Gue selalu senewen ketika hari yudisium tiba. Sudah bersiap akan kemungkinan terburuk dan huruf C yang akan mendominasi lembar penilaian. Lulus sih, tapi pas-pasan banget. C itu bisa disamakan dengan standart batas minimal. Memang masih bisa diperbaiki dengan mengulang di tahun depan atau semester pendek sih, tetapi bagi kapasitas otak gue, lulus pun sudah lebih baik.
"Menghela napas mulu, lo. Udah syukur nggak ada yang nilai D." Ujar Cecep dengan bibir merengut. Dia nggak lebih baik dari gue karena dia memiliki dua nilai D di lembar penilaiannya. Alamat dia harus mengulang.
"Lo kebanyakan clubbing. Makanya kurang-kurangin maksiat biar idup lo berkah." Ceramah gue. "Lagian apa asiknya joget-joget di musik nggak jelas dan lampu sorot yang bikin pusing. Belum lagi bau manusia yang berkumpul pasti ngalah-ngalahin kebun binatang."
Cecep mendengus. Jari telunjuknya menoyor kening gue. "Kalau nggak pernah ke sana, nggak usah sok tahu! Gue nanti malem mau clubbing. Butuh hiburan!"
Gue mencebik kesal. "Alkohol bukannya malah bikin diet lo nggak berhasil? Sama aja kalau makanan lo udah sama kayak kambing tapi alkohol jalan terus!"
Gue menyisir penampilan Cecep. Dia memang terlihat lebih kurus daripada penampilannya sebelum dia diet sayur. Seenggaknya, gelambir-gelambir nggak perlu sudah menghilang dan menghasilkan daging padat.
"Iye. Gue tahu. Ini juga bakalan jadi clubbing terakhir gue kok."
"Sumpah lo?"
Cecep mengangguk-angguk. "Di semester ini maksudnya!"
Sue. Ingin mengumpat rasanya. Cecep tertawa terbahak-bahak. Merasa menjadi penguasa kampus meski beberapa orang sudah melihat dengan heran dan nggak suka. Gue memaklumi mengapa mereka nggak suka Cecep tertawa seperti itu, penampakannya saja seperti buta ijo yang berhasil menangkap timun emas, sih.
"Kemarin Bang David ada ngomong apa?" Cecep kembali memulai pembicaraan ketika tawanya terhenti.
Gue cengengesan. "Cuma nanya beneran atau enggak dan kasih link yang menjurus ke gaya pacaran sehat tanpa cuddling yang berakhir dengan keringat di atas ranjang."
"Kepanasan masak air di atas ranjang?" Komentar Cecep nggak enak.
Gue menabok perutnya dan dia menjerit. "Baby gue!"
"Nggak usah nyinyir! Gue gini-gini tahu kelakukan bejat lo dibalik wajah sangean dan banci macam lo."
"Fitnah lo! Gue anak baik gini dibilang sangean!"
"Gue nggak percaya kalau lo masih perjaka." Gue menaikkan dagu. Menyipit menatap Cecep dan menunggu jawabannya dengan percaya diri. Gue kira dia bakalan malu, alih-alih Cecep cengengesan dengan wajah malu-malunya yang sumpah bikin gue geli.
"Gue kan penasaran, Ceu!"
Tuh kan.
Gue bergidik. Menggeser duduk dan jauh-jauh dari manusia melata satu ini.
"Main sama cewek apa cowok?"
Itu kan seharusnya jadi pertanyaan yang sangat mudah dijawab. Tetapi respon Cecep membuat gue semakin bergidik ngeri.
"Cecep!" Gue berteriak kesal. "Gue nggak mau ya temenan sama lo lagi kalau lo mainnya sama cowok!"Gue lalu memukuli Cecep bertubi-tubi. Si cowok setengah matang malah berteriak dengan gaya mendesah-desah menjijikan.
Sumpah ya, jijik!
