"Hai, Edith!"
Eunwoo datang lagi, tentu saja. Tidak setiap hari wanita itu berkunjung ke kantor, hanya saja setiap San baru saja pulang dari 'dinas', Eunwoo selalu datang.
"Hai, Eunwoo," balasku datar, dengan senyum yang ku paksakan. Aku menatap jari kelingkingku, untungnya aku ingat untuk melepas cincin yang San berikan tempo hari.
"San di dalem?" tanya Eunwoo.
Aku mengangguk, "Ada."
Alih-alih masuk ke dalam ruangan San, Eunwoo justru mendudukkan tubuhnya di kursi depan mejaku. Lagi-lagi, wajah Eunwoo yang sedianya cerah berubah abu di depan mataku.
"Kamu gak masuk?" tanyaku. "Pak San di dalem kok."
Eunwoo menggeleng, "Gak deh, aku mau curhat aja sama kamu. Kayaknya mood San hari ini lagi gak baik."
Aku menyunggingkan alisku. Memangnya, kapan mood San pernah naik drastis ketika ia bersama Eunwoo? Ups.
"Tapi, jam makan siang masih lama," ucapku.
Eunwoo meraih tanganku, "Please, kamu yang ijin ke San, ya? Aku gak berani masuk."
"O-oke, terus kamu gimana?" tanyaku.
"Aku tunggu di sini, ya? Nanti kalau San gak ngijinin kamu pergi, biar aku aja yang ijin," jawab Eunwoo.
Situasi aneh macam apa ini?
"Ya udah, aku ijin dulu, tapi aku gak janji ya kalo bakal diijinin," ucapku, meskipun aku yakin seribu persen jika San akan mengijinkanku keluar, apalagi jika hanya untuk menemani istrinya.
Eunwoo mengangguk, "Semangat!"
Aku bangkit dari kursiku dan berjalan ke ruangan San. Pria itu tampak terkejut dengan kedatanganku, segera saja aku menutup pintu ruangan rapat-rapat sebelum San sempat berkata aneh-aneh. Sangat berbahaya jika Eunwoo mendengarnya, apalagi ia berada tepat di depan.
"Kenapa?" tanya San.
"Istri kamu dateng," jawabku.
San memutar bola matanya dan kembali menatap komputernya, "Oh, ya udah suruh pulang aja, belom jam makan siang."
"Bukan itu," ucapku cepat. "Eunwoo ngajak aku keluar, dia gak berani ijin sama kamu, katanya."
"Oh? Ya udah, temenin aja dulu," balas San, "Kalau nanti mau ketemu aku, bilang aja aku sibuk, atau lagi pergi ke mana kek."
Aku menggelengkan kepalaku, "Aku udah terlanjur bilang kamu ada. Ya udah, aku keluar dulu ya?"
"Iya, hati-hati," ucap San.
Aku mengutaskan sebuah senyuman. "Hati-hatinya buat siapa? Aku, apa istri kamu?" tanyaku.
"Hm? Buat calon istriku," San mengulaskan senyuman, "Hati-hati, kalau uangnya kurang, bilang aja, nanti aku transfer."
Aku melangkah keluar dari ruangan San dan mendapati Eunwoo sibuk dengan ponselnya. Jika ku lihat-lihat, Eunwoo adalah orang yang cukup aktif di sosial media. Bahkan, foto pernikahannya dengan San pun ada di sana, meskipun kenyataannya tidak semenyenangkan di foto.
"Ayo," ajakku.
"Dibolehin sama San?" tanya Eunwoo.
Aku mengangguk, "Boleh, kan nemenin kamu."
Eunwoo bangkit dan menggandeng tanganku dengan semangat, "Ayo!"
Seperti biasanya, teman-teman kantorku menatap kami dengan tatapan heran. Kecuali Yeosang, pria itu tidak henti-hentinya menghujaniku dengan tatapan tajamnya.
"Kita mau ke mana?" tanyaku pada Eunwoo, setelah kami memasuki lift.
"Kantin kantor? Atau kamu punya rekomendasi restoran? Nanti kita ke sana naik taksi," jawab Eunwoo.
Aku menyunggingkan sudut bibirku, "Kantin kantor aja? Emang kamu mau cerita apa?"
"Yah, cerita kehidupan aja sih, kayak biasa," jawab Eunwoo. "Oke, kantin kantor aja."
Kami pun melangkah menuju kantin kantor. Aku tidak tahu yang ku rasakan, rasanya aku ingin berlutut dan meminta maaf pada Eunwoo karena telah banyak menyampuri hubungan pernikahannya, atau barangkali sekaligus meminta izin untuk menjadi yang kedua, tetapi aku juga ingin berjalan dengan langkah tegap dan bangga, karena suaminya lebih memilihku daripada dirinya. Aku menang, kau tahu.
"Mau pesen makan kapan?" tanya Eunwoo.
"Aku nanti aja, kalau kamu mau pesen duluan, silahkan," jawabku.
"Hmm, ya udah deh nanti aja," gumam Eunwoo.
Aku menarik kursiku dan mendudukkan diri di sana. "Jadii, mau cerita apa?"
"Konferensi pers! San bilang, dia bakal ngajak aku buat ikut konferensi pers itu!" Eunwoo menjawab dengan sangat bersemangat.
Aku mengerutkan dahiku. Konferensi pers apaㅡoh sial, aku baru ingat.
"Oh ya? Bagus dong!" balasku.
Jadi, perusahaan ini memang dipimpin oleh keluarga San dan mereka hendak membuka anak perusahaan baru yang bergerak di bidang event organizer. San bilang, perusahaan baru ini akan dipegang oleh dirinya dan Eunwoo, atau hanya Eunwoo saja karena San tidak peduli. Berhubung perusahaan induk kami memiliki nama yang cukup besar, tentu saja mereka membutuhkan konferensi pers untuk publikasi.
"Tentu!" balas Eunwoo tak kalah bersemangat, "Aku seneng banget, ngebayangin waktu-waktu yang bakal aku lewatin bareng San. Yah, meskipun pasti gak banyak, cuma di awal-awal peresmian, tapi gak apa-apa lah, cukup buatku."
Eunwoo menatap tangannya yang dilingkari oleh sebuah cincin emas di jari manisnya. Wanita itu tersenyum simpul, sesederhana itu bahagia bagi Eunwoo.
Aku meraih tangan Eunwoo, "Manfaatin waktu sebaik-baiknya, siapa tau dia berubah."
Eunwoo mengangguk, "Semoga. Hari ini San bilang mau ajak aku ke butik, nyari gaun buat konferensi pers besok. Ah ya, mungkin pas sesi launching, San gak bisa dateng."
Muka Eunwoo kembali berubah murung. "Aku tau dia sibuk banget. Yah, aku harus sedikit lebih pengertian," ucapnya, berusaha tersenyum padaku.
"Aku punya satu cerita lain, tapi aku mohon, jangan bilang tentang ini ke San,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chaos ➖ATEEZ San [✔]
FanficI don't gotta know if you're taken, I'll just let ya know bedroom's vacant, No one's gotta know, Just us and the moon, Until the sun starts waking up. Originally written by Penguanlin, 2020.