Chapter 3

4K 414 13
                                    


Waktu menunjukkan pukul dua belas malam, hujan turun dengan derasnya. Sebuah cahaya kilat terlihat dari jendela kamar Yibo yang kemudian disusul dengan suara petir yang memekakkan telinga.

Yibo yang sedang terlelap tidur terbangun. Dia melihat ke arah jendela, dilihatnya hujan turun dengan derasnya. Cahaya kilat kembali terlihat, dan suara petir pun kembali terdengar. Reflek Yibo melempar selimutnya dan bergegas berlari menuju pintu kamar. Dia berlari menuju kamar Xiao Zhan, wajahnya terlihat ketakutan.

"Zhan Zhan! Zhan Zhan!" Yibo menggedor-gedor pintu kamar Xiao Zhan. "Zhan Zhan buka pintunya! Cepat buka pintunya!"

Tak ada sahutan dari dalam. Pintu kamar pun masih tertutup rapat. Yibo terus menggedor-gedor pintu kamar itu. Tetap tak ada yang membuka kan pintu. Akhirnya dia memutuskan untuk mencoba masuk secara paksa. Namun saat dia memutar handle pintu, ternyata pintu itu tidak terkunci.

Untuk sesaat Yibo hanya berdiri di depan pintu. Tapi suara petir menyadarkannya dan membuatnya langsung menerobos masuk ke dalam masuk kamar Xiao Zhan.

"Zhan Zhan, kenapa kau tidak membuka kan pintu? Apa kau tidak tahu diluar sedang turun hujan?" Yibo melampiaskan kekesalannya. "Kau kan tahu sejak kecil aku takut dengan petir!"

Tak ada sahutan. Yibo meraba dinding mencari tombol untuk menyalakan lampu kamar. Lampu pun menyala, ternyata ruangan itu kosong. Tak ada sosok Xiao Zhan di ruangan itu.

"Zhan Zhan?"

Yibo memandang kamar kosong itu dengan tatapan heran. Dilihatnya tempat tidur yang biasa dipakai Xiao Zhan masih terlihat rapi. Yibo mencoba mencari ke kamar mandi, namun hasilnya tetap sama. Xiao Zhan tak ada dalam kamar itu.

Tiba-tiba wajah Yibo memucat. Dia teringat kata-kata Xiao Zhan beberapa hari yang lalu.

"Suatu saat nanti aku pasti akan meninggalkan tempat ini..."

Yibo menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menyingkirkan kata-kata itu dari pikirannya. Perasaan takut kehilangan mulai menyerang dirinya. Dengan panik dia berlari keluar dari kamar Xiao Zhan. Saat dia hendak menuruni anak tangga, dilihatnya seseorang tengah menaiki tangga.

"Yibo?"

"Zhan Zhan?"

Orang yang tengah menaiki tangga ternyata adalah Xiao Zhan. Untuk beberapa saat Yibo hanya berdiri terpaku, tak lama Yibo langsung menghambur ke arah Xiao Zhan. Dia memeluk erat Xiao Zhan, seolah jika dia melonggarkan pelukannya Xiao Zhan akan menghilang.

"Zhan Zhan jangan pergi!" ujar Yibo lirih sambil mengeratkan pelukannya.

"Yi... Yibo... lepaskan..."

"Tidak mau! Aku tidak akan pernah melepaskanmu!"

"Jika kau... tidak mele...paskanku... aku akan... mati kehabisan... napas..."

Mendengar itu Yibo buru-buru melepaskan pelukannya. Xiao Zhan buru-buru menghirup udara sebanyak paru-parunya bisa menampung. Yibo memperhatikan Xiao Zhan mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Yibo baru menyadari Xiao Zhan ternyata dalam keadaan basah.

"Kau basah..."

"Ah iya, aku tadi kehujanan saat menunggu bus."

"Kenapa tidak meneleponku? Aku bisa menjemputmu."

"Aku tidak ingin merepotkanmu."

"Cepatlah ganti pakaianmu!"

Xiao Zhan tersenyum tipis, kemudian melangkah menuju kamarnya. Dia mengambil handuknya dan masuk ke dalam kamar mandi. Sementara Yibo duduk di tepi tempat tidur menunggu Xiao Zhan keluar dari dalam kamar mandi. 

Kaulah Belahan Jiwa KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang