special

67 11 6
                                    

Takaki Yuya and Inoo Kei

Aku dan Takaki Yuya tidaklah sedekat yang orang-orang pikirkan tentang kami. jika orang-orang mengira kami memiliki hubungan khusus, terpaksa kubilang tidak. Kami hanya rekan satu grup yang kebetulan selalu bersama selama bertahun-tahun.

Awalnya aku hanya ingin hidup dan bekerja dengan tenang. Memiliki hubungan sebatas rekan kerja itu menyenangkan. Kita tak perlu berfikir bagaimana sakitnya jika suatu saat mereka meninggalkan kita. 

Tak perlu merasa sakit kala melihat Takaki Yuya bersama wanita itu. Wanita special yang berhasil menguasai segala keindahan milik lelaki penyuka pantai itu. Keindahan yang sesekali mencuri kesadaranku akan masa depan kami yang tak mungkin berhasil.

“Inoo-kun, sudah mau pulang?” tanya Takaki Yuya padaku. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan kecil dan senyum tipis. Padanya dan pada kekasihnya.

“mau makan bersama kami dulu?” tawar Takaki Yuya sembari menautkan jemarinya pada wanita itu.

Hanya rekan kerja, aku tak seharusnya merasa sesakit ini. 

“tidak... aku sudah lelah.” Aku memalingkan pandanganku. Aku tak bisa menatap matanya.

Takaki menyelipkan rambutnya yang sudah memanjang itu kebelakang telinganya. Gaya rambut kesukaanku. Tangan besarnya merangkul pundakku.

-when you were here before

Couldn’t look you in the eye

You’re just like an angel

Your skin makes me cry-

“ayolah, kamu belum makan kan? Temani kami makan” kau tahu betul aku tak bisa menolakmu Takaki Yuya.

Aku menghela nafas dan mengiyakan ajakannya. Iya sedikit melompat dan berjalan memimpin perjalanan menuju cafe dekat sini. Tentu saja ia berjalan didepan bersama wanitanya, tersenyum dan tertawa. Sedangkan aku mengekor dibelakang menjelma menjadi bayangan kebahagiaan mereka.

-you float like a feather

In a beautiful world

And i wish i was special

You’re so fuckin’ special-

Kami bertiga duduk disebuah cafe dan menyantap makan malam kami. Takaki Yuya seperti yang kuperkirakan sebelumnya, ia duduk disebelahkekasihnya. Sedangkan aku duduk disebrangnya. Sesekali mencuri pandang pada rekan kerjaku ini. 

“em... Inoo-kun...” ia memanggil namaku. Aku hanya menengok menunggu ia melanjutkan kata-katanya.

“kita sudah bersama selama bertahun-tahun...”

“iya? Lalu?”

“aku ingin kau yang pertama tahu...” Yuya menatap kekasihnya sebentar lalu mereka tersenyum. Pemandangan yang memuakkan. 

“kami akan segera menikah.”

-but i’m a creep, i’m a weirdo

What the hell i’m doing here?

I don’t belong here-

Andai saja apa yang kukatakan diawal benar adanya. Andai kami tidak sedekat itu. Andai hubungan kami hanya sebatas rekan kerja seperti diawal. Aku takkan merasa sesakit ini. Andai aku tak pernah jatuh cinta pada keindahan senyum Takaki Yuya. Mungkin sekarang aku tak sedang berusaha dengan keras menahan air mataku.

Andai saja Takaki Yuya tidak special. Malam ini aku takkan merasa kehilangannya.

“ka- kabar bagus Takaki-kun.”

“terimakasih karna selalu mendukung hubungan kami.”

Aku meminum teh hangatku. Mencoba bersikap setenang mungkin. Mencoba mencari alasan agar aku tidak lagi mencintai lelaki dihadapanku ini. Karna kata mereka perasaanku pada Takaki Yuya salah. Katanya aku terlalu naif. Katanya aku harus melepaskan orang yang teramat special bagiku ini. 

Katanya perasaanku ini tidak boleh berlanjut.

-he’s running out again

He’s running out

He’s run run run-

“kenapa kamu menangis Inoo-kun?” Yuya terlihat panik kearahku.

“eh?” aku meraba pipiku. Basah. Air mataku rupanya berhasil meloloskan diri. 

“kamu sakit?” aku menjawabnya dengan gelengan.

“aku hanya bahagia, perasaan baru kemarin kita liburan berdua ke Okinawa. Melihat pemandangan matahari terbenam bersama. Aku merasa baru kemarin kamu membelikanku jacket saatku kedinginan dan menggenggam tanganku. Lalu kita telfonan selama berjam-jam semalaman. Sekarang kau sudah akan menikah saja. Kemana Takaki Yuya yang kekanak-kanakan ingin coklat warna-warni diatas crepesnya?”

“hey hey!!! Itu enak tahu!!!” Yuya menjawabnya sambil tertawa. Aku menghapus airmataku lalu tersenyum pada Yuya dan wanitanya.

“aku turut bahagia untuk kalian.” Aku tersenyum sebaik mungkin.

-whatever makes you happy

Whatever you want

You’re so fuckin’ special

I wish i was special-

“kalau begitu kami pulang duluan ya, terimakasih Inoo-kun” Takaki Yuya pergi dan bagiku ia takkan pernah kembali.

Aku menatap kosong makanan yang tidak aku habiskan ini. Melihat pantulan wajahku pada teh yang sudah dingin. Aku berharap aku lah si special yang berhasil memenangkan hati Takaki Yuya.

“i wish i was special” dan lagi, aku menangis.

-end-
Hai hai... Fanfic ini di sponsori oleh lagu "creep" dari Radiohead xD
Itu lagu enak bgt sumpah T.T baca ini sambil dengerin lagunya bakal lebih ngena~
.
Hope u like it, see you
Pai pai
Pikarin 2020

SpecialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang