Aaron menatap meja tempat Leon, Grace, dan Abby duduk. Ia awalnya fokus memperhatikan satu-satunya lelaki di perkumpulan itu. Namun, saat telinganya yang sensistif itu mendengar suara merdu milik seorang gadis, tanpa sadar ia menahan napas. Lalu manik sapphire miliknya berfokus pada satu titik: gadis dengan rambut dan mata legam yang indah. Wajah orientalnya begitu memikat.
"Siapa dia?" gumamnya pelan.
"Lelaki berjaket hitam itu maksudmu?" tanya Sandra ikut memperhatikan kumpulan kecil itu.
Aaron menoleh dengan wajah bodohnya membuat yang lainnya berdecak kecuali Zack yang tetap fokus memperhatikan Leon. "Aku rasa dia memperhatikan yang lain."
"Kau tidak sedang memperhatikan Mate-ku, bukan?" selidik Xander. Matanya menyipit menatap Aaron. "Dia milikku, kau tahu? Aku tidak akan memberikannya untukmu walaupun kau bunuh diri sekali pun. Lagi pula bagaimana jika tiba-tiba kau menemukan Mate-mu?" Xander mengoceh panjang lebar yang membuat Sandra berdecak sebal karena sikap posesif kakaknya kembali muncul. Sementara Aaron menatapnya bingung.
"Kau sudah menemukan Mate-mu?" tanya lelaki itu layaknya orang bodoh.
Sandra mendesah geram. "Kau baru mendarat di dunia nyata atau bagaimana?! Dari tadi si Mr. Possesive ini berbicara panjang lebar tentang hal mencurigakan yang ditemuinya di dimensi ini. Yah, meski dia lebih banyak mendeskripsikan tentang Mate-nya yang bernama Grace itu." Aaron mengangkat alis. "Itu, gadis berambut pirang yang duduk di samping gadis Asia itu adalah Mate-nya Xander," jelas Sandra sambil menunjukkan objek yang dimaksudnya dengan dagunya.
Aaron melirik gadis itu sejenak, kemudian matanya kembali ke si gadis Asia. Cukup lama ia menatapnya sampai si objek juga balik menatapnya dengan bingung. Aaron gelagapan lalu menampilkan senyum tipisnya pada gadis itu sebelum memalingkan wajahnya yang memerah.
"Aku rasa dia memperhatikan Abby," simpul Xander begitu memperhatikan raut wajah Aaron.
Aaron menatap Xander. "Namanya Abby?"
Xander mengangguk. "Abbigail Bragy. Sepertinya dia adik dari lelaki yang kita curigai sebagai Argent tadi."
Zack yang sedari tadi diam langsung mengalihkan tatapannya pada Xander yang seketika membuat lelaki itu serasa ditenggelamkan di kolam es. "Dia Asia," sangkalnya dengan nada datar. Sungguh, suaranya yang seperti ini saja membuat mereka merinding. Apalagi jika Alpha tone miliknya keluar, mereka akan menciut seperti anak anjing. Namun, hal itu tidak berpengaruh pada Aaron yang sudah terlalu sering mendapat amukan dari Alpha King ini.
"Mungkin saja salah satu dari mereka anak adopsi. Atau mungkin malah keduanya," jawab Aaron tenang. Matanya menatap dua objek yang sedang dibicarakan itu. Ia bisa melihat bahwa mereka sesekali melirik ke arahnya. Ia juga mendengar obrolan mereka tentang keanehan Aaron dan kelompoknya.
"Dia Mate-mu?" tanya Sandra pelan. Aaron menggeleng sebagai jawaban. Gadis itu mengerutkan kening. "Lalu kenapa kau menatapnya begitu?" Aaron hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban. Ia sendiri pun tidak tahu mengapa gadis Asia yang diketahuinya bernama Abby itu begitu menarik untuknya.
"Lalu ... King? Kapan kau akan memberikan kami Queen?" tanya Sandra penuh sindiran.
Zack menatap Sandra datar kemudian menjawab dengan santai, "Saat semua telah selesai."
*
Abby bergeming di tempatnya cukup lama, menatap pemuda beriris sapphire yang sudah ke sekian kalinya ia menangkap basah sosok itu memperhatikannya. Sebenarnya bukan hanya pemuda itu saja yang kedapatan tengah memperhatikan mereka--Abby, Grace, dan Leon-- karena sosok berwajah dingin menyeramkan itu malah terang-terangan menatap mereka, lebih tepatnya menatap Leon. Hal itu membuat Leon menggerutu ingin mencolok matanya menggunakan garpu yang sedang dipegangnya.
Xander yang ternyata juga salah satu anggota kelompok itu juga sesekali melempar senyum padanya saat ia sedang mengobrol dengan gadis di sampingnya yang terlihat mirip dengan pemuda itu. Abby bisa menangkap bahwa Xander juga memperhatikan objek di sampingnya saat ini, Grace, dengan intens. Namun, yang membuat Abby gelisah adalah si netra sapphire itu. Entah mengapa ia merasa sangat mengenali tatapan itu, bahkan darahnya sempat berdesir begitu mereka bersitatap cukup lama.
