Ada yang masih setia nungguin ga nih?
.
.
.
Hyemin menatap Yoongi meminta penjelasan. Ia bersidekap menunggu Yoongi untuk bersuara.
"Jelaskan padaku,"
Yoongi menatap istrinya dengan datar. "Memangnya apa yang perlu aku jelaskan?"
Decakan sebal terdengar dari bibir Hyemin, sedikit kesal dengan Yoongi. "Apa rencana Jieun?"
Kali ini Yoongi yang berdecak, "kenapa tidak kau tanyakan langsung pada orangnya? Kenapa kau menanyaiku?"
Yoongi berjalan mendahului Hyemin yang menahan kesal. Wajahnya datar saat melewati Hyemin. Ya, walau sebenarnya wajah pria itu memang datar. Selalu datar bahkan.
"Sebaiknya kau bersiap. Jieun dan Jimin sedang berada di paviliun Sekarang."
| Z e m b l a n i t y |
Di paviliun, Jieun dan Jimin tengah terduduk santai sembari menikmati angin siang yang berhembus, membelai wajah mereka sedikit kencang.
"Mataku silau," ungkap Jieun pelan. Ia mengerjap beberapakali. Siang ini, hari sangat cerah. Matahari dengan semangat menyinari bumi.
Jimin melirik gadis yang berada disampingnya, menyipitkan mata Karena silau. "Ada apa,hm?" Tanya Jimin lembut. Suaranya mengalun lembut, membuat Jieun merinding untuk beberapa saat.
"Mataku sensitif dengan cahaya matahari."
Jimin tersenyum gemas. Melihat Jieun yang menyipitkan mata seperti sekarang terlihat menggemaskan Dimata Jimin.
"Jangan menatap kolamnya, tatap saja aku."
Jieun sontak menoleh dengan gerakan yang tidak santai. Apa yang dikatakan oleh pangeran ini? Apakah dia mengigau? Atau, Jieun yang salah dengar?
"A-apa?"
Jimin kembali tersenyum, bahkan lebih lebar. Sampai matanya ikut membentuk lengkungan layaknya senyuman. "Ada objek yang lebih menarik di sebelahmu. Kau bisa menatapku jika menatap kolam itu membuatmu silau."
Jieun mengerjap beberapakali, bukan karena silau, namun entahlah Jieun sedang memproses perkataan Jimin. Astaga, jantungnya berdebar. Kenapa ini? Kenapa jantung Jieun berdetak sangat kencang? Apa dia terkena penyakit jantung? Ada apa ini?
Astaga, Jimin menyilaukan matanya—mungkin bersinar adalah kata yang lebih baik.
Jieun berdeham. Ia membuang wajahnya, menatap kearah lain. "Kau juga menyilaukan."
Kalimat itu sukses membuat Jimin terkekeh. Melihat wajah Jieun yang memerah membuat Jimin menjadi gemas. Entah untuk yang keberapa kalinya.
Jieun menghela nafasnya. Ia tak tau harus mengarahkan matanya kemana. Matanya bisa berair jika terus-terusan menatap kolam—yang ia anggap danau.
"Ini alasanku tidak menyukai musim panas." Gumam Jieun sangat pelan. Ia mulai merasa perih. Mata sensitif ini benar-benar menyusahkan.
| Z e m b l a n i t y |
Dan disinilah mereka sekarang, berjalan menyusuri lorong istana. Jieun berniat membawa Jimin menuju aula lalu perpustakaan. Setidaknya kegiatan ini tidak akan membuat matanya perih dan bertambah kering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zemblanity
Fiksi PenggemarDimata Park Jimin, Kim Jieun hanya seorang gadis licik berusia enam belas tahun. Karena Jimin tau, di balik senyuman menawan Jieun tersimpan banyak rahasia. Namun nyatanya, Jimin tidak setahu itu tentang Jieun. Pangeran Park tidak mengerti dengan...