kata

1 0 0
                                    

Aslan Alveno hidup diantara kejam-nya dunia. Ia kehilangan ibu nya ketika ia masih belia. Kejadian itulah yang akhirnya merubah kepribadian Aslan menjadi semakin tertutup dan tak tergapai.

Ia dipandang sebagai remaja yang sempurna. Tampan, Harta Berlimpah, Cerdas, apa yang tidak dimiliki Aslan? Jawabannya, tidak ada.

Namun tak ada yang tau dibalik kesempurnaan seorang Aslan, ada hal besar yang disembunyikan nya. Ia mengidap Alter Ego. Dimana pengidap nya memiliki dua kepribadian yang tak bisa dikontrol tanpa disadari.

Jika di sekolah ia menjadi si kutu buku tampan, di waktu malam ia bisa memiliki kepribadian yang benar-benar tak disangka.

Suara barang pecah dari kamar Aslan setiap malam bukanlah hal mengejutkan lagi untuk para penghuni rumah. Apalagi ditambah 5 tahun ini ia sering melakukan kekerasan kepada hewan atau penjaga yang ada di rumah nya.

Awal dari semua ini memang sebab kehilangan sosok ibu, Namun siapa sangka yang membuat keadaan nya semakin parah adalah hilang nya sahabat terbaiknya—poros dunia nya, Alvin Aiden.

Flashback.

italic.
————

Pindah ke kota sebelah, membuat Aslan mau tak mau harus pindah sekolah juga. Hal ini cukup menyulitkan bagi Aslan mengingat dirinya sangat sulit beradaptasi dengan lingkungan baru nya. Saat di sekolah nya dulu saja, teman nya disekolah bisa dihitung dengan jari.

Terlebih tak banyak orang yang mengetahui kebiasaan aneh nya belakangan ini.

Sesuai dengan perkiraannya, hari pertama nya tidak berjalan dengan begitu baik. Ia tetap lah Aslan yang pendiam, tak perduli kepada sesama. Walau banyak murid mulai dari laki laki atau bahkan perempuan sudah mencoba mendekatinya, namun hanya dibalas dengan dengusan sebal darinya.

Sepulang sekolah, alih alih cepat pulang ke rumah mewah nya untuk beristirahat, ia memilih untuk menyendiri di bangku taman perumahannya. Kebiasaan baru nya semenjak kepergian sang mentari hidup, ibu nya.

Lamunan nya seketika buyar saat seorang pemuda seumuran nya datang menghampiri dan menyapanya

"Hai, seperti nya kau baru disini. Siapa nama mu? Aku Alvin Aiden" tanya anak itu dengan senyum secerah mentari pagi.

"Aslan"
Dahi anak itu terlihat berkerut sebal, oh jutek sekali!
"Hehehe ingin bermain bersama?" Walau terlihat sebal, ia tetap mencoba berkenalan dengan Aslan.

Aslan yang sudah biasa merasa sendiri pun merasa risih dengan perlakuan-nya itu.

Alvi yang tanpa lelah tetap mencoba mengakrabkan diri walau terkadang diacuhkan atau bahkan dibalas dengusan sebal dari Aslan. Batu yang terkena air makin lama akan terkikis, begitu katanya.

Tetapi datanglah kebetulan yang sempurna, mereka ternyata adalah teman satu sekolah di kelas yang sama!

Di sekolah nya, Alvi lah satu-satu nya orang yang tetap bertahan dengan Aslan, kebanyakan berfikir Aslan terlalu arogan dengan sikap pendiam nya itu.

Setiap makan siang, pulang sekolah, sampai mendatangi rumah Aslan di hari libur pun sudah dilakukan Alvi untuk bisa dekat dengan pemuda tinggi itu. Tanpa Aslan sadari, ia mulai bergantung pada Alvi, dia lah satu satu nya orang yang bisa Aslan andalkan.

Rasa kesepian dalam diri Aslan juga berangsur-angsur menghilang semenjak kedatangan Alvi ke kehidupan berantakan nya. Walau pada awalnya merasa risih, tak dapat dipungkiri hanya Alvi lah yang bisa membuat Aslan kembali menjadi pribadi nya dulu, saat dimana ibu nya masih berada di sisinya.

/ego.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang