M

236 17 4
                                    

Tepat dua bulan setelah kepergian Papa dan Mama tiriku, aku kini hidup sebatang kara. Sebelumnya, Mama tiriku memberitahuku bahwa Ia memiliki seorang anak yang merupakan seniorku di asrama. Namanya Eunseo, Son Eunseo. Namun, ini sudah hampir dua tahun sejak kelulusannya dan aku seperti hilang harapan untuk menemuinya lagi.

Namaku Mina, Myoui Sharon Mina. Papaku adalah seorang pria asal Jepang sedangkan Ibuku berasal dari Incheon, Korea. Ibuku sudah meninggal sejak aku masih di sekolah dasar sehingga mengharuskanku untuk tinggal hanya dengan papa yang lebih senang mengurusi pekerjaannya. Namun ketika Ia menikah lagi dengan Ibu kandung dari Kak Eunseo, hidupku rasanya lengkap. Aku kembali merasakan hangatnya kasih sayang seorang Ibu. Aku memanggil Ibu Kak Eunseo dengan panggilan Mama. Beliau sangat menyayangiku seperti anak kandungnya sendiri.

Beberapa saat setelah aku menjadi siswi di Asrama Andromeda, Mama didiagnosa mengalami Kanker Rahim. Saat di asrama, ingin rasanya aku memberitahukan ini semua kepada Kak Eunseo. Namun karena janjiku yang kepada mama untuk tidak memberitahunya, aku mengurungkan niatku.

Aku sempat meminta izin beberapa waktu kepada pihak asrama untuk menemani Mama yang berada di rumah sakit. Aku menemani dan merawatnya setiap hari. Mama adalah tipe wanita periang yang senang bercerita, sehingga tak heran jika aku sangat mengetahui Kak Eunseo hanya dari cerita cerita yang Mama beritahukan kepadaku. Ia menceritakan apapun, memberi wejangan, memberi tahu cara merajut yang benar, membritahu apapun yang Ia ketahui sebagaimana seorang Ibu kepada anak perempuannya. Itulah mengapa, alih-alih membenci ibu tiriku, aku justru sangat menyayanginya.

Jam bekerja paruh waktuku di mini market 24 jam telah berakhir. Aku memutuskan untuk pulang ke apartemen studio yang ku sewa perbulan.

PEMBERITAHUAN UNTUK SEGERA MELUNASI SEWA

Baru saja aku tiba dari mini market tempatku bekerja, pemandanganku langsung disuguhkan dengan hal tersebut.

Aku menghela nafas, cukup kaget karena tiba-tiba hidupku menjadi seperti ini.

Papa pergi dengan meninggalkan cukup banyak hutang sehingga mau tak mau beberapa aset milik Papa terpaksa dijual, seperti rumah dan mobilnya sebagai alat pelunas hutang. Dan kini aku harus tinggal di apartemen studio yang sempit dengan biaya sewa yang cukup mahal.

Aku menghela nafas lagi. Jam dua belas nanti, usiaku genap dua puluh tahun, namun kenapa justru terjadi hal menyedihkan seperti ini?

Ditengah sesak yang mendominasi, aku memutuskan untuk keluar mencari udara segar. Dengan membawa uang seadanya, aku ingin membeli sepotong kue dan lilin untuk merayakan pergantian usiaku.

Udara malam di musim panas cukup membuat sesak di dadaku perlahan menghilang. Angin malam menyapaku dengan terpaan sejuknya yang membuatku rileks, seolah memberiku ketenangan yang ku cari.

Setengah jam tepat pukul 00.00 yang menandakan bahwa Myoui Sharon Mina sebentar lagi akan berusia dua puluh tahun.

Di depan etalase toko, aku berdiam diri. Menatap diriku dari pantulan kaca, aku menyadari satu hal bahwa dua bulan hidup sendiri membuat penampilanku sangat tidak terawat. Wajahku semakin tirus akibat kekurangan banyak nutrisi.

Aku masuk ke salah satu toko yangmenjual banyak kue dengan harga yang masih bisa kujangkau. Ada berbagai macam kue di toko ini, salah satunya adalah cheese cake fruit yang merupakan kesukaan dari Papa dan Mama dulu.

Aku membeli sepotong chesee cake fruit tersebut dengan sebuah lilin. Aku tertawa, miris melihat kue kecil yang ku beli ini harganya lebih mahal daripada biaya makanku sehari-hari.

M I N A [ If By Chance Side Story ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang