Title : Hollow [2]
Genre : Mature/Romance
Author : avicennialba
Note :
Hello, this is part two of Hollow. Brace for the impact, cause this will be a long ride, buddy. And please remember, I'm not a pervert, I just have sexy imagination ;)
***
Dentuman musik terdengar nyaring di telinganya. Membuat jantungnya berdegup kencang mengikuti setiap tempo yang dimainkan. Dalam suasana remang-remang club, dan lampu disko yang menyorot silih berganti ke segala penjuru, dia seperti berada dalam nirvana. Tempat dengan berjuta kenikmatan yang semu. Lewat ekor matanya, dia bisa melihat orang-orang menikmati malam mereka menggila di lantai dansa dengan minuman di tangannya. Gadis, minuman, lantai dansa, sekelebat memori terlintas di pikirannya. Semua itu tidak asing baginya. Tidak, semua itu adalah kehidupannya dulu. Namun dia tidak tertarik lagi dengan semua itu sekarang. Walaupun beberapa gadis cantik berpakaian seksi menghampirinya untuk mengajaknya berdansa. Atau sekedar mencari teman kencan untuk melepas hasrat malam itu. Dia tidak tertarik.
Seulgi menggenggam gelas minumannya dengan erat. Whiskey cocktail, old fashioned style, minuman yang selalu dipesannya. Dia menyesap minumannya pelan. Merasakan sensasi dingin, manis, dan pahit dari sirup dan angostura, serta rasa kuat dari whiskey yang membakar tubuhnya. Dalam beberapa kali teguk, kenikmatan yang dirasakannya perlahan sirna. Meninggalkannya dengan gelas kosong di tangannya. Gadis berambut cokelat itu memandangi gelas kosong di depannya dalam diam. Pikirannya melayang liar mengingat apa yang terjadi belakangan ini. Seulgi tersenyum getir. Kini dirinya tak ubahnya seperti gelas kosong itu.
Genggamannya pada gelas itu semakin erat. Dahinya mengerut kuat. Dia memikirkan bagaimana bisa sampai di sini, di titik ini. Bagaimana semua kejadian di hidupnya terjadi begitu cepat, hingga dia tak sempat bereaksi. Apa yang terjadi? Apa yang terjadi dengan hubungannya? Tidak, pertanyaan yang benar adalah---apa yang terjadi dengannya? Dia tidak mengerti. Dia tidak mengerti bagaimana dia bisa merasa kosong, seperti gelas yang ada di depannya. Dia tidak mengerti bagaimana kini semuanya terasa hancur di luar kendalinya.
Dia tidak mengerti.
Kedua alisnya bertaut hingga membentuk garis lurus. Dia perlu berpikir, dia perlu berpikir jernih dan fokus pada masalah yang ada. Dia harus memahami apa yang terjadi dengannya. Mengapa dia mulai merasa hampa, khususnya setelah melakukan seks? Seperti ada sebuah lubang dalam dirinya. Lubang yang tidak bisa ditutup oleh apapun. Bahkan oleh kenikmatan seks dan euforia orgasme yang meledak ketika dia mencapai kenikmatan. Tidak, dia tetap merasa sedih setelahnya. Perasaan sedih dan hampa yang perlahan menggerogotinya. Perasaan tersebut seakan menghantuinya dan tak mau hilang. Bagaikan bayangan yang terus melekat kemana pun sebuah raga pergi.
Dia pernah mengalaminya. Ya, dia tahu ini bukanlah sesuatu yang baru. Ibarat sebuah mimpi buruk yang kembali dialaminya ketika tertidur. Perasaan ini adalah perasaan yang dia rasakan setelah berhubungan seks dengan cinta satu malamnya. Gadis-gadis random yang dikenalnya di bar, yang dikenalnya di lantai dansa, yang dia goda ketika mabuk. Dia mendapatkan kenikmatan seks dari mereka, namun juga perasaan hampa setelahnya. Tapi ini Irene yang dia bicarakan, bukan? Bukan gadis-gadis yang dia tidak kenal itu. Dia mencintai Irene, dia yakin akan hal tersebut. Lalu kenapa? Kenapa dia merasakan hal yang sama seperti apa yang dia rasakan ketika berhubungan seks dengan gadis-gadis yang pernah menghangatkan ranjangnya itu? Dia tidak pernah mencintai mereka, tapi dia mencintai Irene.
Atau... tidak?
Pertanyaan itu terus menghantuinya selama beberapa minggu ini. Membuatnya mulai berpikir tentang hubungannya dengan Irene. Dia tidak mengerti apa yang terjadi. Awalnya semua terasa sangat indah. Orang-orang menyebut hubungan mereka relationship goal. Mereka selalu berada dalam fase bulan madu. Saking tidak bisa jauh dari satu sama lain. Dia merasa bahagia, jauh lebih bahagia dari yang pernah dia rasakan. Dia tahu dia sangat mencintai Irene. Gadis berambut hitam itu adalah bagian dari dirinya, layaknya anatomi tubuhnya. Dia seperti ekstasi yang membuatnya candu. Dia tahu tidak ada gadis yang dapat membuatnya mabuk sepertinya. Seulgi juga tahu Irene telah banyak berkorban untuknya. Dia menerima semua kekurangannya, dan mau mencintai dirinya yang hancur. Karena itu Seulgi selalu melihat Irene sebagai sosok yang sempurna luar dan dalam. Semuanya terasa indah, hingga kini hubungannya dengan Irene berada di ambang kehancuran.
YOU ARE READING
The Reve Festival Day 2 : A Red Velvet Fanfic Collection
FanfictionAnnyeong! Kami kembali dengan koleksi cerita yang lebih seru lagi. Berikut author somplak yang membuat dirinya semakin somplak : @redbloodrv @avicennialba @seulgittarius @FiraMokoagow @taeng9pal @goxoxo99 @kerdusindomih @pandablue29 @moonlovesky @r...