"Mereka itu makhluk aneh yang tersesat di bumi. Mungkin mereka sejenis keturunan alien seperti mitos hybrids itu. Oh, atau mungkin mereka memang hybrids," gerutu Leon.
Grace menatapnya tak terima. "Enak saja, mereka itu mungkin keturunan dewa atau yang lebih logis mereka anak bangsawan yang sedang menyamar. Tidak mungkin mereka sejenis makhluk mitos seperti itu. Mustahil!" bantahnya dengan tegas. Ia menusuk brokoli dengan garpunya dengan gerakan patah-patah sambil menatap Leon nyalang.
Leon balik menatapnya sambil meringis, "Kenapa kau jadi mirip Ana seperti ini? Ana menularkan sisi kejamnya padamu, Grace?" Yang ditanya hanya bergeming dengan masih menatapnya nyalang.
"Emm ... Kak?" Leon menoleh pada Abby. "Pemuda bermata sapphire itu ... sekelas denganmu di pelajaran Matematika, kan?" Melihat Leon mengangguk, gadis itu melanjutkan sambil menatap si mata sapphire, "Matanya ... indah." Ia bergumam, tapi Leon dan Grace mendengarnya dengan sangat begitu jelas.
Leon dan Grace melongo. Bagaimana tidak? Selama lebih dari 17 tahun gadis itu hidup di bumi ini, baru kali ini seorang Abbigail Bragy memuji lelaki selain ayahnya dan Leon. Wow! Itu sebuah keajaiban!
Abby memalingkan wajah ke arah Leon kemudian ke arah Grace. Ia menatap mereka tak mengerti. "Kenapa kalian menatapku seolah aku bagian dari mereka dan terlihat sama anehnya?" tanyanya heran.
Leon mengembuskan napas berat. "Karena kau berbicara aneh, Princess."
"Apakah mungkin kau terkena panah bayi nakal itu?" tanya Grace heboh. Abby menaikkan sebelah alisnya, memangnya bayi bisa memanah? "Oh Tuhan, kurasa aku harus mengusulkan petisi untuk mengganti popok bayi nakal itu karena sudah penuh dan itu membuat dia tidak fokus. Pada akhirnya dia salah sasaran dan itu sangat mengganggu. Atau aku kirimkan saja babysitter ke Olympus?" Grace mengocehkan hal yang tidak Abby mengerti. Akhirnya gadis Asia itu membiarkannya saja. Toh sepertinya itu bukan topik yang begitu penting.
*
Abby yang baru saja turun dari mobil ayahnya disambut gonggongan antusias oleh Carl. Anjing itu langsung berlari ke arahnya dan menggelendot di kakinya seperti kucing. Abby tertawa kecil lalu berjongkok. Langsung saja ia peluk anjing kesayangannya itu. "Oh, Carl. Aku merindukanmu," katanya yang membuat Carl menatap Leon penuh kemenangan.
Leon yang ditatap seperti itu mendecih. "Bahkan kau lebih memilih bermesraan dengan anjing sialan ini daripada manusia."
Seperti yang terjadi sebelumnya, Carl langsung menyerang Leon membuat pemuda itu berlari mengelilingi halaman rumahnya. Sesekali ia juga mengeluarkan umpatan untuk Carl yang tidak peduli. "Dasar anjing gila! Pergi sana! Hus!" seru Leon sambil terus berlari.
Mr. Bragy yang melihatnya terkekeh geli. "Kenapa aku malah seperti melihat drama keluarga di mana istrinya memergoki suaminya selingkuh tapi malah suaminya yang mengamuk?" ujar Mr. Bragy sambil berlalu ke dalam rumah setelah sempat mengusap pelan kepala Abby. Abby hanya tersenyum.
Tatapannya beralih pada Leon dan Carl lagi. Entah kenapa ia merasa ada sesuatu di diri Carl yang membuatnya merasa aneh. Anjing itu bersikap seolah mengerti apa yang manusia-manusia di sekitarnya ucapkan, seperti saat Leon tadi menyindirnya. Lalu tentang aura permusuhan antara Leon dan Carl, Abby merasa ada hal besar yang memicunya karena tidak mungkin anjing itu memusuhi orang yang dulu begitu dekat dengannya tanpa sebab. Dan yang menjadi pertanyaan orang-orang juga dirinya dan keluarganya sendiri adalah ukuran tubuh Carl yang luar biasa.
Abby mengembuskan napas kasar. Terkadang Abby merasa dikelilingi hal aneh yang tidak bisa dijelaskan olehnya. Kadang pula ia merasa ini bukan dirinya yang sebenarnya, ini bukan kehidupannya. Namun, lagi-lagi ia tidak bisa menjelaskan bagaimana seharusnya dirinya yang sebenarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGENT
WerewolfDia dijuluki sebagai Argent, si perak yang kuat. Namun, ia akan kehilangan memorinya selama dalam silver mode, baik dalam bentuk manusia maupun wolf. Tidak seperti werewolf lain yang lemah dengan wolfsbane dan silver bullet, Argent justru bertambah...