Bab 7

8.2K 764 6
                                    

Ginny tanpa perlu disuruh langsung berlari kearah stand makanan, Asyira dan Renee sudah membaur dengan sekitar. Kini tinggal aku dan Megan yang tidak tahu harus berbuat apa, kami berjalan kepinggir ruangan, hampir bersandar dengan dinding. Bisa kulihat semua yang disini berusaha menampilkan yang terbaik dalam segi penampilan, para cewek nampak cantik dan para cowok bisa dibilang lebih dari tampan.

Tidak butuh waktu lama sampai seorang cowok menghampiri kami, menghampiri Megan lebih tepatnya. Mereka berdua pergi, dan tinggal aku yang tampak bodoh disini. Aku berusaha tampak menikmati pestanya, mengangguk-ngangguk sedikit seperti menikmati musik.

Dari kejauhan aku bisa melihat Sam, dia nampak seperti ratu pesta. Dengan gaun merahnya yang menyala, dan rambut pirang ikalnya yang digerai sempurna. Dia nampak seperti model majalah yang terdampar disini. Tidak ketinggalan dengan para dayangnya, yang selalu mengikutinya seperti anjing setia. Dan  para penggemarnya tentu saja, cowok-cowok yang rela melakukan apapun hanya untuk bisa mendapatkan ciuman dari bibir Sam.

"Kau tampak murung." Suara seseorang mengejutkanku. Aku menoleh untuk melihat siapa itu, ternyata hanya Noah.

"Tidak, aku cukup menikmati ini." Bohongku.

"Bagus sekali, mata-mata memang harus pandai berbohong." Katanya, masih dengan senyum lebarnya yang khas.

"Tapi aku tidak begitu bagus, kau mengetahuinya." Kataku.

Noah tertawa. "Aku memang calon mata-mata yang hebat." Katanya, dengan nada bangga yang dibuat-dibuat.

Aku terkekeh, sulit rasanya menahan tawa kalau melihat senyum Noah. Seakan senyumnya membuat orang lain ingin ikut tersenyum juga, dan tawanya juga menarik seseorang untuk ikut tertawa bersamanya.

"Kau butuh minum, akan kuambilkan." Katanya.

"Thanks." Kataku, sebelum dia pergi.

Aku kembali sendirian, tapi ternyata tidak untuk waktu yang lama. Seorang cowok bertubuh atletis, lengan kemeja birunya digulung sehingga memperlihatkan otot lengannya yang besar, rambut pirangnya di sisir berantakan dengan sengaja, dan sorot matanya jahil. Dia berjalan kearahku, semakin dekat hingga akhirnya jarak kami cukup dekat untuk bisa berbincang-bincang.

"Pacarmu?" Tanyanya dengan logat yang aneh.

"Siapa?" Tanyaku balik.

"Cowok yang sedang mengambilkanmu minum." Katanya, dengan nada santainya.

"Noah? Tidak. Kami baru bertemu." Jawabku.

"Kalau begitu aku bisa menemanimu malam ini?" Tanyanya, dan instingku sebagai wanita tahu dia sedang menggodaku.

"Entahlah, aku tidak yakin dengan hal itu." Jawabku.

Dia mengulurkan tangannya, "Anzor."

"Liz." Balasku.

"Nama yang lucu." Katanya, sambil berlama-lama menjabat tanganku.

"Nama yang aneh." Kataku. "Darimana asalmu?" Tanyaku.

"Rusia, disanalah tempatnya cowok-cowok seksi berada." Katanya, mengusap-ngusap punggung tanganku dengan ibu jarinya.

Aku segera menarik tanganku. "Kalau begitu, kurasa karena itu mereka mengusirmu."

Anzor menaikan sebelah alisnya. "Menarik sekali."

"Permisi." Suara Noah tiba-tiba muncul, dia memberikanku segelas minuman berwarna hijau.

"Thanks." Kataku.

Noah berdeham cukup keras, cukup keras untuk didengar Anzor dan membuatnya pergi.

Vagsat Academy #1: Just a Good SPY (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang