Memoles sedikit cairan merah bernama liptint itu diarea bibir atas dan bawahnya. Meratakan sejenak warna merah itu agar bibirnya tidak terlihat pucat dan penampilannya sedikit lebih baik.
Ini pukul satu siang dan Alin berdandan di dalam ruang kerjanya. Itu karena ia akan keluar sebentar untuk menemui penulis bernama Seesaw yang naskahnya ia tangani. Alin tidak tau seperti apa rupa Seesaw ini. Jenis kelamin pun para pembaca setia karya Seesaw belum mengetahui.
Jadi, ia sedikit bersyukur karena Rivaldo mempercayainya menangani satu naskah milik Seesaw, penulis yang ia kagumi karya-karyanya. Apalagi hari ini ia akan bertemu orangnya langsung, untuk membahas naskah baru penulis itu. Alin jadi tidak sabar. Ia bahkan tidak menyantap bekal makan siangnya, karena terlalu bersemangat untuk bertemu Seesaw.
Alin juga hari ini sengaja membawa buku karya Seesaw yang berjudul Everlasting Love, untuk dimintai tanda tangan penulis satu itu.
Setelah dirasa penampilannya sudah cukup memukau, Alin beranjak dari kursi kerjanya dan berpamitan pada Nisa serta Husni. Ya, ini kali pertama dirinya bertemu Seesaw jadi ia harus berpenampilan rapi dan memukau. Siapapun dan apapun jenis kelamin Seesaw, ia tidak peduli. Karena Alin berdandan seperti ini hanya agar tidak mempermalukan diri sendiri saja. Bukan untuk mencoba mencari perhatian pada orang yang akan ia temui siang ini.
Cafe Lucky adalah tempat dimana ia akan bertemu dengan Seesaw. Sambil mencoba mengirim pesan singkat pada Seesaw untuk memberitahu bahwa dirinya sudah tiba di Cafe, Alin melangkahkan kakinya memasuki Cafe tersebut.
Tepat setelah masuk, pesannya dibalas oleh Seesaw. Penulis ini rupanya juga sudah tiba di Cafe dan duduk di .. Alin berusaha memperhatikan meja Cafe satu persatu, mencari meja yang dibelakang dinding terdapat tulisan I Love You.
Gotcha!
Ketemu. Tapi tunggu. Dari kejauhan, Alin bisa melihat jelas bahwa Seesaw adalah seorang pria. Namun bukan itu yang membuatnya terkejut. Alangkah terkejutnya saat menyadari wajah Seesaw sama seperti aktor Jepang!
Dengan mata menatap intens sosok Seesaw yang saat ini tengah sibuk dengan ponsel, Alin diam-diam menghampiri meja pria itu.
"Anata wa Yamazaki Ken hitodesu ka? (Apakah anda Kento Yamazaki?)" Tanya Alin setelah berhasil berdiri didepan Seesaw yang masih belum menyadari kehadirannya.
Mendengar suara Alin, Seesaw menghentikan aktivitasnya untuk melihat sejenak siapa yang berkata menggunakan bahasa Jepang didepannya ini. Dahi Seesaw berkerut melihat keberadaan Alin. Dan, apa tadi Alin bilang? Kento Yamazaki?
"Īe, watashi wa Yamazaki no kendōde wa arimasen. (Bukan, saya bukan Kento Yamazaki)." Balas Seesaw ikut-ikutan menggunakan bahasa Jepang.
Giliran Alin yang buat bingung oleh pria didepannya ini. Dia bilang buka Kento Yamazaki, tapi kenapa bisa bahasa Jepang?! Sambil mengambil posisi duduk didepan pria ini, Alin kembali melontarkan pertanyaan namun menggunakan bahasa Inggris. "You said you are not Yamazaki Kento, but why do you speak Japanese?"
Tersenyum maklum pada Alin, pria dengan tatanan rambut berponi kanan ini lantas mengklarifikasi, "Because I was born in Japan, but grew up in Indonesia."
Alin mengangguk paham. Karena ini pertemuan pertama mereka, ia menjulurkan tangan kanannya untuk bersalaman. "Saya Alin, editor Kembang Publisher yang akan menangani karya terbaru kamu."
"Saya Seesaw,"
Bola mata Alin memutar jengah usai menyudahi salamannya dengan Seesaw. "Yaelah, udah ketemu gini masih aja pake nama pena. Nama asli dong .."
"Kenzo Yokato."
"Hah? Apa? Kurang jelas, coba ulangi sekali lagi."
"Kenzo,"