chapter 4

1.2K 26 6
                                    

Hooaamm… Hari yang baru lagi. Aku bangun dari tidur nyenyakku setelah semalam menjalankan tugas sebagai pembunuh bayaran lagi.

Aku membunuh seorang laki-laki berusia sekitar 30-an. Ia punya utang besar dengan majikannya. Akhirnya untuk melunasi utang tersebut, ia disuruh untuk menjalankan suatu tugas oleh majikannya dan karena ia tidak ingin terbongkar maka setelah laki-laki itu selesai melakukan tugasnya, ia harus dibunuh. Oleh karena itu, ia meminta kami membunuhnya.

Laki-laki itu sudah menikah, istrinya cantik dan mempunyai anak laki-laki berusia sekitar 10 tahunan. Aku sebagai seorang manusia pasti punya perasaan tapi untuk apa adanya perasaan itu jika nanti malah menjadi kelemahan besar kita.

Aku beranjak dari sofa tempatku tidur. Yah, kamar tidurnya hanya satu dan itu ditempati Frey. Huuftt… Aku berjalan ke kamar tidurnya untuk membangunkannya berangkat sekolah.

Tok…tok… tok…

“Ayo banguun!! Sudah pagii!!” teriakku.

Dookk… Dookkk… Doookk… Aku menggedor pintunya lebih keras lagi.

“Iya…Iya… Aku sudah bangun Fanyy!!” teriak Frey dari dalam kamar.

Setelah aku mendengar balasan itu, aku langsung pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Akan tetapi, aku belum beli persediaan makanan lagi dan akhirnya aku memutuskan untuk memanggang roti saja.

Hooaamm… Aku masih ngantuk. Selesai aku menaruh roti itu di piringku dan piring Frey, aku pergi ke kamar Frey untuk mengambil baju seragamku. Lemari kita bergabung jadi satu tetapi ada dua lemari.

“Sarapanmu sudah kutaruh di meja makan.” kataku pada Frey yang sedang memakai bajunya.

“Ya…” jawab Frey.

Aku membuka lemariku, mengambil baju, dan segera ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, aku keluar sambil mengusap-usapkan handuk ke rambutku.

“Hey, kenapa cuman roti saja?” tanya Frey.

“Ya soalnya yang ada cuman roti. Kita belum beli persediaan makanan lagi.” kataku cuek, “Sudah makan saja, kalau belum kenyang kamu kan bisa makan di kantin elitmu.”

Yaps, kela A1 punya kantin tersendiri, beda dengan kelas lainnya dan yang dijual pun tentunya lebih mahal dan mewah.

“Aiisshh… Tapi kan di sana lebih mahal.” katanya.

“Yang penting kan makan.” balasku sedikit kesal.

Aku pergi ke meja makan dan langsung melahap roti bakar yang sebelumnya telah kuolesi selai blueberry.

Frey berdiri dari tempat duduknya setelah selesai melahap semua rotinya san pergi ke kamarnya. Aku pun ikut berdiri, mengambil piring dan gelas kotor, dan mencucinya.

“Hey, aku ikut denganmu.” kataku pada Frey yang baru saja keluar dari kamarnya.

“Ha?? Buat apa kau ikut denganku? Ada apa dengan motormu?” tanyanya heran.

“Hey… hey… Ingat kemarin?? Kamu menyuruhku untuk menyetirkan mobilmu ke sini… So, motorku masih ada di sekolah… Remember??” Aku menatapnya sambil menaikkan sebelah alisku.

“Aahh… I see I see… So, kamu yang menyetir sekarang ke sekolah.” Frey melemparkan kunci mobilnya padaku.

“Enak saja aku yang menyetir. Kamu yang harus mengantarku. Gara-gara kamu motorku ada di sekolah.” protesku.

“Aku ini majikanmu, aku bebas menyuruhmu sesuka hatiku. Dasar, tidak sopan. Kau tidak pernah diajari tata karma apa?”

Buukk!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2012 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm his petTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang