Berharap semuanya akan baik-baik saja, tapi kenyataannya tidak baik-baik saja.
Berharap semuanya dapat dilalui dengan kuat, tapi kenyataannya aku tidak kuat.
***"BUKAN!"
" IYA!"
" Jadi yang benar yang mana nih?"
" Saya!"
" Gue!"
Pelayan wanita itu tersenyum simpul lalu segera berkata. " Mas Mbaknya cocok ya. Serasi sekali. Semoga langgeng ya."
" Dia bukan pacar saya, Mbak." Tegas Junior.
" Iya, Mbak. Bukan, tapi otw kok." Sahut Kayanna.
Junior menghela napas. " Gak ada otw-otw. Gue gak akan pernah jadi pacar lo. Ngerti? "
Jleb. Seketika kata-kata itu menancap sempurna pada hati kecil Kayanna. Kata-kata sedingin es dan setajam pisau itu berhasil membuat Kayanna diam seribu bahasa.
" Eh, te-terimakasih, datang lagi ke tempat ini ya, Mas, Mbak." Pelayan wanita pergi setelah menyadari situasi yang mendadak berubah terhadap kedua pembeli "galau" itu.
Kayanna memberanikan bertanya.
" Ke-kenapa?"" Gue udah bilang, lo bakal sakit, Kay. Gue suka sama orang lain. Bukan sama lo." Jelas Junior dingin.
" Gue tau. Tapi lo bisa kan buka hati buat gue?" Desis Kayanna pelan namun dapat terdengar oleh Junior.
" Sorry, gue gak bisa. Perasaan itu gak bisa dipaksa, Kay. Jadi jangan paksa gue. Lebih baik lo jauhin gue." Junior bangkit dari kursi sehingga menimbulkan suara berderit.
Kayanna yang sedang menunduk, langsung mendongak. " Lo mau kemana?"
Junior berdiri membelakangi Kayanna.
" Pulang."" Gak ke perpus lagi?"
" Gak. Belajar di rumah aja."
" Gue boleh ikut lo? Seenggaknya buat hari iniii aja. Besok gue gak akan ganggu lo lagi." Kata Kayanna lirih.
" Tapi lo gak boleh ke rumah gue." Kata Junior datar. Suara khas-nya itu kumat lagi dan aksennya tak pernah berubah walaupun ia sedang bergurau.
" Kena—eh, iya gue gak akan ikut ke rumah lo. Gue nganterin lo dulu abis itu gue langsung pulang. Gue gak akan masuk ke rumah lo, kok."
Junior berbalik. Memandang Kayanna.
" Gue bukan anak kecil. Gue bisa pulang sendiri. Kenapa sih, Kay?"Gadis itu semakin menunduk. Rambut panjangnya menutupi seluruh wajahnya. Tak biasanya ia seperti itu.
Sebuah mobil putih berhenti tepat di depan warung bakso. Seorang pria berperawakan jangkung, berambut pirang pada sebagian rambutnya terlihat keluar dari pintu kemudi. Ia memasuki warung bakso itu sendirian.
Junior merasakan bahunya ditepuk beberapa detik kemudian oleh seseorang.
" Elo?"" Iya gue. Lo masih inget kan? Gak mungkin lo gak inget sahabat lo ini."
Junior masih tak percaya dengan presensi pria yang berada di hadapannya ini. Ia langsung merangkul orang yang ia panggil sebagai sahabat-pelukan khas seorang pria.
" Sejak kapan lo balik?"
" Hmm, udah seminggu lebih."
" Gue kira lo gak akan balik."
" Balik lah. Disini, tanah tempat kelahiran gue." Pria itu menunjuk tempat kakinya berpijak.
" Hmm, iya iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Verruckte Liebe
Teen FictionBermula dari seorang cewek yang tergila-gila kepada cowok dingin yang masuk ke sekolah barunya. Junior yang apapun kosakata yang ia keluarkan, nada bicara dan ekspresinya tetap sama. D A T A R.