Sabtu yang cerah, setelah kemarin hujun menemani bumi dalam dinginnya, sekarang mentaripun turut menemani bumi mengisyaratkan mentari tak mau langit terus menangis, bunga terlihat lebih merekah tatkala mentari menyibakan sinarnya.
Saya Fathir, seorang karyawan di perusahaan swasta sekaligus suami dari istri tercinta Aisyah, saya dipandang cakap dalam bertutur kata, keras dalam memegang argumen namun selalu peduli akan hal disekelilingnya. Sudah 1tahun lebih saya menjalani bahtera rumah tangga dengan sang istri. Menjalani terjangan ombak maupun menikmati ayunan semilir angin, mandayung di tengah bahtera cinta yang berharap dapat berlabuh pada dermaga kebahagiaan. Aisyah adalah istri yang sangat baik hati, penuh cinta, keras namun penuh kegigihan, kesehariannya meski tidak bekerja di luar rumah, dia ridho membantu saya dalam mencari rupiah. Itulah istriku, yang tanpa menyerah memberikan yang terbaik demi rumah tangga ini.
Sudah setahun berlalu pasca kehilangan sang buah hati yang sangat kami cintai, meski berbagai upaya sudah dilakukan oleh saya dan istri untuk bisa mempertahankan sang buah hati. Namun setiap insan hanya mampu berikhtiar, hanya mampu berharap, dan hanya mampu bersabar, kami hanya berpikir ALLAH LEBIH SAYANG ANAK KAMI.
"Pu.. kapan yah Mumu bisa kembali mengandung." Tanya Aisyah sambil memegang tanganku dengan muka sedikit bersedih
"Mumu harus bersabar ya.. Pupu yakin Allah akan memberikan Malaikat kecil kepada kita diwaktu yang tepat." Jawabku sambil mengangkat wajah istriku dan menatap dengan senyuman.
"Sudah satutahun aa meninggalkan kita. Mungkin kalau masih ada aa sudah berumur 6Bulan." Ucap Aisyah sambil menitihkan air mata
Saya hanya bisa nyeka air matanya dan tersenyum kepada istriku.. dan saya hanya bisa memeluknya.
"Kita harus terus berusaha ya sayank! InsyaAllah, Allah akan mengirimkan Malaikat kecil untuk kita kembali." Kembaliku berkata dan memberikan semangat kepada istriku.
Aisyah hanya mengangguk dan mencoba tersenyum kepadaku.
Meski saya tahu dia masih memendam kesedihan, sama halnya dengan saya, tapi saya mencoba untuk tegar agar istriku tidak bersedih lagi."Eh iya.. sekarangkan Pupu libur, kita jalan jalan yuk.. Mumu mau berenang tidak?" sambung ku mencoba menghibur Aisyah
"Berenang dimana?" Tanya Aisyah Singakat
"Terserah Mumu.. Pupu ikut aja." Jawabku
"Ayok.. tapi Mumu siapin dulu pakaian dan bekel yah biar tidak jajan disana." Jawab Aisyah sambil menyusut sisa airmata dipipinya.
"Siap Mumu.. Pupu panasin motor dulu yah.. setelah itu nanti pupu bantu Mumu siapin pakaian." Jelasku sambil tersenyum
"Iya Pupu.." jawab Aisyah dengan senyuman.
--------------------------------***----------------------------
"Pu... kalau renang hati hati yah.. Mumu siapin dulu makan." Ucap Aisyah
"Siap sayank... nanti Mumu harus nyusul yah! Pupu nyebur duluan." Jawabku dan langsung berenang
Tak lama Aisyah mengusulku berenang, air kolam renang seakan membasuh lara aisyah, raut muka yang tadinya sendu berubah menjadi riang.. Syukurlah dia bisa kembali ceria, sebagai suami aku selalu berusaha untuk bisa membuat istriku tersenyum. Karena saat ini bukan lagi tentang aku dan kamu, tapi ini tentang KITA.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
40 Minggu BERCERITA
Ficción GeneralSebuah Perjalanan dua insan pasutri dalam menjalani bahtera rumah tangga baik suka dan duka untuk menuju gerbang kebahagiaan. cita cita yang didamba oleh sang nakoda rumah tangga maupun penumpang setia bernama seorang istri adalah kerukunan dan kel...