabisi nyawanya!” balas Wulan penuh penekanan.

Wanita tambun itu terlihat semakin cemas. “Siapa gadis ini, kenapa dia—"

“Saya hanya gadis biasa, tak perlu bertanya-tanya tentang siapa saya,” potong Wulan yang seolah bisa membaca isi pikiran wanita tersebut.

Mata ketakutan itu tengah melirik sesuatu, keringat bergulir di wajah pucatnya, membuat petugas bergerak cepat saat menyadari ada seseorang yang bertingkah mencurigakan dan bersiap keluar dari ruangan itu.

“Jangan ada yang keluar dari ruangan ini!” Teriakan dari petugas membuat salah satu warga laki-laki yang tengah berjalan mundur perlahan bersiap keluar ruangan terperanjat dan sejurus kemudian berlari kencang.

“Tangkap dia!” teriak Nora kepada anggota kepolisian lain yang berdiri tak jauh dari sana.

Dengan sigap, beberapa polisi bertubuh tegap segera menyergap lelaki yang melarikan diri itu. Meskipun sempat memberontak, akhirnya ia bisa dibekuk dan digelandang masuk kembali. Lelaki itu didudukkan di sebelah wanita bertubuh tambun tadi.

Gadis Pembaca Kematian (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang