Happy reading..
Jangan lupa vote and comment ya hehe..___________________________
Dasha terduduk di kursi kamar tidurnya. Dia lelah, membutuhkan istirahat. Tenaganya terkuras tetapi matanya tak mampu terlelap, pikirannya terus melayang, apakah benar yang didengarnya tadi bahwa penembakan itu Tuan Damian dan anak buahnya yang melakukan?
Apakah Tuan Damian yang melakukan itu semua? Mengapa dia melakukan ini semua? Tanya kepada dirinya sendiri.
Ia mendengar perbincangan anak buah Damian bahwa yang melakukan aksi kejam itu adalah ulah Damian. Dan membuat hatinya begitu sakit.
Cairan bening berhasil lolos dari pelupuk matanya. "Hikss" tangisnya terdengar pilu.
"Tuan Damian sungguh tidak punya hati. Hikss... Mengapa, mengapa Dia melakukannya?" erang tangisnya. Hatinya begitu pilu mengetahui fakta itu.
Tangisnya membuat seseorang terbangun dari tidurnya.
"Gadis sialan." umpatnya menuju kearah kamar sebelah yang ditempati gadis itu."Berhenti menangis bodoh." "tangismu menggangu tidurku." murkanya kepada gadis itu.
"Shit... Hapus air matamu bodoh." umpatnya lagi. Ia sudah berada dihadapan gadis itu.
Damian melihat gadis itu berhenti menangis tetapi air mata gadis itu terus mengalir.
"Shit.." umpatnya.
Gadis itu mendongak, menatap sang Tuan pemilik rumah besar ini.
"Maafkan aku, Tuan.." Pintanya memohon.Melihat gadis itu menatapnya, hati Damian mendesir tatkala menatap mata sayu itu. Tetapi Ia sengera memalingkan wajahnya kearah lain.
"Ada apa dengan diriku, kenapa mengasihani anak dari dari Jhon." tanyanya kepada dirinya.Mengingat nama Jhon Peter, Damian murka, "Harusnya kau ikut mati, brengsek.." suara Damian mampu membuat Dasha terlonjak kaget. Dia mati-matian menahan ketakutannya.
"Kau.. Gadis bodoh. Harusnya kau yang mati, bukan tunanganku, Vella." murka Damian, tangannya mencekik leher gadis di depannya ini.
"Ah.. Tu..anh kumo..hon lepashhh.." Pinta Dasha memohon.
Sungguh aksi Damian membuat bulu kuduk Dasha merinding. Ia sangat ketakutan melihat murka lelaki itu.
"Kau.. Kau anak Jhon, lelaki biadab itu, ayahmu membunuh calon istriku." bak orang kesetanan, Damian memperkuat cekikannya. Hingga membuat Dasha tak mampu bernafas.
Pelayan di rumah Damian berlarian menghampiri lelaki itu yang mencekik leher Dasha.
"Lepaskan aku bodoh." umpatnya kala sopir itu menarik tubuhnya.
"Uhuk uhuk hikss.." Masita langsung memeluk tubuh gadis didepannya ini. Ia tidak tega melihat gadis itu disiksa. Katakan Tuannya memang kejam.
Melihat sopir membawa Tuannya keluar, Masita bertanya "Kau tak apa-apa, Nak?" Tanya Masita prihatin.
Dasha memaksakan senyumnya "Aku tidak apa-apa, Bibi." Mendengar jawaban itu, Masita kembali memeluk gadis itu.
Awal pertama masuk ke rumah lelaki itu, Masita menyayangi Dasha. Ia sungguh tak tega melihat gadis itu diperlakukan dengan kejam. Sudah dua kali lelaki itu membuat Dasha menangis kesakitan.
Club, pukul 09 malam.
Entah sudah berapa gelas wine yang Damian minum. Ia tak tau. Emosinya hari ini benar-benar membuatnya marah. Emosinya tak terkontrol sehingga menyakiti gadis yang tak bersalah. Ya, memang ini salah Jhon Peter, ayah gadis itu. Tetapi, Ia akan membuat gadis itu menderita, sama seperti dirinya yang menderita karena ditinggal sang calon istri akibat ulah ayah gadis Itu.
Dasha, nama gadis 18 tahun itu. Gadis yang begitu polos, lugu, dan lemah lembut. Dasha adalah gadis yabg cantik, menurutnya. "Shit.." Umpatnya kala memuji kecantikan gadis itu.
"Ingat bodoh, gadis itu anak Jhon, lelaki brengsek yang membunuh calon istrimu." umpatnya kepada dirinya. "Kau harusnya menyiksanya, ya aku harus menyiksa agar balas dendam ku terbalaskan haha agar si Jhon menangis darah di neraka.." Rutuknya sambil tertawa sinis.
Beberapa saat, Clara datang bergelayut manja di bahu Damian.
"Lepaskan tanganmu 'jalang'!!" Perintah Damian.Clara melepaskan tangannya dari bahu Damian. Ia sadar, Damian adalah orang yang kejam, ia tidak ingin tangannya patah.
"Kau kenapa Dami?" tanya Clara dengan suara manjanya.
"Pergilah. Aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun." tegas Damian.
Clara langsung pergi menjauh dari hadapan Damian. Ia masih menyayangi nyawanya.Damian keluar dari club tersebut kemudian berjalan sempoyongan menuju mobil 'Fortuner'nya. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tak memikirkan apapun selain tidur di kasur king sizenya.
"Masita... Buka pintunya." teriak Damian kala sudah berada di depan pintu rumahnya. Terdengar suara pintu terbuka. Bukan Masita yang membukakan pintu melainkan gadis itu, Dasha.
Damian tersenyum 'smirk' melihat Dasha yang menurutnya sangat seksi malam ini. Entah Damian dalam pengaruh alkohol atau apa, Damian tak tau.
Dasha yang ditatap seintim itu langsung merinding. Ia buru-buru melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya.
Belum sempat naik ke tangga, Damian berhasil menarik pergelangan tangannya. "Tuan mabuk" pikirnya. Ia berusaha melepaskan cekalan lelaki itu tapi semakin berusaha melepasnya, semakin kuat cekalannya dan membuat pergelangan tangannya perih.
"Lepaskan tanganku, Tuan." Pinta Dasha dengan suara pelan. Damian yang mendengar suara lirih Dasha, hanya memandangnya datar.
Melihat Dasha malam ini mampu memberikan efek yang besar. 'Adik kecilnya' dibawah sana terusik.
Damian menarik tubuh mungil Dasha kearah kamarnya. Sesampainya di kamar lelaki itu, Dasha langsung di dorong keatas tempat tidur lelaki itu.
"Tuan.. Tuan mau apa?" Tanya Dasha terbata-bata dan ketakutan.
______________
Happy reading guys.
Jum'at, 24-01-2020
Salam manis dari author manis wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian
Roman d'amour18++ Sifat dingin dan kejamnya seorang Damian Jaiden Alexcandra berawal dari sebuah kisah tragis, dimana sang tunangan ditembak mati tepat didepan matanya. Tak mampu bergerak, merasa badannya terkunci, Damian hanya melihat apa yang terjadi di depan...