Mobil hitam itu membelah jalan beraspal yang diapit rimbunnya hutan di kanan kiri. Gadis di balik kemudi, Abbigail Bragy, terlihat sedang fokus mengendalikan kotak besi itu. Manik kelamnya mengawasi jalanan yang gelap. Sesekali ia melirik ke kursi penumpang di sampingnya, juga pada rear-view mirror.
Abby mengembuskan napas melihat kedua temannya sudah larut dalam dunia mimpi. Padahal beberapa menit lalu mereka masih berisik bergosip soal beberapa murid baru yang katanya bukan hanya satu dua orang, tetapi rombongan, pindah ke sekolah mereka. Tentu saja hal itu menimbulkan pikiran-pikiran negatif dan berbagai teori konspirasi yang membumbuinya.
"Kalian benar-benar sudah tidur ya? Padahal di pesta tadi kalian yang paling bersemangat," gumamnya sambil terkekeh geli, mengingat kelakuan absurd kedua temannya saat berada di pesta penyambutan kepala sekolah baru. Seharusnya memang tidak perlu diadakan pesta, tapi murid-murid Beacon Hills High School hampir berdemo di depan ruang kepala sekolah, membuat para guru akhirnya mengizinkan mereka mengadakan pesta di hall sekolah.
Atensinya kembali ke jalanan di depannya. Kakinya refleks menginjak pedal rem saat sesuatu lewat begitu cepat di depannya. Namun, sepertinya sesuatu itu kurang gesit untuk menghindari kotak besi itu, sehingga Abby merasakan mobilnya menghantam sesuatu dengan begitu keras.
"Oh, astaga! Apa aku menabrak sesuatu?" gumam Abby khawatir. Gadis itu melepas seatbelt-nya dan keluar dari mobil. Ia menatap sesuatu--lebih tepatnya seseorang yang ditabraknya tadi mengerang lirih, dengan posisi terduduk di atas aspal yang basah akibat hujan beberapa saat lalu. Abby dengan cepat menghampiri sosok itu, lalu berjongkok tidak jauh darinya. "Kau tak apa, Sir? Apa sebaiknya kita ke rumah sakit?" tanyanya khawatir pada seseorang itu, yang ia yakini seorang pria karena postur tegapnya juga suaranya yang berat.
Pria itu menoleh ke arah Abby. Gadis itu tidak bisa melihat wajahnya karena minimnya cahaya. Namun, manik silver itu begitu bercahaya di tengah kegelapan, menatap Abby dengan begitu intens, membuat gadis Asia itu gugup.
"Sir?"
Pria itu terlihat sedikit tersentak, lalu bangkit dan berlari secepat kilat ke arah hutan dengan sekali kedipan mata. Abby terkesiap. Matanya memandang tempat di mana pria tadi menghilang. Bagaimana mungkin manusia bisa begerak secepat itu? Ia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ditangkap oleh netranya.
"Abby?" Suara itu membuatnya menoleh ke asal suara. Grace menatapnya bingung dari dalam mobil. "Sedang apa kau di situ?" tanya gadis berambut pirang itu.
Abby berdiri lalu berjalan kembali ke mobilnya. "Aku rasa tadi aku menabrak makhluk aneh," ujarnya begitu memasuki mobil.
"Kau sedang mengantuk, Abby. Sudahlah, ayo jalan! Jangan sampai kau membuat kita menjadi hidangan malam kawanan serigala di hutan ini," celetuk Ana yang masih menutup matanya di kursi belakang.
"Tidak ada serigala di California, Ana," balas Abby mulai menjalankan mobilnya.
"Whatever!"
*
Sosok laki-laki berdiri di balik pohon, yang berada di pinggir jalan. Mata merahnya menyala di tengah kegelapan. Senyum miring terpatri di bibir tebalnya.
"Mate, huh?" kekehnya sinis. "Kau tak akan lolos lagi, Argent."
Kemudian sosok itu menghilang di tengah gelapnya hutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGENT
Kurt AdamDia dijuluki sebagai Argent, si perak yang kuat. Namun, ia akan kehilangan memorinya selama dalam silver mode, baik dalam bentuk manusia maupun wolf. Tidak seperti werewolf lain yang lemah dengan wolfsbane dan silver bullet, Argent justru bertambah...