Teror Makhluk Gaib 1

2.1K 131 2
                                    

“Wulan, tolong aku, Lan!” pinta Bu Sekar memelas, dengan suara merintih. Wulan terus bergerak gelisah di atas ranjang, ia merasa tengah berada di alam lain.

Sementara sesosok bayangan tampak melangkah pincang di belakang Bu Sekar. Suara paraunya terdengar menyeramkan. “Akan kubunuh kalian semua!” ancamnya.

Wulan teramat takut sehingga ia menjerit-jerit dalam tidurnya dan hanya bisa terlepas dari mimpi itu setelah dibangunkan sang bibi. Gadis berambut panjang itu ketakutan, bahkan tak berani untuk terpejam lagi. Namun, pengaruh obat penenang membuatnya kembali pulas dan … bertemu Bu Sekar lagi.

Wulan bangun di pagi hari dengan wajah yang teramat pucat. Gadis itu hidup dalam ketakutan, tapi tidak ada yang bisa dilakukannya selain memecahkan misteri di balik kematian Bu Sekar. Atau … ia takkan pernah tenang.

Setelah menghabiskan sarapan, Wulan membaringkan tubuhnya yang terasa lemah. Memandang langit-langit kamar sementara pikiran berkelana.

“Wulan ....”

“Ya?” jawabnya sambil menoleh ke arah kiri.

Namun gadis itu segera terperanjat saat mendapati sosok Bu Sekar di sana. Sosok wanita paruh baya itu melayang dengan lidah menjulur dan leher yang membiru, bekas jeratan tali.

Perlahan sosok yang sudah meninggal beberapa hari silam itu mendekat ke arah Wulan. Gadis berambut panjang itu berusaha untuk bangkit dari rebahan, tapi tubuhnya seolah tak bertulang. Ia bahkan tak punya kekuatan untuk beringsut sedikit pun. Lemah tak berdaya.

Wajah Bu Sekar semakin dekat dan berada tepat di atas wajah Wulan. Wajah itu pucat pasi dengan mata yang keseluruhan berwarna putih. Wulan tak kuasa menahan rasa takut, lidahnya pun ikut kelu, tak mampu berteriak untuk minta bantuan. Ditelannya saliva dengan susah payah untuk meredakan rasa takut, tapi tak berhasil.

Akhirnya, ia memilih memejamkan mata rapat-rapat. 'Bulek … tolong aku!' Jeritannya menggema di dalam hati dengan hawa panas yang menguasai tubuh.

“Wulan?” panggil sebuah suara.

Wulan bersorak dalam hati. Ia kenal persis, itu suara bibinya. 'Bulek! Tolong aku!' teriaknya, tapi lagi-lagi hanya bergaung dalam hati.

“Wulan!” Suara panggilan itu semakin jelas.

Cepat Wulan membuka mata, tapi sosok Bu Sekar masih berada di tepat di atas wajahnya, bahkan perlahan wajah mereka mulai sejajar, berhadapan.

“Tolong aku, Lan.” Aroma busuk menyeruak dari sosok wanita gempal itu.

Membuat Wulan menahan napas dan berusaha mencari mencari sosok bibinya dari ujung mata, ingin bergerak tapi lagi-lagi tak mampu. Dan ia memilih memejamkan matanya kembali dengan merapalkan doa dalam hati.

“Wulan!” Kali ini suara Laras terdengar kian jelas, diiringi cengkeraman di kedua bahu Wulan dan mengguncang tubuh kurus itu keras.

Seketika Wulan tersentak dan membuka matanya segera. Tak ada lagi wajah pucat Bu Sekar. Hanya ada wajah Laras, bibinya yang tampak cemas.

“Kamu kenapa, Lan?” tanya bibinya setelah menarik napas lega. Laras benar-benar khawatir saat melihat tubuh keponakannya mengejang aneh dan terbaring seolah tak bernapas di atas ranjang.

Wulan segera beranjak dan memeluk bibinya erat. “Aku takut, Bulek,” ratap gadis bertubuh kurus itu.

“Sudah, tidak apa-apa, ada Bulek. Sekarang kamu minum obat dulu,” saran Laras sambil menyodorkan beberapa butir obat dan segelas air putih.

Wulan menggeleng cepat. “Aku tidak mau minum obat penenang lagi. Aku tidak mau tertidur lagi,” tolak gadis berambut panjang itu dengan iba.

“Tapi ....” Laras menghela napas saat melihat wajah Wulan yang masih terlihat ketakutan.

Gadis Pembaca Kematian (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang