Dewa terus berpikir kata-kata Neira. Ia hanya ingat mata sedih Neira saat mengatakan tadi, apakah penjaganya yang mengatakan, karena ia yakin baik Neira dan dirinya akan sulit saling membaca diri masing-masing.
Sejak ia sadar mempunyai kemampuan lebih dari orang lain, baru kali ini ia mempunyai lawan seimbang, sama-sama tak bisa membaca siapa sebenarnya orang dihadapannya.
****
Dewa kaget saat memasuki apartemennya dia melihat Hamid yang sedang mengaji, mengapa jin itu kembali lagi padanya? Karena sejak ia berusaha menyembuhkan omnya yang diguna-gunai, Hamid sama sekali tak menampakkan dirinya lagi.
Dewa tahu alasan Hamid, dia tak suka jalan yang ditempuh Dewa. Hingga ia memutuskan kembali tinggal di kantor milik omnya. Tapi entah mengapa malam ini ia kembali.
***
"Aku tahu Mid kita berbeda pandangan, kau jin muslim yang taat, tapi apa aku harus diam saja saat anggota keluargaku di serang dan aku punya kemampuan menyembuhkannya?" Ujar Dewa saat Hamid mengatakan padanya bahwa caranya sama seperti ilmu hitam. Dewa baru saja berganti baju dan duduk tak jauh dari Hamid di ruang tamu.
"Terima kasih kau mengingatkan Mid, aku tak memaksamu menyukai caraku, tapi jika kau tak nyaman tidak apa-apa jika kau ingin kembali di kantor omku,"
Dan Hamid tak lagi dihadapannya setelah Dewa selesai mengucapkan kata-kata itu.
Dewa menghela napas, terkadang ia merasa jika bebannya sejak kecil terlalu berat, bukan karena Bapaknya meninggal dan ia harus menjadi tulang punggung keluarga, justru karena kemampuan anehnya ini yang sejak kecil menjadi tekanan baginya, melihat makhluk yang tak mampu dilihat oleh manusia normal, mampu membaca hal yang akan terjadi pada orang lain hanya dengan melihat wajahnya atau telapak tangannya.
Terkadang ia ingin hidup normal sama seperti orang lain tanpa kaget atau ke luar keringat dingin saat masa lalu dan masa yang akan datang terbaca di wajah orang lain.
Tiba-tiba ia mendapat bisikan Ki Sapto bahwa Neira sedang bersama laki-laki lain.
Aku tak peduli Ki, toh kami tidak mempunyai hubungan khusus
Tapi dia bersama laki-laki yang nantinya akan menjadi masalah dalam kehidupan kalian selanjutnya
Lalu, aku harus bagaimana, tak mungkin kan jika tiba-tiba aku muncul dan menyeret Neira?
Kau ternyata tak cerdas sebagai manusia, apakah tidak ada cara agar wanitamu segera menyuruh pulang laki-laki yang datang ke kontrakannya?
Dan Ki Sapto menghilang begitu saja. Dewa mendengus kesal. Ia bahkan tak tahu siapa laki-laki yang bersama Neira. Ia segera meraih ponselnya. Dan melirik jam, masih belum jam sembilan malam, tapi ia kawatir juga pada Neira jika malam-malam begini ada laki-laki yang mengunjungi Neira.
Secepat kilat Dewa segera berganti baju lagi, dan meraih kunci mobilnya. Bergerak cepat menuju basement.
***
"Kamu merasa nggak Ne jika manajer yang baru itu suka sama kamu?" Tanya Bagas sepulang dari makan nasi goreng warung tenda pinggir jalan yang tak jauh dari kontrakan Neira.
Neira menoleh pada Bagas dan keningnya berkerut.
"Perasaan tadi di warung Abang Muis gak ada penunggunya yang ngasi air liur ke nasi goreng kamu deh Gas, kok ngaco kamu ngomongnya, kamu menyimpulkan dari mana? Kami lebih sering bertengkar dari pada bermanis-manis muka," ujar Neira kembali melangkahkan kaki menuju tempat kontrakannya.
"Justru itu yang nggak biasa Ne, mana ada manajer yang gitu, biasanya juga mereka formal pada karyawan kan, kok Pak ganteng ini lain ke kamu, saat rapat pertama yang kapan hari, dia lebih sering ngelirik kamu," ujar Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sixth Sense (Sudah Terbit)
Mystery / ThrillerCover by @henzsadewa Letizia Anneira atau biasa dipanggil Neira merasa terganggu dengan kemampuannya melihat hal yang tak bisa dilihat orang lain, ia sering merasa bahwa kelebihannya justru menjadi kekurangan yang membuatnya selalu takut saat dideka...