Puluhan tahun lalu, entah kapan tepatnya. Namun yang kuingat hanyalah saat dimana aku seorang anak laki-laki yang masih berusia 7 tahun. Aku tidak seperti anak seusiaku lainnya, yang memiliki fisik kuat serta rasa ingin tahu yang tinggi.
Yha... Apa yang diharapkan dari seorang anak yang terlahir dari seorang ayah yang pemabuk, dan ibu tukang selingkuh. Aku terlahir secara prematur dan memiliki fisik yang lemah dibandingkan anak-anak seusiaku, bahkan berat badanku hanya sekitar 15kg saja saat itu.
Jujur, tidak ada yang menarik dari masa kecilku. Karena yang selalu terngiang dipikiranku hanyalah perdebatan tiada henti antara kedua orang tuaku, serta sabuk... Yha sabuk kulit yang selalu melayang pada paha,tangan, maupun bagian tubuh lainku, bilamana ibuku memutuskan untuk pergi dari rumah.
Akan tetapi, semua penderitaan itu berubah menjadi perjuangan ketika aku bertemu dengan dirinya senja itu.
"Over sini..."
Terdengar suara teriakkan anak-anak yang sedang bermain bola di sebuah lapangan yang tidak terlalu luas, namun terlihat ada seorang anak laki-laki yang hanya berteduh di bawah sebuah pohon disisi lapangan itu, sambil menggambar pada lembaran lembaran kertas.
"Hey awas!" Teriak salah seorang anak ketika melihat bola melambung ke arah anak laki-laki yang berteduh dibawah pohon tersebut.
Buakk...
Terdengar suara dari bola yang mengenai tepat pada kepala anak laki-laki itu.
"Hey kalian jahat banget deh! Mainnya hati-hati dong!"
Terdengar teriak seorang gadis dengan rambut hitam pendek seleher, memakai kaos pink dan celana coklat pendek.
"Yaa.. kami kan gak sengaja, lagian dia ngapain coba diem di pinggir lapangan?" Sahut salah seorang anak laki-laki disana.
"Hmmff...! Yha tapi hati-hati dong, kasihan kan dia." Gadis itu kembali menyahut dengan wajah sedikit kesal.
"Enng... Aku gak apa-apa kok, lagian tadi gak terlalu kenceng juga."
Anak laki-laki itu tersenyum sambil mengusap-usap kepalanya."Iya iya maaf deh, kami tadi gak sengaja." Lalu anak-anak tersebut melanjutkan permainan bolanya.
"Oh iya kenalin aku Regina. Nama kamu siapa?." Gadis tersebut menjulurkan tangannya sambil tersenyum.
"Ehh, namaku D-deynan. Sa-salam kenal ya!"
"Salam kenal juga! Oh iya ngomong-ngomong kamu lagi ngapain disini?"
"Ah aku cuman ngegambar aja buat ngisi waktu luang hehe."
Kemudian gadis tersebut melihat-lihat gambaran Deynan, lalu tatapannya terpaku pada sebuah gambar seorang anak dengan seragam sekolah dasar.
"Kamu siswa sekolah dasar ya,dey?"
Tanya Regina sambil menatap gambar tersebut."Ah iya, aku baru aja masuk sekolah dasar."
"Wah berarti kita seumuran dong? Aku kira kamu belum sekolah, soalnya badan kamu kecil banget loh."
"Haha iya, soalnya aku terlahir prematur dan tubuh aku juga dari dulu emang lemah."
"A-ah aduduh aku gak maksud ngehina kamu loh,dey! M-maafin."
Regina terlihat merasa tak enak akan ucapannya tersebut dan memohon maaf pada Deynan."Ah nggak apa-apa kok, lagian aku kan emang begini adanya."
Deynan menjawab sambil tersenyum."Sebagai permohonan maaf, ambilah ini." Regina memberikan salah satu gelangnya yang berwarna merah hati pada Deynan.
"Ehh nggak usah loh, itu kan punya kamu."
"Gak apa-apa, kamu bisa anggap aja ini sebagai gelang-pertemanan kita." Regina memasangkan gelang tersebut di tangan kanan Deynan.
"Oh iya sekarang udah sore, aku harus pulang. Sampai jumpa lagi ya!"
"Iya, sampai jumpa lagi!"
Deynan tersenyum bahagia seakan-akan dia telah menemukan sebuah lentera dalam kegelapan di hidupnya.Semoga hari esok selalu seindah hari ini...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Half
Science Fictiontidak ada asap tanpa api... itulah yang orang-orang katakan, begitu pula dengan kekejaman seseorang yang tidak mungkin ada tanpa adanya penderitaan di masa lalu yang membuat dia menjadi demikian. Ini merupakan cerita Spin-off dari sesosok manusia be...