.
.
.
"Masnya tukang ledeng?"
"Apa saya terlihat seperti penari striptis?" tukas pria muda di hadapannya, bermaksud melempar lelucon meski Namjoon sungguh ingin mengangguk. Muncul di pintu dengan begitu mempesona, Namjoon tak percaya jika yang bersangkutan benar-benar petugas yang lima belas menit lalu diteleponnya lewat nomor darurat. Terbungkus seragam terusan warna putih hijau, pinggang ramping dan wajah elok pria bertagar nama Seokjin di saku kiri itu sempat membuat liurnya menetes. Luar biasa. Tak heran harga tiap unit kondominiumnya cukup menguras kantong, visual para penyedia jasa perlengkapan yang disediakan pihak pengembang juga tak main-main. Kalau seperti ini, Namjoon akan langsung membatalkan niat mengajukan pengaduan soal fasilitas kamar mandi ke layanan kustomer.
Meski sudah memergoki kotak peralatan yang ditenteng beserta jari berlapis sarung tangan karet, Namjoon justru menanggapi cuitannya tanpa dosa, "Kondisi shower saya butuh diperiksa secepatnya. Tapi kalau masnya mau, saya tidak keberatan kok."
"Apanya?"
"Itu, striptis."
Tercengang sejenak, si tukang ledeng akhirnya terbahak mendengar kalimat yang terkesan kurang sopan tersebut, "Lama tidak bertemu pacar ya? Atau sedang LDR?"
"Sedang sendiri."
"Oh, pantas."
"Maaf, mulut saya memang kadang kurang ajar," Namjoon menepuk-nepuk bibirnya sambil meringis samar. Mujur tamunya suka bergurau menimpali, bahkan tak segan memaklumi, "Perlu dibuatkan minum? Masnya mau apa?"
"Tak usah, nanti repot. Baru bangun tidur kan?"
"Kok tahu?"
"Rambutnya berantakan," Seokjin mengarahkan telunjuk, gigi putihnya berjajar rapi disertai kekeh ramah, "Tapi tetap ganteng sih."
Menggaruk tengkuk tersipu, Namjoon—yang hanya sempat mengenakan singlet dipadu celana olahraga, segera menyilakan pria itu masuk seraya menuding ruang berpintu putih di seberang, "Kamar mandi di sebelah sana. Tolong pipanya diperbaiki ya, Mas."
"Cuma pipa?" tanya Seokjin berkelakar, "Apa hatinya tidak butuh perbaikan juga?"
"...................jangan digoda, Mas. Saya gampang baperan."
"Dibawa serius juga boleh, kok."
.
.
Wah, gawat.
.
.
Tertegun sejenak, Namjoon tak sempat menanggapi karena pria itu terlanjur berjalan menuju ruangan yang dimaksud. Langkah lambat diiringi pinggul yang bergoyang luwes dan sejenak, Namjoon mengira bila gerakan tersebut memang disengaja. Sebagai pemuda berusia awal dua puluhan yang kerap memiliki libido berlebih, Namjoon sedang berjuang keras untuk tak berpikir macam-macam pada pria yang baru saja dikenalnya. Apalagi sekonyong-konyong berimajinasi, tentang betapa sempurna kaki jenjang itu bila digunakan mengapit paha Namjoon yang sibuk menghunjam saat mereka bersenggama.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHENMEI | AESTHETIC (NamJin)
Fanfiction[BTS - Namjin/Monjin] Karena keindahan Seokjin adalah anugerah terbesar yang tak berhenti dikaguminya. Tiap saat, diantara hela napas berhembus puja. Bahkan ketika Namjoon tak cukup mempercayai keberadaan Sang Pencipta. . . . . SHEN|MEI Kumpulan Fi...