Part 1

28 4 0
                                    

"Mamaaaa... kaos kaki Yaya dimana?" teriak gadis yang sedang menuruni tangga agak susah payah karna menenteng sepatu ditangan kirinya. Sedangkan tas yang lumayan berat di tangan kanannya, baju yang belum dimasukkan ke delam rok, serta handuk yang masih menggulung di atas kepala. Pemandangan yang cukup berantakan dari pagi biasanya.

"Yaya hati-hati nanti kamu jatuh," tegur sang mama yang melihat anak bungsunya tergesa-gesa menuruni tangga.

"Yaya hampir telat ma. Abang udah dibangunin? Nanti yaya makin telat kalo nunggu dia siap siap."

Baru saja sang mama ingin menjawab. Tapi sang penanya sudah lari tergesa-gesa menaiki tangga sambil membuka gulungan handuk dikepala.

"Yaya yaya..," gumam sang mama melihat kelakuan putrinya yang selalu panik dalam situasi sempit.

"Ma, abang mana?" Tanya Raya lagi setelah selesai dengan semua kesibukannya tadi.

"Kamu lupa? Abang kan pergi ke bandung tadi malam sama papa."

Astaga. Kok iya ya.

"Duh, jadi yaya pergi ke sekolah sama siapa? Naik angkot gerbang udah ditutup ma," panik Raya. Kemudian ia duduk dan melahap roti yang sudah disiapkan mama di meja makan.

"Mama udah bilang sama wisnu. Jadi kamu pergi bareng dia ke sekolah."

Raya yang sedang meminum susunya tersedak setelah mama selesai mengucapkan kalimatnya.

"APA! Nggak lagi-lagi mah. Nanti aku diturunin lagi kayak yang lalu lalu," balas raya dengan pasti sambil terus geleng-geleng kepala. Mengingat beberapa kejadian ia pergi dengan playboy cap kaki kuda itu.

"Jadi, kamu mau telat?" Mama Raya menatap putrinya yang masih saja duduk termenung.

"Tapi kan ma..," Raya menghentikan ucapannya kemudian berdiri lalu menghampiri sang mama untuk mencium tangan, " Yaudah, pergi. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam," balas sang mama dengan senyum di wajah.

Sudah 10 menit berjalan, Raya gelisah duduk di dalam mobil ini. Sang pengemudi terkadang melirik namun tak kunjung bicara. Masih dengan perasaan was-was yang tak kunjung reda. Apalagi jika mengingat kejadian terakhir ia menaiki mobil ini dengan orang yang sama. Sungguh ia ingin sekali menjambak rambut sok keren laki-laki yang ada disampingnya ini.

"Tegang amat ya.. santuy kita gak telat kok," laki-laki yang sejak tadi mengemudi mulai bicara. Belum banyak laki-laki itu bicara saja. Kekesalan Raya sudah kian bertambah.

Santuy katanya? Santuy kepala lo jungkir balik. Ish

Dering ponsel mengisi kekosongan dalam mobil. Perhatian raya teralihkan, terlihat di layar ponsel tertera jelas 'Pacar Ketiga' tak lupa pula tanda love berwarna kuning. Mengingatkan Raya tentang Siska teman sekelasnya yang suka beraksesoris warna kuning setiap hari. Dan dengan pasti diyakini bahwa teman sekelasnya itu sudah jadi pacar ketiga untuk sebulan playbob cap kaki kuda disampingnya ini.

"Hallo sayang, udah siap?"

"Iya aku jemput."

"Oke. Bye. Emmuah."

Jijik

"Kita jemput pacar gue dulu ya, yaya."
Raya tetap diam tak menanggapi perkataannya. Mau menolak pun rasa Raya bakal tidak berguna karna tidak akan diindahkan oleh si playboy ini.

Mobil sudah terhenti di depan rumah yang lagi-lagi berwarna kuning. Memang tidak heran karna si pemilik rumah juga candu akan kuning.

Kenapa juga nama siska gak sekalian kuning? Biar gue lebih enak manggil dia si kuning. Tinggal tambah kata belakang mengambang.

Raya terkikik pelan memikirkan jika nama siska benar benar menjadi -si kuning mengambang- lucu rasanya.

"Kenapa lo ketawa?"tanya playboy disampingnya yang telah melepas seatbelt hendak membuka pintu.

"Kepo. Udah sana jemput yellow princess lo!" Usir Raya kemudian melepas seatbelt dan turun untuk pindah ke kursi belakang.

***
"Raya, lo berangkat bareng kak wisnu lagi?" Tanya cici sesampainya raya di kelas.

"Lagi? Gue gak setiap hari pergi ke sekolah bareng dia ya ci. Jadi plis deh jangan ngomong seakan-akan gue udah berangkat sama dia setiap hari." Jawab raya campur kesal menatap sahabatnya itu.

"Ya seenggaknya, menurut pengamatan gue. Ini udah ke 9 kalinya lo turun dari mobil kak wisnu di sekolah" bertepatan cici menyelesaikan perkataanya guru memasuki kelas mengisi jam pelajaran pertama. Membuat Raya tak perlu menanggapi perkataan sahabatnya itu.

◇◇◇◇◇
Hai semuaaa...
Jangan lupa kasih vote dan koment di cerita ku ya :)
Be a wise reader.

Daftar MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang