بسم الله الرحمن الرحيم
Kediri, 23 Januari 2020
-Alfiyah Untukmu-***
Malam sudah mulai larut, Faris masih bergelut dengan beberapa kertas dan buku di depannya, menyiapkan beberapa lembar soal untuk pelaksanaan ujian di MA besok. Matanya terlihat sudah tidak bisa lagi terbuka lebar. Namun, dirinya tetap memaksakan. Bukan apa-apa, ini memang tugasnya.
Kerongkongannya terasa kering setelah berjam-jam tidak minum air. Faris memutuskan untuk pergi ke dapur mengambil segelas air putih. Faris menuruni anak tangga, langkahnya terhenti saat melihat Abinya masih berada di ruangannya. Faris berniat menghampiri Abinya.
"Abi, kok belum tidur?" tanya Faris setelah beberapa langkah dari anak tangga.
Abi mendongakkan kepalanya. "Iya, Ris, ini masih baca-baca kitab. Kamu belum tidur juga?" tanya balik Abi.
"Belum, Bi. Faris masih mengerjakan tugas." Abi menganggukkan kepalanya beberapa kali.
"Faris!" cegah Abi saat Faris akan melangkah menuju dapur.
"Iya, Bi. Ada apa?" tanya Faris sambil kembali menghadap Abinya.
"Kapan kamu menikah, nak? Abi dan Umi ini sudah tua, Abi hanya bisa berharap kepada kamu, nak. Kakakmu Hafidz sudah menjadi pewaris pesantren mertuanya. Sedangkan kakakmu Anindya juga sudah ikut suaminya ke luar negeri, kalau Syakilla dia masih kecil, nak. Tinggal kamu satu-satunya harapan Abi dan Umi," jelas Abi dengan mata berkaca-kaca.
Faris menghela nafas berat. Di benaknya tidak pernah memikirkan kembali tentang menikah. Faris hanya terdiam. Didalam hati dan pikirannya terus berperang, hatinya ingin menyanggupi keinginan Abinya, namun berbeda di pikirannya. Faris bingung akan menjawab apa kepada Abinya agar Abinya tidak merasa kecewa. Pertanyaan yang semakin mencekat kerongkongannya seakan sudah kehabisan cairan.
"Hm ... Doakan, ya, Bi. Semoga Faris segera mendapat jodoh yang tepat. Dan izinkan Faris untuk belajar menghafal Alfiyah, ya, Bi. InsyaAllah setelah Faris hafal Alfiyah, Faris akan mencari istri yang terbaik untuk Faris," jawab Faris ragu.
"Ya sudah, kalau kamu mau menghafal dan mempelajari Alfiyah mu dulu. Abi akan menunggu. Tapi jangan lama-lama."
"Insyaallah, Bi. Faris mau ke dapur dulu, Bi. Mau mengambil minum."
Faris bergegas menuju dapur setelah mendapat jawaban dari Abinya. Sesampainya di dapur, Faris segera mengambil gelas dan menuang air dari teko ke gelas. Faris membawa segelas air itu ke kamarnya. Sesampainya di kamar, dia langsung duduk dan meneguk air putih itu sampai setengah gelas. Faris meletakkan gelas itu di meja sambil menghembuskan napas kasar. Oksigen terasa sedikit di kamarnya. Faris membuka jendela kamarnya dan sejenak memandang langit malam yang penuh dengan bintang yang bertaburan hingga menyejukkan setiap mata yang memandang.
Menikah? Satu kata itu terus saja berputar-putar di pikirannya. Seperti berkeliling membentuk lingkaran yang tidak tahu kapan berhentinya. Fokus belajarnya pecah seketika. Faris menutup buku-bukunya dan merapikan kertas yang berserakan di meja belajarnya. Faris menuju kamar mandi yang ada di kamarnya dan membasuh mukanya. Dia menuju ke kasur dan merebahkan tubuhnya disana. Tak lama, Faris terlelap bersama mimpinya.
Faris berjalan di sebuah jalan yang sangat sepi dan gelap. Tak ada seorangpun yang berlalu di jalan itu. Hanya dirinya sendiri. Faris sama sekali tidak mengenali jalan yang di injaknya sekarang ini. Terasa sangat asing. Faris terus saja berjalan tanpa arah. Tidak tahu kemana dia harus pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[AU1] Alfiyah Untukmu✓ [OPEN PREE ORDER]
Dla nastolatków[romance-islami] Mencintai seseorang yang berbeda jauh darinya, membuat seorang gadis cantik bernama Kayla itu memutuskan untuk memantaskan diri. Berhijrah! Cintanya begitu rumit, hingga ia harus merasakan pahitnya kehilangan. Cinta pada sesosok le...