Gue merasa, bahwa salah satu visi yang gue bawa di dunia adalah memperbaiki Cecep. Nggak usahlah dibilang memperbaiki sepenuhnya. Sedikit atau seper-nano partikelpun nggak masalah. Gue menghargai Cecep sebegai sahabat dan orang yang selalu ada buat gue. Karena itu, gue nggak mau dia tersesat semakin jauh tanpa arah jalan pulang.
Cecep lalu tertawa. "Bercanda Bok! Gue masih doyan kok sama apem, nggak suka gitu sama pedang-pedang topping mie kremes."
Mami, telinga Kay tercemar!
Gue bangkit dan mengambil tas gue. Berlalu dan meninggalkan Cecep yang masih tertawa terbahak karena melihat reaksi gue yang sedang kesal. Proses pencarian sahabat baru harus segera dilaksanakan agar rohani gue nggak terganggu.
Pilihan gue selanjutnya adalah kantin fakultas. Segelas es kelapa muda dengan tambahan jeruk, pasti bakal menyegarkan. Gue butuh pelampiasan rasa kesal.
Tetapi gue nggak tahu kesialan apa yang ada di diri gue hari ini karena melihat Genta, cowok yang mengaku-aku sebagai pacar gue di depan Bang David, sedang bermesraan dengan cewek yang bernama Ocha!
Genta tertawa-tawa dengan tangan yang merangkul mesra leher Ocha dan cewek itu berteriak manja ingin dilepaskan. Genta nggak menggubris sehingga gue makin kesal.
"LEPAS!" Gue melotot tajam. Berharap Genta bakalan menurut kali ini.
"Beybi?"
Gue menyorot galak ke arah Ocha dan Genta. Dia memang langsung melepaskan rangkulannya di leher Ocha.
Gue belum memperjelas bagaimana posisi gue dalam hirearki tatanan kehidupan Genta. Gue belum memastikan di mana posisi gue, Syakira, dan Ocha. Tetapi yang paling penting dan genting adalah gue dan Syakira. Kalau Genta memang hanya ingin menjadikan gue sebagai tameng, gue nggak akan bawel ke dia dan akan membiarkan Genta bermain sayang-sayangan dengan cewek lain termasuk Ocha.
"Eh beybi, a-aku--" Gue lalu menarik Genta menjauh. Berniat untuk menyelesaikan semua status yang buat gue pusing hingga menembus nirwana. Setelah cukup jauh dari geng Ocha yang tadi ada di kantin, gue berhenti dan melepaskan lengan Genta yang masih gue pegang.
Tarik napas. Inhale. Exhale. Namaste. Ketika gue berbalik, gue kira bakalan menemukan wajah Genta yang masih merasa bersalah. Tetapi, harapan hanyalah harapan karena Genta malah senyam senyum di depan gue. Matanya berkedip-kedip genit dan malah membuat gue waspada.
"Beybi udah cinta ya sama Akang?"
Hah?
"Beybi cemburu ya sama Ocha?" Genta menyolek dagu gue. Membuat gue bergidik ngeri.
"L-lo ada salah makan apa sampai aneh begini, sih?"
Genta makin kedip-kedip. Gue malah megap-megap mirip ikan dibawa ke daratan.
"Nggak apa-apa kok cemburu. Kan tandanya Beybi sayang banget sama Akang."
What. The. Hell.
Mami, manggil exorcist, di mana ya?
***
"Kalau mau gombalin tuh kasih hadiah. Gue nggak mau ya digombalin pake bintang. Emangnya gue abege!"
-Kay
Jangan lupa ikuti juga kisah di Twirling dan Rocking.
Jangan lupa vote komentarnya ya!
Gue juga mau ah, bikin challenge!
Bakalan update selanjutnya setelah ada komentar 100!23.01.2020
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMBLING
ChickLitKayara tipikal anak manja dengan parfum Les Exclusifs De Chanel. Percaya dengan fairy tale dan cinta pada pandangan pertama. Kayara telah menunggu moment love at first sight seumur hidupnya. Merasa berdebar-debar dan terbang melayang ketika melihat...