Sesak

284 15 0
                                    

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan untuk Alfan, sejak pagi dia sudah tiba di kampus untuk menyelesaikan tugasnya. Belum lagi mata kuliahnya hari ini sangat penuh dan hanya ada waktu sebentar untuk sholat dan makan siang. Setelah memenuhi panggilan-Nya untuk Sholat Dzuhur Alfan melenggangkan kaki panjangnya menuju kantin kampus. Alfan bersenandung senang karena bisa sedikit mengistirahatkan otaknya dengan makan siang dan meminum jus alpukat kesukaannya. Hanya dengan membayangkannya saja membuat Alfan senang hingga tak melepaskan sedikitpun senyuman dari wajahnya.

Setibanya di kantin, matanya menyipit dan memperhatikan lekat-lekat sepasang muda-mudi yang sedang duduk bersama disana.

"Deta.." lirihnya.

Senyum bahagia yang sejak tadi mengembang tergantikan oleh senyum getir, melihat gadis pujaannya sedang tertawa bahagia dengan pria lain. Tidak pernah sebelumnya Alfan melihat gadis itu tertawa selepas ini dengan siapapun, bahkan candaan darinya saja tak pernah dihiraukan.

Semua bayangan tentang jus alpukat dan makan siang seolah sirna begitu saja tergantikan dengan rasa sesak yang sangat menyiksa didadanya. Senyumnya hilang, semangatnya padam. Alfan sedikit berlari untuk menjauhi pemandangan yang sangat menyakitkan baginya.

Tibalah Alfan di Mushola. Memang setelah mengenal Deta, Alfan menjadi rajin datang ke Mushola untuk Sholat dan meneruskan bacaan Al-Qur'an yang telah lama ia tinggalkan. Alfan selalu ingat kata-kata gadis itu.

"Kalo kamu mau berubah jadi lebih baik, lakukan buat diri kamu sendiri bukan buat aku. Semuanya harus ikhlas karena Allah"

Sangat jelas sekali ucapan itu diingatannya, saat Alfan menemui Deta dan berkata akan berusaha memperbaiki diri untuk gadis itu.

Kini saat mengingatnya Alfan kembali tersenyum, namun sesaat senyuman itu kembali hilang tergantikan bayangan Deta yang sedang tertawa bahagia dengan seorang pemuda.

Siapa pemuda itu? Mengapa Deta terlihat begitu dekat dengannya? Jika dia sudah kenal lama dengan Deta, mengapa Alfan tidak pernah melihatnya? Padahal dia selalu tahu apapun dan siapapun mengenai kehidupan Deta. Atau pemuda itulah alasan Deta selalu menolak cintanya?

Berbagai pertanyaan muncul dan membuat Alfan sangat kebingungan. Dia kembali mengambil air wudhu dan menenangkan diri dengan membaca Al-Qur'an, tak peduli dengan perutnya yang berbunyi sejak tadi. Dia sedang kalut, dia harus menceritakan semua ini kepada Sang Pencipta.

*

Deta berdiri di depan lemari pakaiannya, hari ini dia harus menghadiri pernikahan teman baiknya, Vita.

Kringg.. Kringg..

"Halo, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam. De, Kakak udah didepan rumah kamu gerbangnya dikunci"

"Kok cepet banget, sih? Ini kan baru jam 7 bukannya rencana mau berangkat jam 9 ya?"

"Berisik bawel kalo kangen pengen ngobrol sama Kakak nanti aja, tolong bukain dulu gerbangnya"

"Tunggu sebentar"

Deta berlari kecil menuju kamar Risa.

"De, tolong bukain pintu gerbang dong ini Kakak belum siap"

Risa menatap Kakaknya dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Ini kenapa Kakak jadi lelet banget? Biasanya kalo mau pergi udah siap dari 3 jam sebelumnya"

Kujaga Cinta Dalam Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang