15. Definition of True Art

1.7K 215 45
                                    

Hai aku kembali.

Tolong Author notes dibaca ya.

Terima kasih untuk yang masih menunggu dan mau cerita ini dilanjutkan.

Supaya aku, rajin update, kalian jangan lupa vote dan komen ya. Buat ini rame. Kalo sepi nanti aku ngilang lagi hehe.

Oh ya, kenalan. Nama aku Nelova bukan Thor atau min. Aku agak gak nyaman disebut itu.

Kalian bisa panggil aku Nelova, ceunel atau Nel doang. Biar kita makin akrab

Ok.  Langsung aja. Selamat membaca ♥

Bola memantul dengan keras menimbulkan suara yang menggema memenuhi ruangan. Berakhir dengan melambung tinggi dan masuk ke dalam ring, tentu saja berhasil kembali mencetak poin. Sang pelaku mengatur nafasnya yang terputus putus dengan keringat yang mengucur membuat rambutnya lepek dan wajahnya berminyak namun tak mengurangi kadar ketampanannya sama sekali. Bahkan berani bertaruh para gadis akan menjerit histeris melihatnya, apalagi dengan pakaian tanpa lengan dan celana pendek yang tentu basah berbanjir keringat hasil latihannya.

Hyemi terduduk melipat kakinya, sedikit merengut kesal sebab ia harus dipaksa berada di sini—aula latihan para atlet. Tentu saja karena ulah kakaknya marah perihal insiden kemarin.

Jungkook bukan tipikal
pemarah memang mengingat sifatnya yang kelewat usil, namun jika ia sekalinya marah tentu sangat menyeramkan. Alhasil ia harus menuruti katanya yang harus menunggu sang kakak selesai latihan, sebab harus pulang bersamanya—sempat menolak memang, namun harus kembali ia urungkan kala mendapati tatapan sang kakak yang berubah menjadi tajam.

Lemah memang, dasar.

Melihat Jungkook yang telah usai dengan latihannya, ia segera bangkit dari duduknya bermaksud menemui sang empu, karena demi apapun ia ingin pulang dan mengerjakan tugasnya yang telah menumpuk.

Namun langkahnya harus terhenti tatkala rungunya mendengar suara berbeda—atau tak pernah ia dengar memanggil nama pemuda Jeon.

Tubuhnya semampai, proporsinya pas sekali, rambut pendek berjalan dengan anggun sambil senyum manis yang setia mengiringi jalannya. Tak dapat mengelak memang, terlampau cantik—ah sempurna. Bahkan pasang mata para anggota tim basket yang berada di sana tertuju padanya, seolah mempunyai feromon yang kuat membuat mabuk dan sulit di tolak. Berhenti tepat di samping Jeon Jungkook. masih dengan senyum manis yang terpasang, mengulurkan satu botol air yang berisi mineral penghilang dahaga. “Hai Jung, lama tak bertemu, kabarmu?”

Menerima uluran tersebut kemudian menegak isinya sampai habis setengahnya. Kemudian tersenyum tipis membalas sapaan. “Baik tentu saja Heeji Noona.”

Jadi pertanyaannya siapa Heeji Noona?

***

Akhir akhir ini Hyemi semakin jarang bertemu dengan Jungkook, tentu saja karena latihan yang terus di gecek karena pertandingan kurang dari satu minggu lagi. Jadilah ia jarang bertemu dengan Jungkook selain berangkat ke sekolah bersama, sebab latihan para atlet basket bisa sampai larut malam, terlebih Jungkook berada di kelas tahun akhir, tentu saja tugas yang diberikan memang menumpuk, karena mempersiapkan diri juga mengikuti ujian nasional dan ujian masuk perguruan tinggi. Semua orang berlomba lomba.

Lagi lagi Hyemi Khawatir perihal kakaknya itu, sudah tahu berada di tahun terkhir tapi masih saja menyibukkan diri dengan Basket. Namun kembali mencoba berpikir posistif mungkin Jungkook ingin memberikan hadiah terakhir untuk sekolah, terbukti dengan latihannya yang keras.

Juga karena pelatih basket yang sudah percaya padanya, sejak tim Basket dipimpin oleh Jungkook, selalu berhasil membawa pulang hasil setiap perombaan, meskipun tak selalu berada di posisi pertama, tapi semua juga tahu tim basket sekolahnya ini kuat. 

GRAY PAPER - JJK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang