M B C

41 6 0
                                    

Gadis berambut terurai itu mengeluh tertahan. Tidak seperti biasanya ia datang terlambat. Gerbang sekolah sudah ditutup rapat sejak pukul 7 tepat oleh Pak satpam.

" Pak, tolong bukain, Pak!! Please..." Kayanna mengeluarkan jurus puppy eyes sebaik-baiknya.

" Waduh, gak bisa, Neng. Neng sudah telat 10 menit." Ternyata jurusnya itu sia-sia belaka.

" Cuma telat 10 menit aja, Pak. Bukan setengah jam ini."

" Maaf, Neng. Bapak cuma menjalankan perintah saja." Jawab pak satpam sambil mengangguk.

" Yah, sekali aja Pak. Saya kan jarang terlambat. Baru hari ini aja. Kalau saya gak ke sekolah, saya ngapain di rumah? Lompat-lompat? Guling-guling di lantai? Please Pak, bukain..."

Pak satpam menggaruk kepalanya yang tak gatal. " Duh, gimana ya, Neng?"

" Ih, kok Bapak malah tanya balik, ayo dong Pak, udah telat 12 menit nih..."

Pak satpam menggaruk kepalanya lagi. Bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Mematuhi peraturan atau membiarkan gadis cerewet itu masuk.

" Yasudah, Neng bole-"

" Jangan, Pak!" Suara khas itu terdengar lantang dan berhasil membuat Kayanna menoleh kearah sumber suara.

" Biar aja, Pak. Salah sendiri telat. Jangan biarin dia masuk." Junior berbicara santai sembari menenteng tas ransel pada salah satu bahunya.

Kayanna memelotot. " Kok lo gak biarin gue masuk? Lo juga telat kan? Kita telat! Kita telat!"

" Ribet amat sih lo. Ya salah sendiri telat. Ini risikonya." Jawab Junior enteng.

" Lo bener-bener ya, Jun!"

Kayanna menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya secara perlahan. " Lo sendiri, kenapa telat?"

" Gue? Telat?"

" Iya lah. Buktinya ngapain lo masih diluar sekolah kalau bukan telat?"

" Gue dispen. Gue kesini cuma mau ngambil buku-buku gue yang ketinggalan."

" Dispen apa?"

" Latihan buat olimpiade biologi."

" Dimana?"

" Nanya mulu. Gue plester juga mulut lo."

" Gue serius, Jun."

" Minggir. Gue mau ngambil buku." Bahu tegap Junior menyenggol bahu Kayanna.

" Pak, boleh buka gerbangnya? Saya mau ngambil buku yang ketinggalan. Ada dispensasi di luar sekolah." Kata Junior kepada pak satpam yang sudah lumayan akrab dengannya semenjak masuk sekolah.

" Boleh boleh. Silahkan masuk, Nak Junior." Jawab Bapak itu sembari membuka gembok yang terkait pada pintu gerbang.

" Pak, kok dia dibolehin masuk tapi saya enggak? Bapak gak adil nih! Papa saya yang punya yayasan ini. Nanti saya bilang supaya Bapak dipecat!" Tukas Kayanna tak terima.

Wajah Pak satpam berubah menjadi pucat. " Aduh, tapi Neng..."

" Bapak gak usah dengerin kata-kata cewek itu. Yang punya sekolah ini saudara saya. Cewek itu ngaku-ngaku aja." Tutur Junior. Kedua tangannya segera memasang gembok gerbang kembali.

" Di-dia bohong! Sekolah ini punya Papa saya!!!"

" Gak usah ngaku-ngaku Kayanna Feredicta!"

Ferdinand-Om dari Junior. Ia adalah kakak kandung dari Meyriska. Ia merupakan pemilik sekolah SMA Rajawali sekaligus pengusaha ternama di Jakarta.

Verruckte LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang