Bab 13

7.4K 730 12
                                    

Aku baru tidur satu jam, dan terbangun karena mendengar suara pintu terbuka. Samar-samar kulihat seseorang berdiri diambang pintunya. Aku menyalakan lampu tidurku, Asyira yang juga terbangun melakukan hal yang sama. Penerangan ini cukup untukku mengetahui siapa dia, Aldo. "Ganti baju, tes mendadak." Katanya lalu pergi.

Aku mengerjap-ngerjap, "Ini mimpi atau nyata?" Tanyaku setengah sadar.

Asyira tertawa. "Tentu saja nyata Liz." Asyira bangun dari ranjangnya, beralih ke ranjang Ginny. Asyira mengguncang-guncang Ginny dengan keras sampai terbangun, bibirnya masih terbuka dan wajahnya tampak terkejut. "Tes mendadak." Ginny mendengus lemah, membanting kepalanya lagi kebantal.

Aku duduk di pinggir ranjangku, menggosok-gosok mataku yang masih mengantuk. Selama beberapa detik aku mencoba menyadarkan diriku sendiri, lalu beranjak untuk berganti pakaian dan menyisir rambutku.

Asyira meminta bantuanku membangunkan Ginny, kami menarik tangannya dengan susah payah sampai dia terduduk di ranjangnya. Ginny menggeram sampai akhirnya dia mau bangun dan mengganti piyamanya. Tidak butuh lama, kami bertiga sudah siap. Kulihat Renee dan Megan masih tertidur pulas.

Seseorang mengetuk pintu kamar, Asyira membukanya. Tiga cowok yang tidak kami kenal, dua orang berperawakan tinggi besar, yang satu lagi agak lebih pendek dari yang lainnya, berdiri diambang pintu. "Siapa kalian?" Tanya Asyira.

Cowok yang bertubuh agak pendek mengeluarkan sebuah kantung kain hitam dari dalam kantung jaketnya. "Jangan melawan." Katanya sambil tersenyum, lalu menutupi kepala Asyira dengan kantung tersebut. Dua cowok lainnya melakukan hal yang sama padaku dan Ginny.

Aku digiring tanpa bisa melihat apapun, dan hanya bisa mempercayai cowok ini. Aku mendengar banyak langkah kaki di sekelilingku, menabrakku atau menginjak kakiku. "Maaf." Kata seorang cewek ketika menabrakku dari belakang. Dan sekarang aku tahu, semua murid di kelas lapangan sedang buta untuk beberapa saat.

Aku tidak tahu dibawa kemana, tapi angin dingin yang tiba-tiba berhembus memberi petunjuk kalau aku berada di luar gedung academy.

"Masuk." Kata cowok yang menuntunku, "awas kepalamu." Katanya.

Aku duduk disebuah kursi empuk, disebelah kanan dan kiriku duduk seseorang yang tidak kutahu siapa. Aku tahu aku sedang berada didalam mobil, atau mungkin sebuah van, aku bisa merasakan kalau benda ini berjalan.

"Siapa disebelahku?" Bisik seseorang yang duduk disampingku. Dari suaranya aku tahu itu Asyira.

"Asyira? Ini aku Liz." Balasku berbisik.

"Benarkah? Syukurlah." Katanya.

"Mana Ginny?"

"Tidak tahu."

"Kau tahu mau dibawa kemana kita?" Tanyaku.

"Seandainya aku tahu Liz." Jawabnya.

Ini semacam pembicaraan orang buta saja, tidak bisa melihat ekspresi orang yang sedang bicara denganku rasanya sangat menjengkelkan. Aku biasanya menilai, tapi kali ini hanya gelap.

Aku mendengar suara klakson dari luar, suaranya saling bersahutan. Diluar sana pasti ramai, berarti kami berada di tengah-tengah kota. Setelah perjalanan yang cukup lama, mobil terasa berhenti. Kami semua dipaksa turun, masih dengan mata tertutup.

Asyira menggandeng tanganku, tapi seseorang sengaja melepaskan tangan kami. Aku sedikit panik, juga takut. Aku berjalan, kali ini rasanya sangat sepi. Aku tidak mendengar suara langkah kaki banyak seperti tadi, hanya langkah kakiku dan satu orang lagi yang aku tidak tahu siapa.

Setelah berjalan cukup lama, aku dipaksa untuk masuk kembali kedalam mobil. "Asyira? Ginny? Ada kalian?" Tidak ada yang menjawab. "Siapapun?" Lagi-lagi sunyi.

Vagsat Academy #1: Just a Good SPY (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang