Aku membuka pintu ku dan melihat Zidan berdiri dengan celana hitam dan kemeja kotak nya. Dia tampak sangat tampan dan keren.
"Ayo masuk" ajaku.
Aku mempersilahkan nya masuk dan mengarahkannya ke ruang tamu yang penuh dengan beberapa buku yang telah kusediakan untuk kami bahas.Dia mengajarkan ku beberapa trik cepat untuk menjawab, dan aku sangat mudah mengerti apa yang dia ajarkan. "Yampun ternyata gini doang, ko kemaren maren kayanya susah ya?" Tanyaku sambil tersenyum.
"Sepi banget ini rumah, pada kemana dah?" Tanya Zidan sambil melihat sekeliling rumah. Aku tidak mau membicarakan ini padanya, namun tatapan nya seperti melihat dengan penuh perhatian. "Mamah sama papah kerja, jarang pulang jadinya" jelasku.
"Kamu ko suka memar gitu sih mukanya? Emang gak di curigain sama mamah kamu?" Tanyaku. Sudah lama pertanyaan ini ada di kepala ku, namun tidak berani untuk ku tanyakan. Seketika wajah Zidan berubah dan terlihat agak murung, seorang Zidan menampakan wajah sedihnya. Baru pertama aku melihat ini, apa aku menanyakan terlalu dalam?."Nyokap udah gaada, gua tinggal sama adek dan bokap gua doang itu juga jarang pulang" jelasnya sambil menyembunyikan perasaan sedihnya. "Sorry ya ak-" ucapku, sebelum ku tuntaskan kalimat ku dia berkata "iya gapapa bukan salah lu juga nyokap gua pergi". Kalimatnya membuat ku terdiam. Semua menjelaskan kenapa Zidan terlihat selalu dingin terhadap semua orang kecuali gangnya.
Dia melihat ke arah sebuah foto keluargaku, lengkap dengan ayah dan ibuku yang sedang memeluk diriku dan adik perempuanku. "Ade lu kemana?"tanya nya. Aku teridam sejenak, apa aku harus memberitaunya? Maksudku, kami tidak terlalu dekat, namun dia sudah terbuka tentang ibu dan ayahnya.
"Dia di rumah sakit, koma" jelasku.
Zidan merasa bersalah dan meminta maaf, dia bertanya mengapa adikku bisa dirumah sakit. Aku menjelaskan padanya bahwa ada seorang pria yang mabuk yang menabrak adiku, pria itu lari begitu saja. Ayahku sudah melaporkannya kepolisi, namun polisi masih belum menemukannya karena tidak ada cctv atau petunjuk apa pun disana.Aku biasa menjenguk adikku setiap hari senin dan kamis setelah pulang sekolah.
"Jangan pergi sama Austin lagi ya gua gasuka" ucapnya, mengganti topik. Dia mengerti bahwa pembicaraan ini membuatku sedih, namun apa maksud perkataanya itu ?.
Aku hanya menatap nya dengan bingung. "Gua ga mau berantem sama cewe" ucapnya. Seketika aku berfikir inikah alasannya untuk diam dan hanya melihat saat aku di bully ?. Awalnya membuat ku bingung, namun semuanya jelas, laki laki yang sering bertarung dan mempunyai beberapa luka memar di wajahnya melawan seorang wanita? Kurasa tidak mungkin.Aku melihat ke arah ponsel ku yang menunjukan pukul 11.45 sudah hampir tengah malam dan kami belum menyantap apa pun untuk makan malam. Aku memutuskan untuk memanaskan makanan yang bibi ku sudah buat dan menyuruh Zidan menunggu di ruang tamu.
Saat ku kembali aku melihat Zidan tertidur di sofa ku sambil memegang hp ku di tangan nya. Apa yang ku lakukan, aku membiarkan seorang laki laki tidur di rumah ku, pikirku.
Dia terlihat sangat lelah dan wajah tampannya itu, aku tidak bisa membangunkan nya sekarang. Aku memutuskan untuk mengambil selimut dan menyelimutinya.Aku memeriksa handphone ku, aku menemukan beberapa foto Zidan yang terlihat begitu konyol dan tampan. Dia membuat foto wajahnya sebagai wallpaper di hp ku. Jantung ini terasa berdebar sangat kencang seaakan bisa terdengar oleh orang lain.
Keesokan harinya Zidan pulang dan berterima kasih atas sarapan yang bibi ku buat. Awalnya bibiku bingung kenapa ada orang yang kutaksir tidur di sofa ku, dan dia berfikir kalau kami melakukan sesuatu. Namun tidak secepat itu aku memutuskan untuk jauh kesana, aku tidur di kamar ku semalam dan memutuskan untuk mengunci nya agar tidak ada yang terjadi.
Aku kembali ke ruang tamu setelah Zidan pergi meninggalkan rumahku, aku melihat salah satu buku nya yang tertinggal. Buku PR itu mendapat banyak sekali nilai 100. Aku akan mengembalikannya di hari senin nanti, pikirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling For A Bad Boy [•EDITING•]
RomanceAmelia 18th kutu buku yang cantik Zidan 18th anak nakal yang kaya