Can I Hug You?
Chapter 1
.
.
.-Rumah sakit-
Evo terduduk diam di kursinya. Pria manis itu hanya bisa bersandar pada pangkuan kursi tunggu rumah sakit dengan wajah pucat. Sesekali matanya melirik kertas ct scan di tangannya.
Evo mendongak menatap langit - langit rumah sakit. Tak di sangka jika dirinya yang di kenal happy virus oleh teman dan orang sekitarnya itu di vonis memiliki tumor ganas di otaknya. Kanker otak yang sudah memasuki tingkat ke 2 (stadium 2).
Tumor otak biasa di kenal dengan nama kanker otak. Terdapat 4 stadium tumor otak yang dapat dilihat dari perkembangan sel tumor dan perluasan penyebarannya.
Pada stadium 1, jika dilihat di bawah mikroskop, sel tumor masih tampak normal dan pertumbuhannya lambat.
Stadium 2 juga ditunjukkan dengan pertumbuhan sel tumor yang lambat, namun sel tumor mulai tampak tidak normal dan bila diangkat cenderung tumbuh kembali.
Sedangkan pada stadium 3, sel tumor tidak lagi menyerupai sel normal dan perkembangannya aktif.
Sementara pada stadium 4, sel tumor sudah sangat berbeda dengan sel normal dan tumbuh secara cepat.
Jadi bisa di simpulkan kanker milik evo sudah memasuki tahap yang mengkhawatirkan.
.
.
.
.
.
Kring...kring...Bel istirahat baru saja berbunyi, semua anak kelas berhamburan keluar kelas dengan girang, kecuali evo yang tetap terdiam dengan pandangan kosong mengarah ke papan tulis putih kosong.
Mengingat perkataan dokter kemarin membuat pria manis itu kembali meneteskan air mata.
"Apa yang harus ku lakukan?" Gumamku
"Lakukan apa?" Tanya seseorang yang membuat evo terkejut, dengan cepat pria manis itu menghapus jejak air matanya.
Evo menggeleng cepat. Kepalanya mendongak, tersenyum manis kearah pria di belakangnya.
"Um..yuk ke kantin, saya lapar banget" evo mengangguk kemudian memeluk lengan pria itu. "Bakso mang ujang. Bian yang traktir pokoknya!"
Pria bernama bian itu mengangguk dengan tatapan hangat sembari terkekeh pelan, mengusap surai hitam bocil kesayangannya itu.
"Baik, bocilnya om bian"
Keduanya saling pandang dan tertawa geli. Candaan kecil yang di lontarkan bian lah yang selalu berhasil menaikan mood evo. Walau berusaha menyembunyikan apapun dari bian, pria itu akan selalu tau jika evo sedang tidak baik-baik saja.
Semua orang yang melihat kedekatan kedua manusia berbatang itu pasti akan mengira mereka sepasang kekasih atau adik kakak, pasalnya keduanya selalu bersama, bahkan untuk ke toilet.
Faktanya mereka hanya teman yang tumbuh bersama sejak mereka umur 8 tahun. Saat mereka kenal tak ada senyuman di wajah keduanya. Pukulan dan ejek-an yang ada.
Mereka saling membenci.
Tetapi ketika melihat evo di ganggu anak lain dan sangat mudah menangis. bian berjanji dengan dirinya untuk menjaga evo agar tidak meneteskan air matanya lagi, ia ingin selalu menjaga senyum evo untuk waktu yang panjang hingga kapan waktu memisahkan mereka.
Bian sangat menyayangi evo, ia tampak kecil dan lucu. Bian merasa seperti memiliki seorang adik. Adik yang lucu dan menggemaskan.
Seperti saat ini, jika kalian kenal dengan evo mungkin kalian semua akan bersependapat denganku. Pria kecil itu terus diam dengan wajah masam hanya karena bakso yang ia inginkan telah habis.
"Sudahlah..mie ayam juga kesukaan mu, bukan?"
"Emang iya..tapi evo lagi maunya makan bakso"
Bian diam karena tak akan habis jika beradu mulut dengannya saat ini.
"Saya saja yang makan kalau ga mau" kata bian sembari mengulurkan tangannya untuk mengambil mangkuk bergambar ayam jago.
"Eee jangan, bian makan!"
Bian tertawa lalu mengacak gemas rambut evo, menatapnya gemas. Dia benar - benar seperti anak kecil mudah di bujuk.
.
.
.
.
Cinta. Sebuah kata yang sulit di ungkapkan dan sangat sulit di mengerti. Secara garis besar cinta itu adalah perasaan bergejolak yang kita rasakan kepada seseorang dan jika itu benar..berarti aku mencintai Bian?Pagi yang cerah menyambut dengan indah bak mendukung aktivitas pagi beberapa orang. Suara indah burung - burung bak melody yang membuat beberapa orang tersenyum girang seperti evo.
Umm..sepertinya hanya evo.
Evo kini tengah berdiri di depan kelas dengan buku fisika di tangannya, ia sedang menunggu bian.
Senyum evo merekah ketika melihat sosok bian yang sedang berjalan mendekat di ujung koridor, dengan senyum hangat dan tangan yang melambai.
Evo membalas melambai sedikit berlompat girang. Senyum evo perlahan memudar ketika kepalanya terasa sangat sakit, ia terduduk di depan pintu kelas. Kedua tangan evo memegang kepalanya, lebih tepatnya menekannya kuat berharap mengalihkan rasa sakit yang tiba - tiba saja muncul menyiksa dirinya.
Melihat itu bian sontak kaget dan berlari menuju evo.
"Evo!"
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Hug You?
RomanceSebuah cerita kecil mengenai diriku dengan penyakit yang datang untuk menjauhkanku dengan orang yang ku cinta. :)