Near but Far

42 4 0
                                    


Mereka berdua duduk dengan suasana canggung menyelimuti. Tidak ada satu dari mereka yang memulai pembicaraan. Dingin dan sepi.

Jujur, Jimin rindu Yoongi begitupun sebaliknya. Tapi, ego mereka yang membuat jarak seolah menjauhkan mereka dan membuat mereka seperti dua orang asing yang tak saling bicara.

Jimin rindu hal kecil tentang mereka.
Jimin rindu bercerita pada Yoongi, bahkan tentang hal yang tidak penting sekalipun.
Jimin rindu duduk bersama dengan Yoongi dan tertawa bersama seolah hanya mereka berdua yang ada di dunia.
'Jiminie rindu Yoongi Hyungie'

"Jim.."

"Hyung.."

Ucap mereka bersamaan. Tanpa saling pandang, mereka hanya menunduk ke bawah. Entah apa yang ada dipikiran keduanya.

"kau dulu" ucap Yoongi yang netranya masih tidak menatap pada Jimin

"Hyung.. Aku.." tangan Jimin terlihat gemetar, matanya sudah perih dan ingin sekali menangis. Tapi Jimin menahan itu. Dia mengatur nafasnya agar teratur dan dapat merasakan ketenangan. "Hyung.. Aku.. Jimin minta maaf" sekarang mata Jimin menatap lurus pada Yoongi yang masih memandang kosong pada lantai.

Yoongi mengangkat kepalanya, mendongak keatas kemudian menatap pada mata Jimin "untuk apa kau minta maaf, kurasa kau tidak punya salah apa-apa padaku"

Jimin membuang pandangan ke arah lain. Dia ingin menangis, tapi ini bukan saatnya. "Hyung, Jiminie merasa lain pada Yoong.."

"Aku lain? Bukannya kau yang terlihat lain? Bahkan aku seolah tidak mengenalmu Jimin"

"Hyung.." cicit Jimin

"Kau sudah tidak menganggapku sahabatmu lagi hah?!" Yoongi menaikan sedikit nada bicaranya.

Dada Jimin berdegup tidak karuan. Kata itu. 'Sahabat? Hyung, Jiminie menyukaimu. Lebih dari sahabat. Maafkan Jiminie, hyung' batin Jimin sedih.

"Aku dingin padamu juga itu karena kau seperti tidak menganggapku Jimin-ah, kau seolah menjauhiku dan tidak ingin kenal lagi denganku" sedih Yoongi. Jujur dia rindu Jimin, rindu sahabatnya yang dia kenal dari awal masuk sekolah SMA. Dia rindu Jiminie!

"bu..bukan.. Jimin tidak bermaksud seperti itu hyung" ucap Jimin agak terisak "Ji.. Jimin.. Aku.. Aku hiks" pecah, sekarang airmata Jimin yang sudah Jimin tahan selama mereka berdua bertemu luruh. Turun begitu derasnya.

"ke..kenapa kau menangis?" Yoongi terkejut saat melihat Jimin menangis "Kau kenapa Jiminie?" suara Yoongi melembut, dia mengusap pelan punggung Jimin "Cerita padaku, aku akan mendengarkanmu. Jangan anggap kau sendirian, aku selalu dibelakangmu"

Jimin mengusap airmatanya, dia tidak berani menatap Yoongi yang sedang menunduk untuk melihat wajahnya. "Hyung, Jimin minta maaf.... Jimin... Jiminie minta maaf hyungie" ucapan Jimin tersekat akibat menangis.

"kenapa kau terus meminta maaf? Aku bahkan tidak tau kau salah apa padaku Jiminie, jangan membuatku bingung" Yoongi menangkup wajah Jimin agar menatap matanya "kalau kau ingin bicara padaku, bicara sekarang Jiminie. Aku bingung jika kau terus minta maaf tanpa alasan seperti ini" ucap Yoongi "aku akan memaafkankanmu, asal kau mau bercerita dan memberitahuku" sambungnya lagi, sambil mengusap air mata yang jatuh di pipi Jimin.

"Hyung, Jiminie mau jujur" Jimin melepaskan tangan Yoongi yang berada di pipinya.

"iya, aku akan mendengarnya. Dan juga jangan menangis lagi, aku tidak suka kau menangis" ucap pelan Yoongi "jadi? Kau mau jujur soal apa?"

Dada Jimin berdebar dengan kencang "jangan potong aku hyung, biar aku mengungkapkan semuanya dulu"

"iya" jawab Yoongi

"Sebelumnya, Jiminie minta maaf hyung. Karena mungkin Jiminie banyak berubah akhir-akhir ini" ucap Jimin "Dan hyung..." Jimin menarik nafasnya dalam "Aku menyukaimu. M.. Maksudku bu..bukan sebagai seorang teman... Aku..."

"Jim..."

"Hyung, sudah kubilang jangan potong aku dulu" Jimin menatap Yoongi dengan sorot mata yang lemah "Entah sejak kapan perasaan itu muncul hyung, yang jelas aku nyaman berada didekat hyung. Aku ingin berada disamping hyung terus" Jimin menarik nafasnya berat "Hyung, maafkan Jiminie. Aku.. Aku tidak ingin perasaan ini terpendam terus hyung, jadi lebih baik aku mengungkapkannya, aku lelah menyembunyikan itu semua. Kalau hyung akan marah pada Jiminie, tak apa" Jimin tersenyum lemah.

"Jimin..."

"hyung biarkan aku bicara dulu" Yoongi hanya diam menatap Jimin "aku berubah diam dan sering melamun, itu karena hati dan pikiranku sedang sibuk berdebat hyung. Hatiku yang menginginkanmu menjadi milikku, dan otakku yang berpikir bahwa semua ini salah, perasaanku pada hyung itu salah" Jimin tersenyum lemah "kupikir ini hanya perasaan nyaman biasa yang dirasakan sahabat, tapi makin lama ini semua terasa aneh. Aku bahkan cemburu hanya dengan melihat hyung duduk berdua dengan Hoseok hyung dan mengabaikanku" Jimin menggigit bibir bawahnya "Hyung sekali lagi maafkan Jiminie" dia menatap lurus pada Yoongi yang juga masih menatapnya.

Saat air mata Jimin jatuh di atas pipinya yang mungil, Yoongi langsung memeluk erat tubuh Jimin "Hyung... Maaf.. Maafkan Jiminie, hyung" Jimin masih menangis.

"ssshh sudah Jiminie, jangan menangis terus" Yoongi mencoba untuk menenangkan Jimin, mengusap lembut punggung Jimin "Harusnya kau bilang dari awal Jiminie" dia berucap sambil mengecup surai hitam pria mungil yang sedang dia peluk itu.

Jimin mendongak untuk menatap Yoongi "m..maksud hyung?" Jimin menatap bingung pada Yoongi.

Yang ditatap hanya menampilkan senyum manisnya pada Jimin "karena mungkin kita bisa mencobanya Jimin"

"aku bingung hyung"

"kita bisa mencoba hubungan lebih dari sahabat, jika itu yang kau mau"

"Hyung..." Jimin akan menangis lagi

.
.
.
.
.
.
.
.

kok gue nangis sih anjeng π_π

udah ah, bye

this just my imagine okay!
see u

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YOONMIN ONE SHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang