Mata itu lagi.
Warna cokelat muda yang terbias oleh pantulan sinar mentari.
Mereka berdua berhadapan di tengah sepi. Bahkan suara kereta yang menggema keras di sepanjang peron tak mampu menggoyahkan tatapan keduanya.
Laki-laki itu menautkan jemari rampingnya pada jari-jari Dhara yang mungil. Hangat dan lembut. Sesaat, Dhara berpikir untuk menarik tangannya, mundur. Namun, tubuhnya hanya diam, membiarkan sentuhan hangat itu tetap tinggal.
Laki-laki itu menatapnya dalam—merasuk ke lubuk hati Dhara, tajam dan kuat. Dhara bisa merasakan dadanya bergemuruh oleh perasaan yang rumit karena tatapan itu.
Ia memejamkan mata, membiarkan indra perasanya aktif secara menyeluruh. Jantungnya sedikit berdebar mengantisipasi kejadian selanjutnya. Lalu dirasakannya kecupan pelan pada bibirnya. Tipis dan lembut.
Semuanya berubah kabur untuk Dhara. Yang bisa ia ingat hanya perasaan misterius yang seakan hampir meledak dalam perutnya, bersamaan dengan getaran di nadinya. Dhara tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.
Dhara tahu ini adalah sebuah kesalahan—tetapi rasanya terlalu manis untuk disia-siakan dan terlalu tepat untuk disalahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saga, dalam sangkal kujatuh cinta
RomanceBersama dengannya menyenangkan, saling bertukar tawa dalam ketidaksepakatan Bersama dengannya buatku nyaman, duduk berdua sambil mengingat ritme dalam kebisuan Bersama dengannya buatku lupa kami tidak bersama, bahwa aku sudah dengan yang lain, tidak...