💕16. First Night💕

2.3K 176 41
                                    

😘Happy reading😘

Terus terang Chandra tidak sabar menanti selesainya acara resepsi. Semua rangkaian acara tergelar sampai pukul 14.00. Dan Chandra sedikit lega, karena tidak harus tersenyum-senyum lagi. Rasanya wajahnya lelah karena bibirnya harus ditarik-tarik untuk membentuk senyuman setiap kali sesi foto.

Begitu selesai acara dan pengantin sudah menyalami tamu terakhir, mereka pun turun dari pelaminan. Chandra berbisik pada Prita, "Ta, buruan pulang, yuk!"

Prita mengernyit heran. "Ih, sabar napa? Tuh saudara-saudara masih pada ngumpul."

Chandra mengerucutkan bibir. "Aku belum tenang kalau belum menunaikan misiku."

"Misi apa?" tanya Prita.

Chandra menyurukkan kepalanya, mendekat ke arah samping telinga Prita. "Bikin Chandra dan Prita junior ...."

Prita mengerutkan alis dengan semburat merah di pipinya yang sudah ada peronanya. Gadis itu menyikut keras perut Chandra hingga lelaki itu meringis.

"Kamu suka yang kasar-kasar, ya, Ta." Chandra terkekeh sambil mengusap perutnya.

"Mas Chandra ...," geram Prita dengan pelototan tajam.

Chandra masih saja terkikik. Gadis itu memang menggemaskan, sama menggemaskannya dengan pilihan pesta pernikahannya yang mewah yang membuat Chandra harus siap merogoh kocek dalam-dalam untuk pelunasannya. Chandra semakin sadar bahwa istrinya ini adalah seorang yang berselera tinggi.

Bu Laras menghampiri Chandra dan Prita. Wanita bertubuh subur dengan wajah yang ramah itu, meraih tangan menantu perempuannya. "Ta, selamat datang di keluarga kami. Kami akan selalu menyambutmu dengan senang hati di rumah kami."

"Iya, Ma. Maafkan kalau kami menumpang rumah Mama Papa dulu, sebelum Mas Chandra menyediakan rumah bagi kami," kata Prita.

Bu Laras terkekeh kencang yang membuat tubuh gempalnya berguncang. "Mas, kode keras dari Prita tuh, minta dihadiahin rumah."

Chandra menelan ludah kasar dan menarik senyum canggung. "Sabar, ya, Sayang. Sementara kamu tinggal di PMI dulu, Pondok Mertua Indah, sebelum Mas bangunkan istana untukmu." Chandra merangkul Prita dari samping.

Cinde pun menghampiri Prita dan menarik tangan sahabatnya.

"Mas, pinjem Prita bentar," kata Cinde.

"Cin, kualat kamu. Panggil Mbak dong. Dia kan kakak iparmu sekarang!" seru Chandra, tetapi dibalas dengan juluran lidah Cinde.

"Ayo, Ta." Cinde menarik Prita agak menjauh dari Chandra dan mamanya. "Selamat ya, Ta. Hari ini kamu resmi jadi kakak iparku."

Prita memeluk Cinde, saudara ipar yang kemarin sempat membuat dirinya kesal. "Aku kesal sama kamu kemarin. Kupikir aku ga bakal jadi menikah."

Derai tawa Cinde yang khas mengudara. "Kamu beneran suka sama Masku, ya? Sampai-sampai kamu bohong soal kehamilan itu."

Mata Prita membelalak, dengan mulut menganga lebar. Gadis tinggi itu mengedarkan pandang, memastikan tidak ada orang yang tahu ucapan Cinde. "Darimana kamu tahu?"

"Ta ... Ta, kalau orang hamil, mana mungkin dapat haid bulan kemarin? Kamu kan sempet ijin ga masuk kerja karena nyeri haid." Cinde cekikikan, membuat Prita mencebik, menyadari kebodohannya.

"Cin, jangan bilang Papa Mama, ya. Bisa-bisa masmu sama aku diamuk," pinta Prita.

Cinde mencibir dengan menarik bibirnya ke bawah. "Tutup mulutnya apa?"

"Ih, gitu banget sih?" Prita mengerutkan alis, kesal.

"Tak ada yang gratis di dunia ini, Prita Sayang." Cinde berusaha menahan tawanya melihat reaksi Prita yang kelabakan.

Tangled (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang