BAB XVII

12 3 0
                                    

Qiana memutar matanya malas mendengar suara kakaknya yang masih beradu argumen dengan atasannya, kapten Kairav

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Qiana memutar matanya malas mendengar suara kakaknya yang masih beradu argumen dengan atasannya, kapten Kairav. Kakaknya terlihat begitu kekanakan dimata Qiana. Sedikit merasa malu dengan kelakuan Zaemin Qiana segera memalingkan pandangan, enggan melihat kakaknya yang mulai merengek-rengek kepada Kairav karena tidak ingin naik pesawat dikelas ekonomi bersama. Gadis itu tidak habis fikir bagaimana bisa Kairav yang terlihat pendiam dan berwibawa bisa tahan dengan suara bising kakaknya dan malah ingin duduk satu ruangan dengan Zaemin.

Dalam diam Qiana mendesah malas sambil memandang sekeliling bandara, mata gadis itu menerawang jauh mengamati setiap orang-orang yang berlalu lalang sambil membawa koper ditangan maaing masing. Hingga tatapan matanya berhenti tepat pada pemuda yang sedang berbicara dengan kedua orang tua dan kakak perempuannya. Walaupun mereka berempat berjarak cukup jauh dari tempat Qiana duduk saat ini, tetapi entah mengapa ia masih bisa dengan jelas melihat raut bahagia Leon dari jarak pandangnya.

Melihat pemandangan itu gadis yang saat ini memangku kepala dengan kedua tangan menyunggingkan senyum manis. Entah mengapa hati Qiana ikut menghangat melihat bagaimana interaksi keluarga yang terlihat manis dimatanya di bandingkan ketika ia pertama kali melihat interaksi mereka di penginapan.

"Ckckck, Dasar pendek"

Tanpa sadar Qiana terkikik geli saat menyaksikan Leon yang bersikap manja, terlihat seperti enggan berpisah dengan kedua orang tuanya.

"Pantas saja Kara dan Leon sangat rupawan, akhirnya aku tahu dari mana aura itu berasal."

Qiana terlonjak kaget dan segera memalingkan wajah kebelakang saat mendengar suara seseorang tepat dibelakang tubuhnya.

"Astaga! Rio!!"

Qiana memegang dadanya tepat dijantung yang berdetak lebih cepat karena terkejut. Menatap tajam Rio yang tertawa kecil melihat keterkejutan dirinya.

"Maaf, maaf, apa aku mengagetkanmu?"

Walaupun bertanya seakan kwahatir tapi nada bicara Rio tidak terdengar menyesal, justru seperti meledek gadis yang masih menatap tajam.

"Tentu saja, kamu membuat aku hampir terkena serangan jantung"

"Hahaha, aku tidak menyangka kamu akan sebegitu kagetnya. Aku sudah memanggilmu sejak tadi loh."

Qiana mencebikan bibirnya lucu menatap Rio yang sudah kembali setelah mengatakan akan memarkir mobil terlebih dahulu.

"Maaf, maaf, lagian kamu fokus sekali sih memperhatikan Leonnya. Padahal kan kalian akan sering ketemu nanti"

"Tsk, Enak saja! Siapa yang melihat si pendek itu!"

"Kalau bukan Leon lalu siapa? Ayahnya?"

Rio kembali tertawa saat dilihatnya Qiana kembali menatap tajam dengan tangan terlipat di depan dada.

"Ya, tentu saja bukan! Kara, aku sedang melihat Kara!"

"Okey, okey, aku hanya bercanda jangan marah. Syukur lah kalau yang kamu lihat itu Kara. Aku senang."

Delta7 TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang