Kesan Pertama

20 5 4
                                    

Waktu menunjukan pukul 07.30, saat aku berdiri tepat di pintu kelas.
Aku memergoki siswa laki-laki yang sedang menaruh sesuatu di meja guru, seketika matanya menatap tajam padaku saat aku berdiri di ambang pintu.

Dia adalah Jimin, tepatnya Park Jimin siswa kelas 2B,masih 1 kelas denganku, berwajah tampan, berkulit putih, berbadan proposional dengan tinggi 174cm, jago basket dan beladiri, bad boy paling perfect dan paling di segani di sekolah, hampir 1 sekola kenal denganya, bahkan kaka kelas pun masih segan kalo berhadapan dengan dia. Ditambah  orangtuanya adalah salah satu donatur terbesar disekolah, tak heran kalo dia sangat berani dan bertindak sesuka hati.

Aku juga sudah tidak heran kalo dia mau mengerjai orang, bahkan termasuk guru, dan kebetulan hari ini memang ada guru baru di jam pertama.

Tanpa menghiraukannya aku langsung masuk kelas saja dan duduk di bangku ku.
Tak lama kemudian Jimin menghampiriku, dia sedikit menggebrak mejaku, aku menoleh padanya, dan dia menatap mataku tajam seperti mengancam,
" yaakk... Sssstttttt !!!"  Sampil menempelkan telunjuk di bibirnya.
" terserah" jawabku memalingkan muka
" Bagus,  heemmm... " sahutnya sambil mengangguk² dan tersenyum smirk,
Seandainya sikap dan kelakuannya bisa semanis senyumnya, mungkin aku sudah lama jatuh Cinta padanya, seperti gadis² lain di sekolah ini. Dulu waktu pertama melihat dia aku juga sempat terkesan dengan wajahnya yang tampan itu, tapi sekarang....

" ahh" Aku melihat jam ditanganku, masih ada waktu setengah jam lagi sebelum bell masuk berbunyi, sebaiknya aku pergi keluar kelas dulu, takutnya nanti aku terbawa² dalam masalah Jimin dan guru yang dikerjainya.
Karena dikelas hanya ada aku, Jimin dan teman² genk nya, kalau aku berada di kelas pas siswa yang lain masuk aku akan dijadikan saksi kejahilan Jimin pagi ini.

Lalu Aku meninggalkan kelas dan pergi ke perpustakaan sambil menunggu bell masuk berbunyi.

*****

O iya namaku Kim Youna, aku siswa pindahan semenjak 4 bulan yang lalu, karena ayahku dipindah dinaskan ke kota ini.
Aku adalah anak pertama, di keluargaku ada ayah, ibu, dan satu adik laki - laki bernama yeonjun.
Dan cerita ini bukan cuma kisahku tapi juga Dia, si perfect bad boy.

*****

Teng teng teng.....
Bell masuk berbunyi, aku bergegas masuk kelas lagi, di pintu perpus aku melihat  Kim seokjin sesaem lewat, guru baru yang mengajar di jam pertama kelasku hari ini, ingin rasanya aku mengatakan kalau Jimin sudah menyiapkan jebakan untuk mengerjainya, tapi tidak bisa, jika aku mengatakannya aku memang bisa menyelamatkan seokjin sesaem, tapi aku juga akan terjebak masalah dengan Jimin, aku sudah malas berurusan dengan anak itu, meski kesan pertama aku sempat menyukainya, tapi setelah dia selalu menggangguku dan aku tahu kalau dia begitu nakal, aku jadi tidak terlalu simpatik padanya.
Gadis² lain mungkin memang begitu tergila² dengannya, sampai rela disuruh² seperti asisten, tapi aku tidak akan mau, lebih baik aku menghindarinya daripada harus berurusan dengannya.

Ketika aku masuk kelas seokjin sesaem sudah duduk di kursinya, dan memulai pelajaran.
Tapi itu awal dimana semua jebakan yang Jimin buat pagi ini bekerja.

Ketika Seokjin sesaem berdiri terdengar bunyi "weekk" dari celananya dan itu membuat satu kelas tertawa, tapi tidak denganku aku hanya melirik ke arah Jimin.  Rupanya dia menaruh lem di kursi guru, sehingga membuat celana Seokjin sesaem robek.
Seokjin sesaem terlihat sangat malu dan marah karena sudah di kerjai siswanya sendiri, kemudian dia mengambil sesuatu di laci mejanya mungkin maksudnya mau mengambil penggaris untuk memukul board agar anak² diam, tapi ternyata yang ada di dalam laci adalah ular mainan.
Seokjin sesaem kaget bukan main sampai terjengkang ke board dan jatuh, teman² ku bukannya menolong malah menertawainya, apalagi Jimin dan teman²nya dialah yang tertawa sangat keras dan terlihat sangat puas, mungkin dia merasa dendamnya terbalas.

Memang, sepertinya Jimin mempunyai dendam dengan Seokjin sesaem, karena waktu hari pertama mengajar di kelasku dia sempat menegur Jimin karena tidur di kelas, Seokjin sesaem melempar penghapus ke arah Jimin dan membuat dia marah, ditambah setelah itu Seokjin sesaem menghukumnya dengan menyuruh Jimin membersihkan toilet, tapi namanya juga Jimin, bukannya mengerjakan hukumannya sendiri justru malah menyuruh anak lain.

Tak tega, aku segera menolong Seokjin sesaem untuk berdiri, hari ini dia tidak jadi mengajar dan kembali ke ruang guru.

Selang beberapa menit guru BK memanggil Jimin ke ruangan guru, sepertinya Seokjin sesaem sudah mengadukan kelakuannya.

"Rasakan" ucapku dalam hati.

Next yaaa..... ===>>

Terima kasih sudah membaca
Jangan lupa tekan ⭐

Perfect Bad boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang