Shana 46 || Peringatan (Revisi ✓)

5.3K 422 12
                                    

Nggak aku edit lagi sebelum Update, jadi kalau ada kesalahan penulisan, typo, dan tidak sesuai EYD tolong komen inline ya.
Saran dan kritik kalian sangat membantuku dalam menulis.
TERIMAKASIH YANG SUDAH BACA DAN MENINGGALKAN JEJAK

Happy Reading❤

"Laluna Spyolla," Erland menatap name tag yang terpasang di seragam Luna."Jadi lo pelakunya." Lanjut Erland dingin.

"Erland ak-aku—"

"Munafik!" potong Erland tajam.

Luna meringis, gadis itu membetulkan posisi duduknya sembari mengusap-usap sikutnya yang terbentur lantai. "Erland kamu salah paham."

"Cih," Erland berdecih tidak suka.

"Demi tuhan Erland! Aku nggak tahu apa-apa." mata Luna berkaca-kaca, dia paling tidak suka dituduh sesuatu yang tidak dia lakukan sama-sekali.

Erland tertegun sesaat ketika melihat manik Luna yang berkaca-kaca, tidak ada kebohongan disana, hanya ada kejujuran dan kecemasan. Erland menggeleng pelan, dia kembali menatap Luna tajam. "Lo tau kan gue nggak akan tinggal diam."

Setelah mengatakan itu Erland membalikkan tubuhnya berjalan meninggalkan Luna.

"Me-Meliana sama Fellin," gumam Luna pelan, sayang Erland masih bisa mendengarnya membuat cowok itu kontan menghentikan langkahnya.

"Apa?" tanya Erland dingin.

Luna menundukkan kepala. "Ak-aku nggak sengaja tadi dengar percakapan Melmel sama Fellin, me-mereka yang udah culik dan bully Shana. Aku ke sini cuma mau cari barang bukti, tadi aku denger kalau kalung Melmel jatuh, karena aku tau tanpa bukti kalian pasti nggak akan percaya. Aku cuma siswi beasiswa yang nggak punya kekuasaan apapun."

Tangan Erland mengepal erat, dia benar-benar marah kali ini. Tanpa mengatakan apapun dia berjalan meninggalkan Luna sendirian di gudang.

Erland berjalan cepat menuju kelas 12 Ips 3. Di sepanjang koridor cowok itu menghiraukan beberapa pasang mata yang menatapnya dengan berbagai tatapan, ada yang menatapnya kagum, heran, bahkan ada juga yang menatapnya ngeri. Dia tidak peduli fokusnya saat ini menghampiri cewek yang sudah berani mengusiknya dan memberi pelajaran.

"Dimana Fellin?" tanyanya sesampai di depan pintu kelas 12 Ips 3 pada beberapa siswa yang berada di dalam kelas.

Tidak ada yang menjawab, mereka hanya menatap Erland heran, tumben sekali cowok itu menginjakkan kakinya di kelas Ips 3, sebagian dari mereka menatap ngeri melihat ekspresi Erland yang seperti ingin membunuh seseorang.

"Gue tanya, dimana Fellin?!" ulangnya.

"Kita nggak tau dimana Fellin, cuma tadi gue liat dia keluar bareng Kar—" jawab salah satu dari mereka, tetapi belum selesai berbicara seseorang memotongnya.

"Lho Erland,"

Erland membalikkan tubuhnya, dia mendapati Fellin, Bella, dan Kinar berdiri tepat di depannya.

"Tumben lo ke kelas gue, nyariin gue ya?" tanya Bella dengan percaya diri.

Erland diam, dia menatap Fellin tajam. Sangat tajam, mungkin kalau mata Erland sebuah pisau dia sudah membunuh cewek di depannya.

"Lo kenapa natap gue kaya gitu?" tanya Fellin, dia merasa risih di tatap seperti itu.

"Masuk!" ujar Erland tajam.

"Hah?" Fellin mengernyit tidak mengerti.

"Masuk!" ulang Erland sembari menunjuk ke dalam kelas dengan dagunya.

LUKA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang