SUDAHLAH...

5 0 0
                                    


Terlalu takut untuk sendiri, karena, sudah terlalu lama selalu bersama. Hari demi hari berganti menjadi minggu, lalu berganti menjadi bulan, dan tak terasa berganti menjadi tahun. Banyak hal terjadi pada ikatan tersebut. Tak terhitung canda tawa terdengar. Dan tak terhitung pula air mata jatuh silih berganti membasahi permukaan wajah. Terlalu lama bersama, sehingga rasa itu datang. Rasa lelah yang tak terhingga karena sudah sering kali menyakiti dan tersakiti. Hingga rasanya, sudah tak sanggup untuk menampung semua rasa tersebut.

Bimbang, bingung, bersatu menjadi satu. Berbagai macam cara untuk mengakhiri silih ganti berdatangan. Sudah menumpuk tumpah sampai ingin rasanya disampaikan. Lalu, hal lain yang membuat hati ini goyah tak luput datang menghampiri. Bagaimana bisa begitu tega untuk mengakhiri hubungan yang sudah lama terjalin? Terlalu banyak usaha akan sia-sia jika menyerah saat ini juga. Terlalu banyak tenaga yang akan terbuang sia-sia. Lalu, apa yang perlu dilakukan?

Tak ada satupun hal yang benar di benak. Keegoisan yang tak tau sampai kapan akan terus tertanam. Rasa gengsi terus menerus terjunjung tinggi. Rasa takut akan penolakan jika memulai pertama. Lalu, apa adakah yang bisa dilakukan? Hal apa yang benar dan tepat? Hal yang tak akan membuat semua pengorbanan ini akan sia-sia. Hal yang tak akan disesali saat nanti. Apa yang harus dilakukan? Badan ini sudah lelah rasanya menampung semua kesedihan yang tiada akhir. Tak dapat berbicara ataupun mengekspresikan apa yang kini dirasa. Hanya topeng belaka. Berpura-pura seperti semuanya baik-baik saja..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One of my frustrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang